Sabtu, 31 Mei 2014

FLU BURUNG



PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Flu burung (Avian Influenza) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dengan diameter 90-120 nm. Wabah penyakit ini melanda dunia khususnya kawasan Asia dan menjadi pusat perhatian  masyarakat baik  secara umum maupun masyarakat khusus yaitu Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan para petugas kesehatan di seluruh dunia. (www.kompas.com).
Kasus Flu Burung kian hari kian meningkat dan dialami oleh berbagai Negara. Menurut data terakhir dari WHO sampai dengan tanggal 29 september 2005 tidak kurang dari 116 orang terserang virus flu Burung  berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium dan 60 orang diantaranya meninggal dunia. Sampai dengan tanggal 4 Oktober 2005, di Indonesia tercatat 85 kasus yang meliputi 69 kasus suspect (menunjukkan gejala), 11 kasus probable (kasus suspect yang disertai bukti labolatorium yang mengarah kepada virus tipe A/ H5N1), 4 kasus confirm (berdasarkan hasil pemeriksaan di labolatorium rujukan WHO di Hongkong) dan 1 kasus terpapar (www.kompas.com).
Sampai saat ini para peneliti yakin bahwa flu burung ditularkan dari unggas ke manusia namun tidak menutup kemungkinan dapat terjadi penularan dari manusia ke manusia walaupun kemungkinan ini sangat kecil Hal ini disebabkan karena virus ini sangat cepat bermutasi dan beradaptasi dengan manusia, sehingga memungkinkan adanya varian baru dari virus flu burung. Orang yang mempunyai resiko besar tertular flu burung adalah pekerja peternakan unggas, penjual dan penjamah unggas, dokter hewan yang  bertugas memeriksa kesehatan ternak dan juga para petugas kesehatan yang merawat pasien dengan flu burung.
Melalui Departemen Kesehatan pemerintah menghimbau agar masyarakat tidak panik dalam menghadapi kasus flu burung ini tetapi harus tetap waspada.
Dalam rangka  meningkatkan upaya pencegahan terhadap meluasnya penyakit flu burung, maka kami bermaksud mengadakan seminar  dengan judul “MENGENAL FLU BURUNG DAN PERAWATANNYA” agar masyarakat dan para petugas kesehatan dapat memperoleh pengetahuan yang cukup  akurat dan dapat melakukan tindakan pencegahan untuk meminimalkan resiko tertular flu burung.
B.     Tujuan Kegiatan
Tujuan Umum: Mengetahui apa itu flu burung dan bagaimana perawatannya.
Tujuan khusus, peserta seminar dapat mengetahui:
1.      Tanda dan gejala penyakit flu burung.
2.      Cara penularan Flu Burung
3.      Upaya-upaya pencegahan Flu burung
4.      Pengobatan dan pemeriksaan laboalatorium pasien Flu Burung.
5.      Tata laksana pasien dengan flu burung dan cara perawatannya (bagi petugas kesehatan)

C.    Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah :

1.   Studi kepustakaan dengan membaca dari berbagai buku, media masa, Internet yang membahas tentang Flu Burung.
2.   Pengamatan kasus.
Pengamatan kasus dilakukan langsung ke RSPI di Sunter untuk mengetahui data-data tentang pasien yang menderita flu burung dan bagaimana perawatannya. 

 
TINJAUAN TEORITIS

A.    EPIDEMIOLOGI
Wabah flu burung sudah terjadi sejak tahun 1959 di Skotlandia. Pada saat itu ditemukan virus  avian influenza subtipe H5N1 yang menyerang ternak unggas dan menular ke manusia. Selanjutnya pada tahun 1961 ditemukan di Afrika Selatan dengan Subtipe H5N3.
Di Asia, wabah flu burung merebak sekitar tahun 90-an di Hongkong.  Mulai saat itulah  flu burung menjadi penyakit pandemi (lintas batas negara). Thailand, Malaysia, Cina, Korea, Kamboja, dan Indonesia adalah sebagian besar negara yang telah terjangkit virus flu burung.
Selain menjangkit kawasan Asia flu burung berjangkit di beberapa negara Eropa dan Afrika. Negara-negara tersebut diantaranya adalah: Afrika Selatan, Inggris, Australia, Belanda, Belgia, Amerika Serikat, Kanada dan Irlandia. Australia dan Inggris adalah negara yang mengalami  kasus flu burung sejak tahun 1970-2003. Untuk kawasan Asia flu burung merebak pada tahun 1997 di Hongkomg. Pada saat itu ditemukan sekitar 18 orang terinfeksi dan 6 orang diantaranya meninggal. Pada tahun 2003 virus ini kembali menyerang Hongkong dan menelan 1 korban. Sedangkan di Thailand pada Januari 2004, Perdana Menteri Thailand mengatakan bahwa terdapat 6 orang yang didiagnosa terkena virus flu burung H5N1. Hingga tahun 2005 Thailanad terus berusaha mengatasi wabah virus tersebut dan pihak pemerintah memastikan vaksin flu burung sudah ada paling lambat tahun 2007.  Usaha untuk menemukan vaksin itu merupakan kesepakatan ASEAN setelah anggota negara-negara ASEAN mengadakan pertemuan. Di Korea Selatan disekitar kota Eumseong di dekat ibu kota Seul ditemukan menyerang peternakan itik dan ayam . Pada bulan Januari 2004  ditemukan virus flu burung menyerang  peternakan unggas.
Sampai pertengahan tahun 2005, WHO melalui websitenya melaporkan bahwa jumlah kasus flu burung di dunia mencapai 108 kasus dan 56 orang diantaranya meninggal dunia. Negara-negara yang dipastikan terserang flu burung antara lain Thailand, Malaysia, Korea, Cina, Jepang, Hongkong, Vietnam, Laos, Taiwan, dan Indonesia. Di Indonesia kepastian adanya flu burung terjadi pada Agustus 2003 dengan ditemukannya kematian ternak ayam yang mencapai jutaan ekor di  Jawa Barat. Pada Januari 2004  ditemukan kasus serupa dibeberapa propinsi yaitu Bali, Banten, Jawa Barat, Jawa timur, Jawa Tengah, dan Kalimantan Barat. Sedangkan pada manusia hingga 8 November 2005 tercatat 9 kasus Confirm dan 5 diantaranya meninggal, 6 kasus probable dan dua diantaranya meninggal serta 28 kasus suspek 12 diantaranya meninggal. (sumber Data dari P2M)

B.     DEFINISI
Ø  Flu burung atau avian influenza adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. (Flu burung seri Agriwawasan hal 6).
Ø  Flu burung  atau avian influenza adalah suatu penyakit menular  yang disebabkan oleh virus influenza yang ditularkan oleh unggas yang dapat menyerang manusia. (Departeman Kesehatan RI).

C.    DEFINISI KASUS
1.      Kasus Suspek
Kasus suspek adalah seseorang yang menderita ISPA dengan gejala deman (temp > 380C), batuk dan sakit tenggorokan dan atau beringus serta dengan salah satu keadaan :
a.       Seminggu terakhir mengunjungi peternakan yang sedang berjangkit flu burung.
b.      Kontak dengan kasus konfirmasi flu burung dalam masa penularan.
c.       Bekerja pada suatu laboratorium yang sedang memproses spesimen manusia atau binatang yang dicurigai menderita flu burung.
2.      Kasus Probable
Kasus probable adalah kasus suspek disertai salah satu keadaan :
a.       Bukti laboratorium terbatas yang mengarah kepada virus influenza. A (H5N1) misal: test H1 yang menggunakan antigen H5N1.
b.      Dalam waktu singkat berlanjut menjadi pneumonia dan gagal nafas  sampai meninggal.
c.       Terbukti tidak terdapat penyebab lain.
3.      Kasus Kompermasi
Kasus kompermasi adalah kasus suspek atau probable didukung oleh salah satu hasil.
Pemeriksaan laboratorium :
a.       Kultur virus influenza H5N1 positif.
b.      PCR influenza (H5) positif.
c.       Peningkatan titer antibody H5 sebesar 4 kali.

D.    TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala dapat dibedakan pada unggas dan manusia.

1.      Tanda dan gejala pada Unggas:

a.       Jengger berwarna biru.
b.      Borok dikaki.
c.       Pial dan kulit perit yang tidak ditumbuhi bulu berwarna biru keunguan.
d.      Pembengkakan disekitar kepala dan muka.
e.       Perdarahan dibawah kulit (sub kutan).
f.       Ptekhie pada daerah dada, kaki dan telapak kaki.
g.      Batuk, bersin dan ngorok.
h.      Diare.
i.        Kematian mendadak.
j.        Tingkat kematian yang tinggi

2.      Tanda dan gejala pada manusia:

a.       Demam (suhu  badan diatas 380C).
b.      Lemas.
c.       Batuk dan nyeri tenggorokan disertai pengeluaran lendir bening dari hidung.
d.      Radang saluran pernapasan atas.
e.       Nyeri otot.
f.       Infeksi mata.
g.      Diare.
h.      Perdarahan hidung dan gusi

E.     CARA PENULARAN
Penularan flu burung (H5N1) pada unggas terjadi secara cepat dengan kematian tinggi. Penyebaran penyakit ini terjadi diantara populasi unggas disatu peternakan bahkan dapat menyebar ke peternakan di daerah yang lain. Sedangkan penularan pada manusia dapat melalui udara yang tercemar virus tersebut baik yang berasal dari tinja ataupun sekreta unggas yang terserang flu burung. Apabila udara yang telah terkontaminasi oleh virus flu burung tersebut terhirup oleh manusia maka  akan terdeposisi di saluran pernafasan dan dapat terjadi infeksi yang menimbulkan radang paru-paru akut (pneumonia) selanjutnya dapat menyebabkan sepsis atau gagal nafas dan kalau tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan kematian. Cara penularan pada perawatan penderita Flu Burung.
1.      Kontak: Langsung dan tidak langsung
Penularan dapat terjadi pada kontak langsung dari kulit pasien ke kulit penjamu rentan. Dalam hal ini dapat terjadi pada petugas kesehatan saat memandikan pasien atau melaksanakan tindakan keperawatan. Sedangkan secara tidak langsung dapat melibatkan benda perantara (biasanya benda mati, seperti alat kesehatan, jarum, kasa, tangan yang tidak dicuci, sarung tangan bekas dll).
2.      Droplet
Penularan secara droplet dapat terjadi melalui percikan cairan dari penderita kepada orang lain. Mekanisme perpindahan, percikan dihasilkan oleh penjamu  (yang berdiameter > 5 mm) melalui batuk, bersin, bicara dan selama pelaksanaan tindakan tertentu (seperti: penghisapan lendir dan bronkoskopi). Percikan yang berasal dari penjamu tersebut terbang dalam jarak dekat melalui udara yang mengendap di bagian tubuh penjamu lain yang rentan (seperti konjungtiva, mukosa hidung, dan mulut). Selain itu percikan yang mengandung kuman itu bersifat tidak menetap di udara maka untuk mencegah penyebaran lebih lanjut tidak diperlukan pengaturan khusus pada sistem ventilasi (Jangan dikacaukan dengan penularan airbone).

F.     ETIOLOGI
Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A yang termasuk famili Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A dapat berubah-ubah bentuk dan dapat menyebabkan epidemi (penyebaran penyakit pada banyak orang dalam masyarakat secara mutlak) dan pandemi (epidemi yang luas mengenai beberapa negara atau kontinen). Berdasarkan subtipenya terdiri dari hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N). Kedua huruf inilah yang digunakan untuk mengidentifikasikan kode tipe flu burung yang banyak jenisnya.
Pada manusia hanya terdapat jenis H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, H1N2 dan H7N7, sedangkan pada binatang H1H5 dan N1N98. Strain yang sangat virulen adalah virus influenza tipe A dengan sub tipe H5N1. Virus ini dapat hidup dalam air sampai 4 hari pada suhu 220C dan lebih dari 30 hari pada suhu 00C. Virus akan mati pada pemanasan 600C selama 30 menit atau 560C selama 3 jam dan dengan detergen serta desinfektan seperti formalin, dan cairan yang mengandung iodin. Adapun sifat-sifat dari virus flu burung adalah:
1.      Mengalutinasi sel darah merah ayam.
2.      Mudah mengalami mutasi.
3.      Virus mudah mati diluar tubuh ayam (tidak stabil di lingkungan).
4.      Mudah mati oleh panas, kekeringan, sinar UV, berbagai desinfektan yang umum (detergen, iodium, Klorin, senyawa fenol).

G.    FAKTOR RESIKO TERTULAR FLU BURUNG
Kelompok beresiko tinggi tertular flu burung adalah :
1.      Pekerja di peternakan ayam.
2.      Pemotong ayam.
3.      Penjamah unggas lainnya.
4.      Dokter hewan yang bertugas memeriksa unggas di peternakan.
Resiko faktor flu burung penyakitnya menjadi berat adalah :
1.      Umur tua.
2.      Terlambat perawatannya.
3.      Keterlibatan infeksi saluran pernapasan bawah; pneumonia.
4.      Leukopenia dan limfopeni pada saat masuk kematian rata-rata 9 hari setelah sakit (6-7) di Vietnam.

H.    PATOFISIOLOGI
Flu burung disebabkan oleh virus H5N1 yang sebelumnya tidak pernah menginfeksi manusia dan hanya ada pada burung. Virus ini dapat menular dari burung ke burung dan dari unggas ke manusia melalui air liur, lendir dari hidung serta feces. Penyakit ini dapat menular melalui udara yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari kotoran atau sekreta burung/ unggas yang menderita flu burung. Penularan dari unggas ke manusia dapat terjadi apabila terjadi kontak langsung antara manusia dengan unggas yang terinfeksi flu burung. Virus influenza A yang ada pada kotoran atau cairan sekresi dari burung yang terinfeksi, akan mengkontaminasi debu ataupun tanah, sehingga apabila kering  dapat bertebaran terbawa angin kemudian terinhalasi manusia. Apabila sistem imun manusia lemah maka virus influenza A dapat masuk dengan mudah kedalam tubuh manusia. Pada manusia masa inkubasi virus influenza sekitar 1-3 hari, masa infeksi 1 hari sebelum 3-5 hari sesudah timbul gejala. Debu yang telah terkontaminasi akan terdeposisi di saluran napas, lalu virus akan bermutasi dengan menempel pada virus flu pada umumnya yang sering diderita oleh manusia. Bila virus ini telah masuk maka akan menimbulkan tanda dan gejala demam (> 380C), lemas, tenggorokan sakit, sesak nafas, perdarahan hidung dan gusi, sakit kepala, tidak napsu makan, muntah dan nyeri perut dan diare. Gejala  ini dapat bervariasi tidak harus semua gejala ada, bisa berbeda dari orang ke orang. Setelah virus ini bermutasi maka virus ini secara efektif tersebar ke saluran nafas dan selanjutnya bisa terjadi infeksi dan dapat menimbulkan radang akut (pneumonia), selanjutnya dapat terjadi sepsis dan gagal nafas sehingga berakibat kematian.
Menurut Peneliti biologi molekuler dari universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur, C. A. Nidom menyatakan virus flu burung subtipe H5N1 yang ada di Indonesia saat ini sudah bermutasi menjadi dua  subkelompok. (Koran Tempo Sabtu, 1 Oktober 2005) hasil ini diperoleh dari penelitiannya hingga akhir tahun ini. Mutasi yang terjadi pada H5N1 di Indonesia masih merupakan mutasi kecil (antigenik drift). Antigenik drift adalah mutasi yang terjadi pada salah satu susunan rantai asam amino tunggal (Ribonucleic Acid/ RNA). Namun, berpotensi membentuk virus baru.
Bermutasinya H5N1  dapat menimbulkan karakter baru pada virus. Misalnya antigenitas, yaitu daya serang terhadap individu bisa berbeda dan bisa memunculkan antibodi berbeda. Virus ini mengalami proses mutasi dengan cara Haemaglutinin (H) akan melekatkan ujung virus dengan reseptor saraf pada sel inang sedangkan Neuraminidase (N) akan mempromosikan proses budding (melepaskan partikel-partikel virus yang baru terbentuk dari sel inang sehingga dia akan menyebarkan infeksi dalam tubuh korban). Segmen RNA dan protein-protein HA/ NA dari kedua tipe virus bercampur aduk saat partikel  virus dirangkaikan sehingga akan muncul subtipe virus yang baru secara mendadak. Apabila genom RNA baru ini terbentuk maka dia akan memiliki potensi yang sangat besar untuk menyabar dari manusia ke manusia secara cepat. Virus ini akan merusak sistem kekebalan tubuh manusia sehingga antibodi tidak dapat mengenali protein-protein haemaglutinin dan Neuramidase baru.

I.       PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN FLU BURUNG
1.      Pada Ternak
Virus flu burung yang menyerang pada hewan sampai saat ini belum diketahui obat maupun vaksin yang tepat untuk mengobatinya. Pemberian obat maupun vaksin dilakukan lebih ke arah pencegahan supaya tidak menular pada hewan lain maupun manusia disekitarnya. Beberapa langkah yang dapat diupayakan adalah :
a.       Biosekuriti
Resiko terjadinya serangan flu burung terdapat pada ayam ras petelur ( layer). Penyebabnya adalah masa hidup ayam ini cukup panjang, yaitu 70 Minggu sehingga memperbesar peluang tertular virus. Resiko terbesarnya terjadi pada saat masa produksi dan pada puncak produksi atau sekitar usia 15-35 minggu. Hal ini dikarenakan saat akan berproduksi tubuh ayam memerlukan banyak energi sehingga ada kemungkinan ayam kekurangan energi. Resiko berikutnya adalah ayam broiler, ayam kampung, puyuh dan itik. Peternak perlu menerapkan biosekuriti untuk pencegahan dan kemungkinan penularan virus. Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam usaha ini adalah:
ü  Membatasi secara ketat lalu lintas unggas atau ternak produk unggas, pakan, kotoran, bulu dan alas kandang.
ü  Membatasi lalu lintas pekerja atau orang dan kendaraan  yang keluar masuk lokasi peternakan. Orang yang tidak berkepentingan dilarang masuk. Orang dan kendaraan yang masuk keluar kandang harus disemprot dengan larutan desinfektan.
ü  Peternak dan orang yang hendak memasuki peternakan ayam (unggas) harus menggunakan pakaian pelindung seperti masker, kaca mata plastik (goole), kaos tangan, dan sepatu.
ü  Mencegah kontak antara unggas dengan burung liar atau burung air, tikus dan hewan lain.
ü  Melakukan desinfeksi terhadap semua bahan sarana dan prasarana peternakan, termasuk bangunan kandang.
ü  Menggunakan jenis desinfektan yang sudah direkomendasikan seperti asam perasetat, hidroksi peroksida, sediaan ammonium kuartner, formaldehid/ formalin 2-5%, iodoform kompleks (iodine), senyawa fenol, natrium/ kalium hipoklorit.
b.      Depopulasi
Depopulasi adalah tindakan pemusnahan unggas secara selektif di peternakan yang tertular virus flu burung. Tindakan ini dilakukan untuk pencegahan penyebaran penyakit lebih luas. Saat hewan ternak menunjukkan gejala flu burung, seperti lendir keluar dari mulut atau hidungnya, ayam kelihatan sakit, malas, susah makan, dan bulunya kusam maka untuk segera dipotong, lalu dikubur atau dibakar.
Cara pemusnahan unggas terinfeksi virus flu burung adalah menyembelih semua unggas yang sakit dan unggas yang sehat dalam satu kandang (peternakan). Selain itu, dapat juga dilakukan dengan cara disposal yaitu membakar dan mengubur unggas mati (bangkai), sekam dan pakan yang tercemar, serta peralatan yang terkontaminasi. Lubang tersebut minimal berjarak 20 meter dan dalamnya 1,5 meter. Apabila lubang atau tempat pembakaran tersebut dekat dengan pemukiman penduduk maka harus mendapat ijin dari Dinas Peternakan setempat.
Jika disuatu daerah telah didiagnosa secara klinis, patologi anatomis, dan
epidemiologis, serta dikonfirmasi secara laboratoris maka harus dilakukan pemusnahan secara menyeluruh, yaitu memusnahkan seluruh ternak yang sakit maupun sehat pada peternakan tertular dan juga terhadap semua unggas yang berada di dalam radius 1 km dari peternakan tersebut.
Untuk pengisian kembali (restoking) unggas ke dalam kandang dapat dilakukan paling cepat satu bulan setelah dilakukan pengosongan kandang dan telah selesai dilaksanakan semua tindakan dekontaminasi dan disposal sesuai prosedur.
c.       Tata Laksana Peternakan
ü  Pengaturan kepadatan
Kepadatan harus diatur agar semua anakan ayam dapat memperoleh tempat leluasa untuk aktivitasnya dan mendapat suhu yang tepat. Dengan kepadatan yang tidak terlalu banyak, pengontrolan lebih mudah dilakukan sehingga saat ada ayam yang sakit cepat diketahui dan ditangani.
ü  Temperatur
Temperatur kandang harus selalu dikontrol untuk menghindari perubahan yang mendadak dan drastis. Fluktuasi suhu yang mencolok dapat menyebabkan ayam stres sehingga mudah lemah dan mudah terserang penyakit.
ü  Pakan
Pakan harus diberikan sesuai dengan kebutuhan (pada umumnya 2 kali sehari). Pakan inilah yang berperan dalam pembentukkan energi termasuk dalam hal peningakatan kekebalan tubuh. Namun, kualitas pakan yang akan diberikan perlu diperhatikan. Pakan yang akan diberikan harus  sesuai dengan kebutuhan gizi ayam peliharaan dan bebas dari kontaminasi jamur maupun kotoran lainnya. Selain itu, tempat pekan yang sudah digunakan segera dicuci untuk mencegah hadirnya virus yang menempel.
ü  Air
Keberadaan air minim perlu diperhatikan, baik itu ketersediaanya maupun kondisi air minum. Air minum yang kotor  harus segera diganti untuk menghindari kontaminasi penyakit. Tempat air minum juga harus berada dalam kondisi bersih. Penambahan dan penggantian air minum perlu  dilakukan setidaknya 2-3 kali sehari.
ü  Pencahayaan
Pemberian cahaya jangan disepelekan. Langkah ini berguna untuk Mensti-mulasi ayam untuk makan dan tumbuh. Pencahayaan yang cukup membantu
anak ayam mengenal  kandang dan mengetahui keberadaan tempat pakan  dan minum.
ü  Ventilasi
Pengturan ventilasi membantu dalam pengontrolan suhu ruang dan memperlancar sirkulasi udara. Tersedianya udara segar juga diperlukan untuk proses respirasi.
ü  Vaksinasi
Sehubungan dengan adanya kasus flu burung, vaksinasi harus dilakukan pada semua jenis unggas yang sehat didaerah yang telah diketahui ada virus flu burung. Vaksin yang telah digunakan adalah vaksin in aktif (killed vaccine) yang resmi atau telah teregistrasi dari pemerintah. Adapun program vaksinasi pada unggas dijelaskan sebagai berikut :
ô  Untuk ayam petelur
ÿ    Umur 4-7 hari                  : 0,2 ml dibawah kulit pada pangkal leher.
ÿ    Umur 4-7 minggu            : 0,5 ml dibawah kulit pada pangkal leher.
ÿ    Umur 12 minggu             : 0,5 ml dibawah kulit pada pangkal leher atau pada otot dada.
ÿ    Setiap 3-4 bulan diulang : 0,5 ml pada otot dada.
ô  Untuk ayam pedaging
Pemberian vaksin dilakukan pada umur 4-7 hari dengan dosis 0,2 ml dibawah kulit  pada pangkal leher.
ô  Untuk unggas lain
Program vaksinasi disesuaikan dengan petunjuk yang tercantum pada etiket masing-masing produsen.

2.      Pada Manusia
Obat  untuk flu burung hingga kini belum ditemukan dan para  ahli kesehatan Amerika Serikat terus berupaya untuk menemukan vaksin untuk melindungi manusia dari penularan virus mematikan tersebut. Oleh karena itu upaya yang dilakukan lebih bersifat pencegahan dan pertolongan pertama. Upaya-upaya tersebut dapat dilakukan dengan pencegahan luar dan pencegahan dalam tubuh. Pencegahan luar merupakan upaya mencegah penularan yang berasal dari lingkungan supaya tidak masuk kedalam tubuh. sedangkan pencegahan dari dalam dilakukan dengan mengkonsumsi makanan/bahan yang bersifat meningkatkan daya tahan tubuh.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan prinsip-prinsip kerja secara umum  yang higienis seperti:
a.       Mencuci tangan dan menggunakan alat pelindung diri merupakan upaya yang harus dilakukan oleh mereka yang kontak langsung dengan binatang, baik dalam keadaan hidup maupun mati.
b.      Karena telur juga dapat tertular maka perlu penanganan yang tepat terutama telur yang masih mentah yaitu dengan mencucinya sebelum dimasak.
c.       Daging unggas harus dimasak sampai suhu 700C atau 800C kalau kita menggoreng atau merebus. Sejauh ini bukti ilmiah membuktikan bahwa masih aman mengkonsumsi daging ayam maupun unggas asal dimasak dengan baik.
d.      Pola hidup yang sehat terutama untuk menjaga daya tahan tubuh dengan makan makanan yang bergizi seimbang, istirahat yang cukup dan olah raga secara teratur. Memperhatikah higiene sebelum makan terutama mencuci tangan. Anjuran khusus untuk pasien degnan influensa adalah banyak beristirahat, banyak minum dan makan makanan  yang bergizi.
Pencegahan dan penyuluhan untuk masyarakat umum adalah :
1.      Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makan makanan bergizi dan dengan istirahat yang cukup. Konsumsi multivitamin dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh kita.
2.      Mengolah unggas dengan cara yang benar yaitu:
ÿ  Memilih unggas yang sehat (tidak terdapat gejala-gejala penyakit).
ÿ  Memasak daging ayam sampai suhu 1000 C selama 10 menit.
ÿ  Memasak telur sampai 1000C selama 6,5 menit.
3.      Jangan pergi ke peternakan ayam, unggas dan lain-lain.
4.      Jaga kebersihan diri sendiri antara lain dengan sering mencuci tangan dengan sabun.
5.      Bersihkan lingkungan  tempat tinggal.
6.      Khusus pada orang yang terkena influenza dianjurkan banyak minum, banyak       istirahat, dan makan makanan bergizi.
7.      Penanganan telur dan kulit telur secara tepat dan benar yaitu dengan cara mencuci telur mentah yang baru dibeli (biasanya ada sedikit kotoran ayam yang menempel) agar tidak terjadi kontaminasi sebelum disimpan di kulkas.
8.      Hindari kontak langsung dengan ayam/ unggas yang kemungkinan terinfeksi flu burung.
Pencegahan yang dapat kita lakukan sebagai petugas kesehatan :
1.      Cuci tangan dilakukan dibawah air mengalir dan  menggunakan sabun, sikat
selama kurang lebih 5 menit dengan menyikat punggung tangan dan seluruh permukaan tangan yang dilakukan sebelum dan sesudah memeriksa pasien.
2.      Mengenakan pakaian bedah atau pakaian sekali paka (schort).
3.      Memakai masker N 95 atau minimal masker bedah.
4.      Mengenakan pelindung wajah (kaca mata).
5.      Memakai sarung tangan.
6.      Memakai pelindung kaki (sepatu).
7.      Mengenakan topi pelindung.
8.      Bila dalam kondisi gawat bisa mengenakan helm pelindung.
Pencegahan Internal
Pencegahan internal dilakukan dengan mengkonsumsi obat dan  makanan. Semuanya itu dilakukan untuk menjaga kesehatan.

v  Obat

Obat-obat yang direkomendasikan untuk mencegah terinfeksi flu burung adalah: amantadine, rimantadine, dan penghambat neuraminidase misalnya oseltamivir dan zanimivir.

v  Konsumsi vitamin dan suplemen.

{  Makanan terutama yang mengandung serat dan antioksidan yang tinggi terutama buah dan sayur.
{  Mengkonsumsi tanaman obat misalnya:
ü  Sambiloto
Beberapa bahan aktif yang terkandung dalam sambiloto adalah flavonoid, kalium, kalsium, Natrium, dan asam kersik. Sambiloto berkasiat meningkatkan permukaan epitel dan menghambat replikasi virus.

ü  Buah merah
Buah merah mengandung antioksidan dan vitamin yang mampu memperbaiki sistem metabolisme sehingga akan terbentuk daya tahan tubuh yang optimal. Betakareten yang terkandung didalamnya dapat memperlancar peredaran darah. Buah merah juga mengandung asam lemak yang bersifat anti virus. Pelemahan virus dilakukan dengan cara pelemahan dan peluruhan membran lipida virus.
ü  Virgin coconut oil
Kandungan asam lemak rantai sedang (medium chain fatty acid, MCFA)  sangat berperan untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan berperan
dalam inaktivasi virus penyebab influenza.
ü  Cabe jawa
Cabe jawa mengandung beberapa bahan aktif seperti piperine, palmatic acid, minyak atsiri, dan pipiridine. Semua bahan tersebut dapat mempertahankan permukaan epitel, terutama saluran pernafasan.
ü  Temulawak
Temulawak mengandung zat tepung, glikosida, protein, serat, dan kalium oksalat, minyak atsiri. Zat-zat tersebut dapat membantu proses regenerasi bila terjadi kerusakan terutama kerusakan sel-sel hati dan sebagai anti inflamasi.

J.      PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.      Darah lengkap (Hb, Ht, Leukosit, Trombosit, LED, Diff count).
2.      Kimia Darah (SGOT, SGPT, Ureum, Kreatinin).
3.      AGD.
4.      Pemeriksaan mikrobiologi bakteri gram.
5.      Pemeriksaan  Serologi.
Dapat dilakukan Rapid test terhadap virus Influenza walaupun mungkin hasilnya  tidak terlalu tepat, dan deteksi antibodi (ELISA) serta deteksi antigen (HI,IF/ FA)
6.      Deteksi Antigen.
7.      Pemeriksaan Radiologi.
ô  Petugas radiologi telah mempersiapkan diri dengan stndar Universal Precaution  sebelum melaksanakan tugasnya.
ô  Pemeriksaan akan dilakkan selama 24 jam dengan menggunakan dua pesawat radiologi, satu pada ruang instalasi radiologi dan satu lagi adalah pesawat radiologi yang bergerak dan berada didalam ruangan perawatan (untuk kasus rawat inap).
ô  Pemeriksaan foto thoraks dengan gambaran infiltrat yang tersebar di paru adalah menunjukkan bahwa kasus ini adalah pneumonia.
Langkah-langkah petugas pengambil spesimen:
Pengambilan spesimen dilakukan oleh petugas laboratorium yang terampil dan berpengalaman. Pengambilan harus dilakukan dengan memperhatikan universal precaution atau kewaspadaan dini untuk mencegah terjadinya infeksi.
a.       Persiapan Petugas pengambil spesimen
Petugas pengambil spesimen diharuskan memakai :
ÿ    Laboratorium jas (lengan panjang).
ÿ    Sarung tangan (karet).
ÿ    Kaca mata plastik (goggle).
ÿ    Masker (N 95 untuk petugas dan penderita).
ÿ    Tutup kepala (plastik).
ÿ    Penutup sepatu (cover shoe)
b.      Macam/ jenis dan cara Pengambilan spesimen
Spesimen dari saluran pernafasan bagian bawah.
Dua jenis spesimen dapat diambil untuk isolasi bakteri atau virus dan pemeriksaan dengan PCR (Polymerasa Chain Reaction). Spesimen tersebut meliputi :
ô   Usap nasopharing:
Spesimen diambil pada masa akut (pada waktu penderita  sakit) gunakan swab yang terbuat dari dacron/ rayon steril dengan tangkai plastik. Jangan menggunakan kapas yang mengandung Kalsium Alginat atau kapas  dengan tangkai kayu, karena mungkin mengandung substansi yang dapat menghambat pertumbuhan virus tertentu dan dapat menghambat pemeriksaan PCR. Cara pengambilan sampel Swab :
Masukkan swab kedalam lubang hidung sejajar dengan rahang atas. Biarkan beberapa detik agar cairan hidung terhisap. Lakukan usapan pada kedua lubang hidung kemudian masukkan swab sesegera mungkin ke dalam cryotube (tabung tahan pendingin) yang berisi 2 ml media transport virus (Hanks BSS + Antibiotik).
Putuskan tangkai plastik  didaerah mulut botol agar botol bisa ditutup dengan rapat. Bungkus tabung ini dengan tisu bersih atau kertas koran yang telah di remas-remas agar menghindarkan terjadinya benturan-benturan pada tabung saat pengiriman. Masukkan tabung ini ke dalam kotak pengiriman primer (bahan boleh dari pipa paralon atau sejenis tupper ware).
ô  Spesimen darah/ serum
Darah fase akut (waktu pasien masih dalam keadaan sakit) harus diamil dan dikirim sesegera mungkin. Pengambilan darah harus dilakukan lagi pada fase konvalesen (7-14 hari setelah pengambilan darah primer) dan segera dikirim.  Darah diambil 2 ml untuk anak-anak dan 5 ml untuk orang dewasa.
ü  Pengambilan darah pakai jarum suntik biasa.
  Masukkan darah yang diperoleh ke dalam tabung darah tertutup karet (tabung steril vacum) tanpa bahan pencegahan pembekuan darah.
  Diamkan darah dalam waktu 1 jam pada suhu kamar, agar darah dalam tabung membeku dengan baik.
  Pemisahan darah bekuan dari serum pada tabung steril harus dilakukan di badan Litbangkes/ Namru2 Jakarta, atau labolatorium yang ada sentrifus.
  Semua tabung setelah dibungkus dengan kertas tisssu atau kertas koran dikemas dimasukkan kedalam kotak pengiriman primer.
ü  Pengambilan pakai jarum Vacutainer.
  Darah ditampung lebih dahulu pada tabung darah bertutup karet sebanyak 2 ml dari anak-anak dan 5 ml dari orang dewasa.
  Diamkan darah dalam waktu 1 jam pada suhu kamar, agar darah dalam tabung steril membeku dengan baik.
  Pemisahan darah bekuan dari serum pada tabung harus dilakukan di Badan Litbangkes/ Namru 2 Jakarta, atau laboratorium yang ada sentrifus.
  Semua tabung setelah dibungkus dengan kertas tissu atau kertas koran diremas dimasukkan ke dalam kotak pengiriman primer.

K.    TERAPI MEDIK
1.      Oksigenisasi bila terdapat sesak napas, pertahankan saturasi O2 90 %.
2.      Pertahankan hidrasi dengan pemberian cairan parenteral (infus).
3.      Pemberian obat anti virus oseltamivir 75 mg dosis tunggal 2x1 selama 7 hari Amantadine diberikan pada awal infeksi, sedapat mungkin dalam waktu 48 jam pertama selama 3-5 hari dengan dosis 5mg/ kg BB perhari dibagi dalam 2 dosis. Bila BB > 45 Kg diberikan 100 mg 2x sehari.
4.      Terapi simtomatis untuk gejala flu seperti analgetika, antipiretika, dekongestan dan antitusif.

L.     TATA LAKSANA PENDERITA FLU BURUNG
1.      Langkah-langkah
a.       Pendaftaran
? Tempat Pendaftaran Prnderita (TPP) adalah tempat yang disediakan RSPI (Rumah Sakit Penyakit Infeksi) untuk melakukan pendaftaran penderita dalam rangka pemeriksaan kesehatan oleh tim medis RS.
? Pada TPP tersebut harus ditempatkan petugas yang telah dilatih untuk melakukan seleksi terhadap penderita yang mengalami keluhan/ gejala sesuai gejala Flu burung.
? Petugas TPP tersebut akan mengarahkan pemeriksaan yang telah dicurigai menderita Flu Burung ke Ruangan Triage Instalasi Gawat Darurat (IRD) untuk diperiksa.
b.      Triage Instalasi Gawat Darurat.
v  Rawat darurat (Emergency) adalah suatu keadaan dimana penderita memerlukan pemeriksaan dan tindakan medis segera dan apabila tidak segera dilakukan dapat berakibat fatal bagi penderita.
v  Triage adalah ruangan yang mempunyai fungsi untuk melakukan seleksi terhadap penderita Flu Burung, dimana semua petugas telah melakukan Standar Universal Precaution.
v  Seleksi pertama dilakukan oleh perawat  yang telah dilatih dengan berpedoman pada gejala-gejala Flu Burung dan faktor resikonya, sekaligus melakukan permeriksaan awal  sebelum dokter yang bertugas melakukan pemeriksaan lanjutan.
v  Seleksi kedua adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter Triage yang melakukan pemeriksaan anamnesa dan pemeriksaan fisik sesuai standar pelayanan medik mengenai Flu Burung yang ada.
v  Jika diperlukan pemeriksaan penunjang diagnostik, maka dokter segera melakukan (oleh petugas khusus) pemeriksaan laboratorium sederhana dan foto thoraks pada penderita tersebut.
v  Dari hasil pemeriksaan diagnostik fisik dan penunjang tersebut dokter dapat memulangkan atau segera merawat penderita tersebut  sesuai indikasi.
v  Untuk penderita yang akan dirawat, maka dokter Triage segera melaporkan hal rencana perawatan penderita tersebut pada dokter konsulen jaga pada hari ini.
c.       Rawat Inap
v  Rawat Inap adalah pelayanan kesehatan di RS, dimana penderita sedikitnya 1 (satu) hari berdasarkan rujukan dari Triage Instalasi Rawat Darurat.
v  Indikasi rawat inap penderita Flu Burung dengan penderita sbb: Demam >380C, Nyeri tenggorokan, Batuk, pilek, bersin, mielgia, pada keadaan
yang berat timbul respiratori distress akibat pneumonia virus, adanya
kontak dengan unggas tersebut menderita sakit/ mati dalam 7 hari.
v  Petugas perawatan telah melakuan standar Universal Precaution.
v  Semua penderita yang telah memenuhi kriteria adanya gejala Flu Burung
dan telah dilakukan seleksi pada Triage Instalasi Rawat Darurat.
v  Perawatan dilakukan paling sedikit 1 Minggu.
d.      Kriteria Merawat di ICU
v  Frekuensi nafas lebih dari 30 kali per menit.
v  PaO2/ FiO2,250.
v  Foto Toraks: Penambahan infiltrat 50% atau mengenai banyak lobus paru.
v  Tekanan sistolik, 90 mmHg, tekanan diastolik, 60 mmHg.
v  Membutuhkan ventilator mekanik.
v  Syok septik.
v  Membutuhkan vasopressor 4 jam.
v  Fungsi ginjal memburuk (serum creatinin> 4 mg/ dl).
v  Tatalaksana penerimaan penderita di ruang perawatan intensif (ICU)
Ø   Pemberitahuan penderita masuk diperoleh perawat jaga ICU dari dokter jaga Triage/IGD, dokter jaga isolasi rawat inap, dokter jaga konsulen sesuai indikasi/ anjuran.
Ø   Perawat ICU memberitahu dokter konsulen ICU.
Ø   Perawat ICU mempersiapkan tempat tidur dan peralatan serta respirator jika diperlukan.
Ø   Perawat ICU melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital.
Ø   Penanganan penderita dilakukan bersama-sama oleh dokter konsulen ICU dan dokter spesialis penyakit dalam/ paru atau
spesialis lainnya jika diperlukan.
e.       Pemulangan Penderita  Rawat Inap dan follow-up.
v  Pemulangan Penderita Rawat inap
Ø   Penderita tidak demam selama 48 Jam.
Ø   Tidak batuk.
Ø   Perbaikan Foto Toraks.
Ø   Laboratorium yang sebelumnya abnormal menjadi normal kembali
v  Follow –Up
Ø   Penderita Rawat Inap yang telah pulang ke Rumah diwajibkan untuk melakukan follow-up di Poliklinik Penyakit Paru/ Penyakit
Dalam/ instalasi Rawat Darurat.
Ø   Pemeriksaan ulang/kontrol dilakukan satu minggu setelah pulang,pemeriksaan kontrol dilakukan foto Toraks dan uji lain yang abnormal.
f.       Penanganan Jenazah Penderita Flu Burung
v  Semua petugas Ruang Jenasah harus mempersiapkan Standar Universal Precaution.
v  Jika diperlukan untuk memandikan jenasah atau perlakuan khusus terhadap jenasah maka hanya dapat dilakukan oleh petugas khusus dengan tetap memperhatikan Standar Universal Precaution.
v  Jenasah penserita Flu Burung dututup  dengan bahan yang terbuat dari plastik (tidak dapat ditembus oleh air). Dapat juga jenazah ditutup dengan bahan kayu atau lainnya yang tidak mudah tercemar.
v  Jenasah tidak boleh lebih dari 4 jam disemayamkan didalam pemulasaran jenasah.

M.   ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN FLU BURUNG
1.      Tahap I Suspect (Di duga) Flu Burung ( IGD/ Poli) Pasien ditempatkan di ruang isolasi dan diberlakukan “Strict Barrier Nursing Care” (Perawatan Isolasi).
2.      Pada saat memberikan perawatan pasien perawat melakukan kewaspadaan universal dengan kewaspadaan terhadap penularan Airborne dengan alat pelindung Perorangan ( APP).
ASUHAN KEPERAWATAN
1.      Anamnesa.
2.      Observasi
a.       Keadaan Umum:
  Sesak nafas
  Batuk produktif
  Nyeri otot
  Ekstermitas dingin
  Pengisian tekanan kapiler lebih dari 2 detik
  Pucat
b.      Tanda tanda Vital
  Suhu > 380C
  Frekwensi Pernapasan cepat dan dangkal
  Nadi
  Tekanan darah menurun.
3.      Monitor:
a.       Status Pernafasan
Frekwensi pernafasan.
Wheezing.
Ronchi/ rales.
Bunyi pekak
b.      Tanda- tanda shock:
ô  Nadi lemah, cepat dan kecil sampai tak teraba
ô  Tekanan Nadi turun menjadi 20 mmHg atau kurang
ô  Kulit teraba dingin dan lembab daerah akral seperti ujung hidung, jari dan kaki.
4.      Dukumentasi hasil Observasi.
5.      Laporkan hasil observasi kepada tim Medis.
6.      Perencanaan Pulang
a.       Berikan pendidikan kesehatan untuk perawatan dirumah bila mengalami panas, demam, sesak napas maka anjurkan kembali ke sarana kesehatan terdekat dan anjurkan: Minum banyak dan kompres dingin.
b.      Perawatan harus memperhatikan pemenuhan kebutuhan cairan baik oral maupun parenteral.

Tahap II : Probable Case atau Confirmed Case  Di Ruang Rawat
a.       Pasien ditempatkan diruang isolasi dan diberikan “Strict Barrier Nursing Care”                    (Perawatan isolasi).
b.      Pada saat memberikan perawatan pasien perawat melakukan kewaspadaan terhadap  penularan airborne dengan menggunakan alat pelindung Perorangan (APP).
ô  Cuci tangan sebelum dan setelah melakukan tindakan.
ô  Masker N 95 atau masker bedah.
ô  Kaca mata (goggle).
ô  Barak short/ gaun pelindung.
ô  Apron/ celemek plastik.
ô  Topi/ penutup rambut.
ô  Pelindung kaki
Dirawat tanpa syok
ô  Monitor kebutuhan cairan.
ô  Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam dengan penekanan pada pernafasan.
ô  Kompres.
ô  Pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
ô  Support psikososial pada pasien dan keluarga.
ô  Kolaborasi pengobatan: Pemberian Oksigen, Program pengobatan dan Diet TKTP lunak.
ô  Kolaborasi Pemeriksaan: AGD, Thorax Foto, Spirometri, darah lengkap, elektrolit darah.
ô  Monitor pemberian Oksigen.
ô  Pemberian obat sesuai dengan program.
ô  Dokumentasi.
Dirawat dengan Shock
ô  Bersihkan jalan nafas.
ô  Monitor cairan.
ô  Observasi tanda-tanda vital tiap satu jam.
ô  Kolaborasi pemeriksaan: AGD, thorax foto, pulse oksimetri, spirometri, darah lengkap, dan elektrolit darah.
ô  Kolaborasi pengobatan: pemberian oksigen, program pengobatan, diet TKTP lunak.
ô  Monitor pemberian oksigen.
ô  Pemberian obat sesuai dengan program Medik.
ô  Kompres.
ô  Pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
ô  Support psikososial pada pasien dan keluarga.
ô  Dokumentasi

N. RENCANA PASIEN PULANG
1.      Pendidikan Kesehatan:
ÿ  Penyakit Flu burung
ÿ  Pencegahan Penyakit Flu burung
ÿ  Perawatan di rumah
ÿ   Peningkatan daya tahan tubuh : nutrisi
2.      Kunjungan/ konsul ulang ke sarana kesehatan sesuai pesan tim medis.

Tips memilih daging yang aman :
C   Pilih daging yang tidak terdapat bercak merah dibawah kulit.
C   Pilihlah daging segar, baunya biasanya khas atau tidak berbau anyir.
C   Pilih daging yang tidak lembek.
C   Pastikan dalam pengolahannya benar-benar matang.

KESIMPULAN

Flu burung merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus avian influenza tipe A subtipe H5N1 yang dapat menular dari unggas kemanusia. Penyakit ini muncul sejak tahun 1959 di Skotlandia namun menjadi bahan pembicaraan hangat setelah merebak dikawasan Asia khususnya Indonesia. Sampai saat ini para ahli kesehatan dunia terutama WHO sedang berjuang untuk menemukan vaksin dari penyakit yang mematikan ini. Vaksin yang diharapkan dapat memberantas penyakit flu burung ini belum juga ditemukan padahal virus ini begitu mudah berubah dangan cara bermutasi.
Sebagai petugas kesehatan kita mempunyai peranan yang besar untuk mencegah terjadinya epidemi dan pandemi dengan cara meningkatkan pencegahan secara internal yaitu dangan cara meningkatkan daya tahan tubuh kita dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung antioksidan seperti apel, brokoli, jeruk, labu siam, jambu dll. Dapat juga dangan cara mengkonsumsi obat- obat yang telah direkomendasikan oleh WHO. Secara eksternal kita juga perlu memperhatikan universal precaution setiap kali akan merawat pasien atau setelah merawat pasien. Kita juga mempunyai peranan besar dalam memberikan penyuluhan kepada masyarakat sekitar kita sehingga epidemi flu burung dapat ditekan dan pandemi tidak terjadi agar Indonesia Sehat 2010 dapat kita wujudkan bersama- sama.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar