PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Flu burung (Avian Influenza) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A
dengan diameter 90-120 nm. Wabah penyakit ini melanda dunia khususnya kawasan
Asia dan menjadi pusat perhatian
masyarakat baik secara umum
maupun masyarakat khusus yaitu Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan para
petugas kesehatan di seluruh dunia. (www.kompas.com).
Kasus Flu Burung kian hari kian meningkat dan dialami oleh berbagai Negara.
Menurut data terakhir dari WHO sampai dengan tanggal 29 september 2005 tidak
kurang dari 116 orang terserang virus flu Burung berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium
dan 60 orang diantaranya meninggal dunia. Sampai dengan tanggal 4 Oktober 2005,
di Indonesia tercatat 85 kasus yang meliputi 69 kasus suspect (menunjukkan
gejala), 11 kasus probable (kasus suspect yang disertai bukti labolatorium yang
mengarah kepada virus tipe A/ H5N1), 4 kasus confirm (berdasarkan hasil
pemeriksaan di labolatorium rujukan WHO di Hongkong) dan 1 kasus terpapar (www.kompas.com).
Sampai saat ini para peneliti yakin bahwa flu burung ditularkan dari
unggas ke manusia namun tidak menutup kemungkinan dapat terjadi penularan dari
manusia ke manusia walaupun kemungkinan ini sangat kecil Hal ini disebabkan
karena virus ini sangat cepat bermutasi dan beradaptasi dengan manusia,
sehingga memungkinkan adanya varian baru dari virus flu burung. Orang yang
mempunyai resiko besar tertular flu burung adalah pekerja peternakan unggas,
penjual dan penjamah unggas, dokter hewan yang
bertugas memeriksa kesehatan ternak dan juga para petugas kesehatan yang
merawat pasien dengan flu burung.
Melalui Departemen Kesehatan pemerintah menghimbau agar masyarakat
tidak panik dalam menghadapi kasus flu burung ini tetapi harus tetap waspada.
Dalam rangka meningkatkan upaya
pencegahan terhadap meluasnya penyakit flu burung, maka kami bermaksud mengadakan
seminar dengan judul “MENGENAL FLU
BURUNG DAN PERAWATANNYA” agar masyarakat dan para petugas kesehatan dapat
memperoleh pengetahuan yang cukup akurat
dan dapat melakukan tindakan pencegahan untuk meminimalkan resiko tertular flu
burung.
B.
Tujuan Kegiatan
Tujuan Umum: Mengetahui apa itu flu burung dan bagaimana perawatannya.
Tujuan khusus, peserta seminar dapat mengetahui:
1.
Tanda dan gejala penyakit flu
burung.
2.
Cara penularan Flu Burung
3.
Upaya-upaya pencegahan Flu burung
4.
Pengobatan dan pemeriksaan
laboalatorium pasien Flu Burung.
5.
Tata laksana pasien dengan flu
burung dan cara perawatannya (bagi petugas kesehatan)
C.
Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah :
1. Studi kepustakaan dengan membaca
dari berbagai buku, media masa, Internet yang membahas tentang Flu Burung.
2. Pengamatan kasus.
Pengamatan
kasus dilakukan langsung ke RSPI di Sunter untuk mengetahui data-data tentang
pasien yang menderita flu burung dan bagaimana perawatannya.
TINJAUAN TEORITIS
A.
EPIDEMIOLOGI
Wabah flu burung sudah terjadi sejak tahun 1959 di
Skotlandia. Pada saat itu ditemukan virus
avian influenza subtipe H5N1 yang menyerang ternak unggas dan menular ke
manusia. Selanjutnya pada tahun 1961 ditemukan di Afrika Selatan dengan Subtipe
H5N3.
Di Asia, wabah flu burung merebak sekitar tahun 90-an di
Hongkong. Mulai saat itulah flu burung menjadi penyakit pandemi (lintas
batas negara). Thailand, Malaysia, Cina, Korea, Kamboja, dan Indonesia adalah
sebagian besar negara yang telah terjangkit virus flu burung.
Selain menjangkit kawasan Asia flu burung berjangkit di
beberapa negara Eropa dan Afrika. Negara-negara tersebut diantaranya adalah:
Afrika Selatan, Inggris, Australia, Belanda, Belgia, Amerika Serikat, Kanada
dan Irlandia. Australia
dan Inggris adalah negara yang mengalami
kasus flu burung sejak tahun 1970-2003. Untuk kawasan Asia
flu burung merebak pada tahun 1997 di Hongkomg. Pada saat itu ditemukan sekitar
18 orang terinfeksi dan 6 orang diantaranya meninggal. Pada tahun 2003 virus
ini kembali menyerang Hongkong dan menelan 1 korban. Sedangkan di Thailand pada
Januari 2004, Perdana Menteri Thailand mengatakan bahwa terdapat 6 orang yang
didiagnosa terkena virus flu burung H5N1. Hingga tahun 2005 Thailanad terus
berusaha mengatasi wabah virus tersebut dan pihak pemerintah memastikan vaksin
flu burung sudah ada paling lambat tahun 2007.
Usaha untuk menemukan vaksin itu merupakan kesepakatan ASEAN setelah
anggota negara-negara ASEAN mengadakan pertemuan. Di Korea Selatan disekitar
kota Eumseong di dekat ibu kota Seul ditemukan menyerang peternakan itik dan
ayam . Pada bulan Januari 2004 ditemukan
virus flu burung menyerang peternakan
unggas.
Sampai pertengahan tahun 2005, WHO melalui websitenya
melaporkan bahwa jumlah kasus flu burung di dunia mencapai 108 kasus dan 56
orang diantaranya meninggal dunia. Negara-negara yang dipastikan terserang flu
burung antara lain Thailand, Malaysia, Korea, Cina, Jepang, Hongkong, Vietnam,
Laos, Taiwan, dan Indonesia. Di Indonesia kepastian adanya flu burung terjadi
pada Agustus 2003 dengan ditemukannya kematian ternak ayam yang mencapai jutaan
ekor di Jawa Barat. Pada Januari
2004 ditemukan kasus serupa dibeberapa
propinsi yaitu Bali, Banten, Jawa Barat, Jawa timur, Jawa Tengah, dan
Kalimantan Barat. Sedangkan pada manusia hingga 8 November 2005 tercatat 9
kasus Confirm dan 5 diantaranya meninggal, 6 kasus probable dan dua diantaranya
meninggal serta 28 kasus suspek 12 diantaranya meninggal. (sumber Data dari
P2M)
B.
DEFINISI
Ø Flu burung atau avian influenza adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe
A dan ditularkan oleh unggas. (Flu burung seri Agriwawasan hal 6).
Ø Flu burung atau avian influenza
adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh virus influenza yang ditularkan oleh unggas yang dapat
menyerang manusia. (Departeman Kesehatan RI).
C.
DEFINISI KASUS
1. Kasus Suspek
Kasus suspek adalah seseorang yang menderita ISPA dengan
gejala deman (temp > 380C), batuk dan sakit tenggorokan dan atau
beringus serta dengan salah satu keadaan :
a.
Seminggu terakhir mengunjungi
peternakan yang sedang berjangkit flu burung.
b.
Kontak dengan kasus konfirmasi flu
burung dalam masa penularan.
c.
Bekerja pada suatu laboratorium
yang sedang memproses spesimen manusia atau binatang yang dicurigai menderita
flu burung.
2.
Kasus
Probable
Kasus probable adalah kasus suspek disertai salah satu
keadaan :
a.
Bukti laboratorium terbatas yang
mengarah kepada virus influenza. A (H5N1) misal: test H1 yang menggunakan
antigen H5N1.
b.
Dalam waktu singkat berlanjut
menjadi pneumonia dan gagal nafas sampai
meninggal.
c.
Terbukti tidak terdapat penyebab
lain.
3.
Kasus
Kompermasi
Kasus kompermasi adalah kasus suspek atau probable didukung
oleh salah satu hasil.
Pemeriksaan laboratorium :
a.
Kultur virus influenza H5N1
positif.
b.
PCR influenza (H5) positif.
c.
Peningkatan titer antibody H5
sebesar 4 kali.
D.
TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala dapat dibedakan pada unggas dan manusia.
1. Tanda dan gejala pada Unggas:
a.
Jengger berwarna biru.
b.
Borok dikaki.
c.
Pial dan kulit perit yang tidak
ditumbuhi bulu berwarna biru keunguan.
d.
Pembengkakan disekitar kepala dan
muka.
e.
Perdarahan dibawah kulit (sub
kutan).
f.
Ptekhie pada daerah dada, kaki dan
telapak kaki.
g.
Batuk, bersin dan ngorok.
h.
Diare.
i.
Kematian mendadak.
j.
Tingkat kematian yang tinggi
2. Tanda dan gejala pada manusia:
a.
Demam (suhu badan diatas 380C).
b.
Lemas.
c.
Batuk dan nyeri tenggorokan disertai
pengeluaran lendir bening dari hidung.
d.
Radang saluran pernapasan atas.
e.
Nyeri otot.
f.
Infeksi mata.
g.
Diare.
h.
Perdarahan hidung dan gusi
E.
CARA PENULARAN
Penularan flu burung (H5N1) pada unggas terjadi secara
cepat dengan kematian tinggi. Penyebaran penyakit ini terjadi diantara populasi
unggas disatu peternakan bahkan dapat menyebar ke peternakan di daerah yang
lain. Sedangkan penularan pada manusia dapat melalui udara yang tercemar virus
tersebut baik yang berasal dari tinja ataupun sekreta unggas yang terserang flu
burung. Apabila udara yang telah terkontaminasi oleh virus flu burung tersebut
terhirup oleh manusia maka akan
terdeposisi di saluran pernafasan dan dapat terjadi infeksi yang menimbulkan
radang paru-paru akut (pneumonia) selanjutnya dapat menyebabkan sepsis atau
gagal nafas dan kalau tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan kematian. Cara
penularan pada perawatan penderita Flu Burung.
1. Kontak: Langsung dan tidak langsung
Penularan
dapat terjadi pada kontak langsung dari kulit pasien ke kulit penjamu rentan.
Dalam hal ini dapat terjadi pada petugas kesehatan saat memandikan pasien atau
melaksanakan tindakan keperawatan. Sedangkan secara tidak langsung dapat
melibatkan benda perantara (biasanya benda mati, seperti alat kesehatan, jarum,
kasa, tangan yang tidak dicuci, sarung tangan bekas dll).
2.
Droplet
Penularan secara droplet dapat terjadi melalui percikan
cairan dari penderita kepada orang lain. Mekanisme perpindahan, percikan
dihasilkan oleh penjamu (yang berdiameter
> 5 mm) melalui batuk, bersin, bicara dan selama pelaksanaan tindakan
tertentu (seperti: penghisapan lendir dan bronkoskopi). Percikan yang berasal
dari penjamu tersebut terbang dalam jarak dekat melalui udara yang mengendap di
bagian tubuh penjamu lain yang rentan (seperti konjungtiva, mukosa hidung, dan
mulut). Selain itu percikan yang mengandung kuman itu bersifat tidak menetap di
udara maka untuk mencegah penyebaran lebih lanjut tidak diperlukan pengaturan
khusus pada sistem ventilasi (Jangan dikacaukan dengan penularan airbone).
F.
ETIOLOGI
Penyebab flu
burung adalah virus influenza tipe A yang termasuk famili Orthomyxoviridae.
Virus influenza tipe A dapat berubah-ubah bentuk dan dapat menyebabkan epidemi
(penyebaran penyakit pada banyak orang dalam masyarakat secara mutlak) dan
pandemi (epidemi yang luas mengenai beberapa negara atau kontinen). Berdasarkan
subtipenya terdiri dari hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N). Kedua huruf
inilah yang digunakan untuk mengidentifikasikan kode tipe flu burung yang
banyak jenisnya.
Pada manusia
hanya terdapat jenis H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, H1N2 dan H7N7, sedangkan
pada binatang H1H5 dan N1N98. Strain yang sangat virulen adalah virus influenza
tipe A dengan sub tipe H5N1. Virus ini dapat hidup dalam air sampai 4 hari pada
suhu 220C dan lebih dari 30 hari pada suhu 00C. Virus
akan mati pada pemanasan 600C selama 30 menit atau 560C
selama 3 jam dan dengan detergen serta desinfektan seperti formalin, dan cairan
yang mengandung iodin. Adapun sifat-sifat dari virus flu burung adalah:
1.
Mengalutinasi sel darah merah
ayam.
2.
Mudah mengalami mutasi.
3.
Virus mudah mati diluar tubuh ayam
(tidak stabil di lingkungan).
4.
Mudah mati oleh panas, kekeringan,
sinar UV, berbagai desinfektan yang umum (detergen, iodium, Klorin, senyawa fenol).
G.
FAKTOR RESIKO TERTULAR FLU BURUNG
Kelompok beresiko tinggi tertular flu burung adalah :
1.
Pekerja di peternakan ayam.
2.
Pemotong ayam.
3.
Penjamah unggas lainnya.
4.
Dokter hewan yang bertugas
memeriksa unggas di peternakan.
Resiko faktor flu burung penyakitnya menjadi berat adalah :
1.
Umur tua.
2.
Terlambat perawatannya.
3.
Keterlibatan infeksi saluran
pernapasan bawah; pneumonia.
4.
Leukopenia dan limfopeni pada saat
masuk kematian rata-rata 9 hari setelah sakit (6-7) di Vietnam.
H.
PATOFISIOLOGI
Flu burung disebabkan oleh virus H5N1 yang sebelumnya tidak pernah
menginfeksi manusia dan hanya ada pada burung. Virus ini dapat menular dari
burung ke burung dan dari unggas ke manusia melalui air liur, lendir dari
hidung serta feces. Penyakit ini dapat menular melalui udara yang tercemar
virus H5N1 yang berasal dari kotoran atau sekreta burung/ unggas yang menderita
flu burung. Penularan dari unggas ke manusia dapat terjadi apabila terjadi
kontak langsung antara manusia dengan unggas yang terinfeksi flu burung. Virus
influenza A yang ada pada kotoran atau cairan sekresi dari burung yang
terinfeksi, akan mengkontaminasi debu ataupun tanah, sehingga apabila
kering dapat bertebaran terbawa angin
kemudian terinhalasi manusia. Apabila sistem imun manusia lemah maka virus
influenza A dapat masuk dengan mudah kedalam tubuh manusia. Pada manusia masa
inkubasi virus influenza sekitar 1-3 hari, masa infeksi 1 hari sebelum 3-5 hari
sesudah timbul gejala. Debu yang telah terkontaminasi akan terdeposisi di
saluran napas, lalu virus akan bermutasi dengan menempel pada virus flu pada
umumnya yang sering diderita oleh manusia. Bila virus ini telah masuk maka akan
menimbulkan tanda dan gejala demam (> 380C), lemas, tenggorokan
sakit, sesak nafas, perdarahan hidung dan gusi, sakit kepala, tidak napsu
makan, muntah dan nyeri perut dan diare. Gejala
ini dapat bervariasi tidak harus semua gejala ada, bisa berbeda dari orang
ke orang. Setelah virus ini bermutasi maka virus ini secara efektif tersebar ke
saluran nafas dan selanjutnya bisa terjadi infeksi dan dapat menimbulkan radang
akut (pneumonia), selanjutnya dapat terjadi sepsis dan gagal nafas sehingga
berakibat kematian.
Menurut Peneliti biologi molekuler dari universitas Airlangga,
Surabaya, Jawa Timur, C. A. Nidom menyatakan virus flu burung subtipe H5N1 yang
ada di Indonesia saat ini sudah bermutasi menjadi dua subkelompok. (Koran Tempo Sabtu, 1 Oktober
2005) hasil ini diperoleh dari penelitiannya hingga akhir tahun ini. Mutasi
yang terjadi pada H5N1 di Indonesia masih merupakan mutasi kecil (antigenik
drift). Antigenik drift adalah mutasi yang terjadi pada salah satu susunan
rantai asam amino tunggal (Ribonucleic Acid/ RNA). Namun, berpotensi membentuk
virus baru.
Bermutasinya H5N1 dapat
menimbulkan karakter baru pada virus. Misalnya antigenitas, yaitu daya serang
terhadap individu bisa berbeda dan bisa memunculkan antibodi berbeda. Virus ini
mengalami proses mutasi dengan cara Haemaglutinin (H) akan melekatkan ujung
virus dengan reseptor saraf pada sel inang sedangkan Neuraminidase (N) akan
mempromosikan proses budding (melepaskan partikel-partikel virus yang baru
terbentuk dari sel inang sehingga dia akan menyebarkan infeksi dalam tubuh
korban). Segmen RNA dan protein-protein HA/ NA dari kedua tipe virus bercampur
aduk saat partikel virus dirangkaikan
sehingga akan muncul subtipe virus yang baru secara mendadak. Apabila genom RNA
baru ini terbentuk maka dia akan memiliki potensi yang sangat besar untuk
menyabar dari manusia ke manusia secara cepat. Virus ini akan merusak sistem
kekebalan tubuh manusia sehingga antibodi tidak dapat mengenali protein-protein
haemaglutinin dan Neuramidase baru.
I.
PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN FLU
BURUNG
1.
Pada Ternak
Virus flu burung yang menyerang pada hewan sampai saat ini
belum diketahui obat maupun vaksin yang tepat untuk mengobatinya. Pemberian
obat maupun vaksin dilakukan lebih ke arah pencegahan supaya tidak menular pada
hewan lain maupun manusia disekitarnya. Beberapa langkah yang dapat diupayakan
adalah :
a.
Biosekuriti
Resiko terjadinya serangan flu burung terdapat
pada ayam ras petelur ( layer). Penyebabnya adalah masa hidup ayam ini cukup
panjang, yaitu 70 Minggu sehingga memperbesar peluang tertular virus. Resiko
terbesarnya terjadi pada saat masa produksi dan pada puncak produksi atau
sekitar usia 15-35 minggu. Hal ini dikarenakan saat akan berproduksi tubuh ayam
memerlukan banyak energi sehingga ada kemungkinan ayam kekurangan energi.
Resiko berikutnya adalah ayam broiler, ayam kampung, puyuh dan itik. Peternak perlu
menerapkan biosekuriti untuk pencegahan dan kemungkinan penularan virus.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam usaha ini adalah:
ü Membatasi secara ketat lalu lintas unggas atau ternak produk unggas,
pakan, kotoran, bulu dan alas kandang.
ü Membatasi lalu lintas pekerja atau orang dan kendaraan yang keluar masuk lokasi peternakan. Orang
yang tidak berkepentingan dilarang masuk. Orang dan kendaraan yang masuk keluar
kandang harus disemprot dengan larutan desinfektan.
ü Peternak dan orang yang hendak memasuki peternakan ayam (unggas) harus
menggunakan pakaian pelindung seperti masker, kaca mata plastik (goole), kaos
tangan, dan sepatu.
ü Mencegah kontak antara unggas dengan burung liar atau burung air, tikus
dan hewan lain.
ü Melakukan desinfeksi terhadap semua bahan sarana dan prasarana
peternakan, termasuk bangunan kandang.
ü Menggunakan jenis desinfektan yang sudah direkomendasikan seperti asam
perasetat, hidroksi peroksida, sediaan ammonium kuartner, formaldehid/ formalin
2-5%, iodoform kompleks (iodine), senyawa fenol, natrium/ kalium hipoklorit.
b.
Depopulasi
Depopulasi adalah tindakan pemusnahan unggas
secara selektif di peternakan yang tertular virus flu burung. Tindakan ini
dilakukan untuk pencegahan penyebaran penyakit lebih luas. Saat hewan ternak
menunjukkan gejala flu burung, seperti lendir keluar dari mulut atau hidungnya,
ayam kelihatan sakit, malas, susah makan, dan bulunya kusam maka untuk segera
dipotong, lalu dikubur atau dibakar.
Cara pemusnahan unggas terinfeksi virus flu
burung adalah menyembelih semua unggas yang sakit dan unggas yang sehat dalam
satu kandang (peternakan). Selain itu, dapat juga dilakukan dengan cara
disposal yaitu membakar dan mengubur unggas mati (bangkai), sekam dan pakan
yang tercemar, serta peralatan yang terkontaminasi. Lubang tersebut minimal
berjarak 20 meter dan dalamnya 1,5 meter. Apabila lubang atau tempat pembakaran
tersebut dekat dengan pemukiman penduduk maka harus mendapat ijin dari Dinas
Peternakan setempat.
Jika disuatu daerah telah didiagnosa secara
klinis, patologi anatomis, dan
epidemiologis, serta dikonfirmasi secara laboratoris maka harus
dilakukan pemusnahan secara menyeluruh, yaitu memusnahkan seluruh ternak yang
sakit maupun sehat pada peternakan tertular dan juga terhadap semua unggas yang
berada di dalam radius 1 km dari peternakan tersebut.
Untuk pengisian kembali (restoking) unggas ke
dalam kandang dapat dilakukan paling cepat satu bulan setelah dilakukan
pengosongan kandang dan telah selesai dilaksanakan semua tindakan dekontaminasi
dan disposal sesuai prosedur.
c.
Tata Laksana Peternakan
ü Pengaturan kepadatan
Kepadatan harus diatur agar semua anakan ayam dapat
memperoleh tempat leluasa untuk aktivitasnya dan mendapat suhu yang tepat.
Dengan kepadatan yang tidak terlalu banyak, pengontrolan lebih mudah dilakukan
sehingga saat ada ayam yang sakit cepat diketahui dan ditangani.
ü Temperatur
Temperatur kandang harus selalu dikontrol untuk menghindari
perubahan yang mendadak dan drastis. Fluktuasi suhu yang mencolok dapat
menyebabkan ayam stres sehingga mudah lemah dan mudah terserang penyakit.
ü Pakan
Pakan harus diberikan sesuai dengan kebutuhan (pada umumnya
2 kali sehari). Pakan inilah yang berperan dalam pembentukkan energi termasuk
dalam hal peningakatan kekebalan tubuh. Namun, kualitas pakan yang akan
diberikan perlu diperhatikan. Pakan yang akan diberikan harus sesuai dengan kebutuhan gizi ayam peliharaan
dan bebas dari kontaminasi jamur maupun kotoran lainnya. Selain itu, tempat
pekan yang sudah digunakan segera dicuci untuk mencegah hadirnya virus yang
menempel.
ü Air
Keberadaan air minim perlu diperhatikan, baik itu
ketersediaanya maupun kondisi air minum. Air minum yang kotor harus segera diganti untuk menghindari
kontaminasi penyakit. Tempat air minum juga harus berada dalam kondisi bersih.
Penambahan dan penggantian air minum perlu
dilakukan setidaknya 2-3 kali sehari.
ü Pencahayaan
Pemberian cahaya jangan disepelekan. Langkah ini berguna
untuk Mensti-mulasi ayam untuk makan dan tumbuh. Pencahayaan yang cukup
membantu
anak ayam mengenal
kandang dan mengetahui keberadaan tempat pakan dan minum.
ü Ventilasi
Pengturan ventilasi membantu dalam pengontrolan suhu ruang
dan memperlancar sirkulasi udara. Tersedianya udara segar juga diperlukan untuk
proses respirasi.
ü Vaksinasi
Sehubungan dengan adanya kasus flu burung, vaksinasi harus
dilakukan pada semua jenis unggas yang sehat didaerah yang telah diketahui ada
virus flu burung. Vaksin yang telah digunakan adalah vaksin in aktif (killed
vaccine) yang resmi atau telah teregistrasi dari pemerintah. Adapun program
vaksinasi pada unggas dijelaskan sebagai berikut :
ô Untuk ayam petelur
ÿ Umur 4-7 hari : 0,2 ml dibawah kulit pada pangkal leher.
ÿ Umur 4-7 minggu : 0,5 ml dibawah kulit pada pangkal leher.
ÿ Umur 12 minggu : 0,5 ml dibawah kulit pada pangkal leher atau
pada otot dada.
ÿ Setiap 3-4 bulan diulang : 0,5 ml pada otot dada.
ô Untuk ayam pedaging
Pemberian vaksin dilakukan pada umur 4-7 hari dengan dosis
0,2 ml dibawah kulit pada pangkal leher.
ô Untuk unggas lain
Program vaksinasi disesuaikan dengan petunjuk yang
tercantum pada etiket masing-masing produsen.
2.
Pada Manusia
Obat untuk flu burung hingga
kini belum ditemukan dan para ahli
kesehatan Amerika Serikat terus berupaya untuk menemukan vaksin untuk
melindungi manusia dari penularan virus mematikan tersebut. Oleh karena itu
upaya yang dilakukan lebih bersifat pencegahan dan pertolongan pertama.
Upaya-upaya tersebut dapat dilakukan dengan pencegahan luar dan pencegahan
dalam tubuh. Pencegahan luar merupakan upaya mencegah penularan yang berasal
dari lingkungan supaya tidak masuk kedalam tubuh. sedangkan pencegahan dari
dalam dilakukan dengan mengkonsumsi makanan/bahan yang bersifat meningkatkan
daya tahan tubuh.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan prinsip-prinsip kerja
secara umum yang higienis seperti:
a.
Mencuci tangan dan menggunakan
alat pelindung diri merupakan upaya yang harus dilakukan oleh mereka yang
kontak langsung dengan binatang, baik dalam keadaan hidup maupun mati.
b.
Karena telur juga dapat tertular
maka perlu penanganan yang tepat terutama telur yang masih mentah yaitu dengan
mencucinya sebelum dimasak.
c.
Daging unggas harus dimasak sampai
suhu 700C atau 800C kalau kita menggoreng atau merebus.
Sejauh ini bukti ilmiah membuktikan bahwa masih aman mengkonsumsi daging ayam
maupun unggas asal dimasak dengan baik.
d.
Pola hidup yang sehat terutama untuk
menjaga daya tahan tubuh dengan makan makanan yang bergizi seimbang, istirahat
yang cukup dan olah raga secara teratur. Memperhatikah higiene sebelum makan
terutama mencuci tangan. Anjuran khusus untuk pasien degnan influensa adalah
banyak beristirahat, banyak minum dan makan makanan yang bergizi.
Pencegahan dan penyuluhan untuk masyarakat umum adalah :
1.
Meningkatkan daya tahan tubuh
dengan makan makanan bergizi dan dengan istirahat yang cukup. Konsumsi
multivitamin dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh kita.
2.
Mengolah unggas dengan cara yang
benar yaitu:
ÿ Memilih unggas yang sehat (tidak terdapat gejala-gejala penyakit).
ÿ Memasak daging ayam sampai suhu 1000 C selama 10 menit.
ÿ Memasak telur sampai 1000C selama 6,5 menit.
3. Jangan pergi ke peternakan ayam, unggas dan lain-lain.
4.
Jaga kebersihan diri sendiri
antara lain dengan sering mencuci tangan dengan sabun.
5. Bersihkan lingkungan tempat
tinggal.
6.
Khusus pada orang yang terkena
influenza dianjurkan banyak minum, banyak
istirahat, dan makan makanan bergizi.
7.
Penanganan telur dan kulit telur
secara tepat dan benar yaitu dengan cara mencuci telur mentah yang baru dibeli
(biasanya ada sedikit kotoran ayam yang menempel) agar tidak terjadi
kontaminasi sebelum disimpan di kulkas.
8.
Hindari
kontak langsung dengan ayam/ unggas yang kemungkinan terinfeksi flu burung.
Pencegahan yang dapat kita lakukan sebagai petugas kesehatan :
1.
Cuci tangan dilakukan dibawah air
mengalir dan menggunakan sabun, sikat
selama kurang lebih 5 menit dengan menyikat punggung tangan
dan seluruh permukaan tangan yang dilakukan sebelum dan sesudah memeriksa
pasien.
2.
Mengenakan pakaian bedah atau
pakaian sekali paka (schort).
3.
Memakai masker N 95 atau minimal
masker bedah.
4.
Mengenakan pelindung wajah (kaca
mata).
5.
Memakai sarung tangan.
6.
Memakai pelindung kaki (sepatu).
7.
Mengenakan topi pelindung.
8.
Bila dalam kondisi gawat bisa
mengenakan helm pelindung.
Pencegahan Internal
Pencegahan internal dilakukan dengan mengkonsumsi obat dan makanan. Semuanya itu dilakukan untuk menjaga kesehatan.
v Obat
Obat-obat yang direkomendasikan untuk mencegah terinfeksi
flu burung adalah: amantadine, rimantadine, dan penghambat neuraminidase
misalnya oseltamivir dan zanimivir.
v Konsumsi vitamin dan suplemen.
{ Makanan terutama yang mengandung serat dan antioksidan yang tinggi
terutama buah dan sayur.
{ Mengkonsumsi tanaman obat misalnya:
ü Sambiloto
Beberapa bahan aktif yang terkandung dalam sambiloto adalah
flavonoid, kalium, kalsium, Natrium, dan asam kersik. Sambiloto berkasiat
meningkatkan permukaan epitel dan menghambat replikasi virus.
ü Buah merah
Buah merah mengandung antioksidan dan vitamin yang mampu
memperbaiki sistem metabolisme sehingga akan terbentuk daya tahan tubuh yang
optimal. Betakareten yang terkandung didalamnya dapat memperlancar peredaran
darah. Buah merah juga mengandung asam lemak yang bersifat anti virus. Pelemahan
virus dilakukan dengan cara pelemahan dan peluruhan membran lipida virus.
ü Virgin coconut oil
Kandungan asam lemak rantai sedang (medium chain fatty
acid, MCFA) sangat berperan untuk meningkatkan
daya tahan tubuh dan berperan
dalam inaktivasi virus penyebab influenza.
ü Cabe jawa
Cabe jawa mengandung beberapa bahan aktif seperti piperine,
palmatic acid, minyak atsiri, dan pipiridine. Semua bahan tersebut dapat
mempertahankan permukaan epitel, terutama saluran pernafasan.
ü Temulawak
Temulawak mengandung zat tepung, glikosida, protein, serat,
dan kalium oksalat, minyak atsiri. Zat-zat tersebut dapat membantu proses
regenerasi bila terjadi kerusakan terutama kerusakan sel-sel hati dan sebagai
anti inflamasi.
J.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.
Darah lengkap (Hb, Ht, Leukosit,
Trombosit, LED, Diff count).
2.
Kimia Darah (SGOT, SGPT, Ureum,
Kreatinin).
3.
AGD.
4.
Pemeriksaan mikrobiologi bakteri
gram.
5.
Pemeriksaan Serologi.
Dapat dilakukan Rapid test terhadap virus Influenza
walaupun mungkin hasilnya tidak terlalu
tepat, dan deteksi antibodi (ELISA) serta deteksi antigen (HI,IF/ FA)
6.
Deteksi Antigen.
7.
Pemeriksaan Radiologi.
ô Petugas radiologi telah mempersiapkan diri dengan stndar Universal Precaution sebelum melaksanakan tugasnya.
ô Pemeriksaan akan dilakkan selama 24 jam dengan menggunakan dua pesawat
radiologi, satu pada ruang instalasi radiologi dan satu lagi adalah pesawat
radiologi yang bergerak dan berada didalam ruangan perawatan (untuk kasus rawat
inap).
ô Pemeriksaan foto thoraks dengan gambaran infiltrat yang tersebar di
paru adalah menunjukkan bahwa kasus ini adalah pneumonia.
Langkah-langkah petugas pengambil spesimen:
Pengambilan
spesimen dilakukan oleh petugas laboratorium yang terampil dan berpengalaman.
Pengambilan harus dilakukan dengan memperhatikan universal precaution atau
kewaspadaan dini untuk mencegah terjadinya infeksi.
a. Persiapan Petugas pengambil spesimen
Petugas pengambil spesimen diharuskan memakai :
ÿ Laboratorium jas (lengan panjang).
ÿ Sarung tangan (karet).
ÿ Kaca mata plastik (goggle).
ÿ Masker (N 95 untuk petugas dan penderita).
ÿ Tutup kepala (plastik).
ÿ Penutup sepatu (cover shoe)
b. Macam/ jenis dan cara Pengambilan
spesimen
Spesimen dari saluran pernafasan bagian bawah.
Dua jenis spesimen dapat
diambil untuk isolasi bakteri atau virus dan pemeriksaan dengan PCR (Polymerasa
Chain Reaction). Spesimen tersebut meliputi :
ô
Usap
nasopharing:
Spesimen diambil pada masa akut (pada
waktu penderita sakit) gunakan swab yang
terbuat dari dacron/ rayon steril dengan tangkai plastik. Jangan menggunakan
kapas yang mengandung Kalsium Alginat atau kapas dengan tangkai kayu, karena mungkin mengandung
substansi yang dapat menghambat pertumbuhan virus tertentu dan dapat menghambat
pemeriksaan PCR. Cara pengambilan sampel Swab :
Masukkan swab kedalam lubang hidung
sejajar dengan rahang atas. Biarkan beberapa detik agar cairan hidung terhisap.
Lakukan usapan pada kedua lubang hidung kemudian masukkan swab sesegera mungkin
ke dalam cryotube (tabung tahan pendingin) yang berisi 2 ml media transport
virus (Hanks BSS + Antibiotik).
Putuskan tangkai plastik didaerah mulut botol agar botol bisa ditutup
dengan rapat. Bungkus tabung ini dengan tisu bersih atau kertas koran yang
telah di remas-remas agar menghindarkan terjadinya benturan-benturan pada
tabung saat pengiriman. Masukkan tabung ini ke dalam kotak pengiriman primer (bahan
boleh dari pipa paralon atau sejenis tupper ware).
ô Spesimen darah/ serum
Darah fase akut (waktu pasien masih dalam keadaan sakit)
harus diamil dan dikirim sesegera mungkin. Pengambilan darah harus dilakukan
lagi pada fase konvalesen (7-14 hari setelah pengambilan darah primer) dan
segera dikirim. Darah diambil 2 ml untuk
anak-anak dan 5 ml untuk orang dewasa.
ü Pengambilan darah pakai jarum suntik biasa.
Masukkan darah yang diperoleh ke dalam tabung darah tertutup karet
(tabung steril vacum) tanpa bahan pencegahan pembekuan darah.
Diamkan darah dalam waktu 1 jam pada suhu kamar, agar darah dalam
tabung membeku dengan baik.
Pemisahan darah bekuan dari serum pada tabung steril harus dilakukan di
badan Litbangkes/ Namru2 Jakarta, atau labolatorium yang ada sentrifus.
Semua tabung setelah dibungkus dengan kertas tisssu atau kertas koran
dikemas dimasukkan kedalam kotak pengiriman primer.
ü Pengambilan pakai jarum Vacutainer.
Darah ditampung lebih dahulu pada tabung darah bertutup karet sebanyak
2 ml dari anak-anak dan 5 ml dari orang dewasa.
Diamkan darah dalam waktu 1 jam pada suhu kamar, agar darah dalam
tabung steril membeku dengan baik.
Pemisahan darah bekuan dari serum pada tabung harus dilakukan di Badan
Litbangkes/ Namru 2 Jakarta, atau laboratorium yang ada sentrifus.
Semua tabung setelah dibungkus dengan kertas tissu atau kertas koran
diremas dimasukkan ke dalam kotak pengiriman primer.
K.
TERAPI MEDIK
1.
Oksigenisasi bila terdapat sesak
napas, pertahankan saturasi O2 90 %.
2.
Pertahankan hidrasi dengan
pemberian cairan parenteral (infus).
3.
Pemberian obat anti virus
oseltamivir 75 mg dosis tunggal 2x1 selama 7 hari Amantadine diberikan pada
awal infeksi, sedapat mungkin dalam waktu 48 jam pertama selama 3-5 hari dengan
dosis 5mg/ kg BB perhari dibagi dalam 2 dosis. Bila BB > 45 Kg diberikan 100
mg 2x sehari.
4.
Terapi simtomatis untuk gejala flu
seperti analgetika, antipiretika, dekongestan dan antitusif.
L.
TATA LAKSANA PENDERITA FLU BURUNG
1.
Langkah-langkah
a. Pendaftaran
? Tempat Pendaftaran Prnderita (TPP) adalah tempat yang disediakan RSPI (Rumah
Sakit Penyakit Infeksi) untuk melakukan pendaftaran penderita dalam rangka
pemeriksaan kesehatan oleh tim medis RS.
? Pada TPP tersebut harus ditempatkan petugas yang telah dilatih untuk
melakukan seleksi terhadap penderita yang mengalami keluhan/ gejala sesuai
gejala Flu burung.
? Petugas TPP tersebut akan mengarahkan pemeriksaan yang telah dicurigai
menderita Flu Burung ke Ruangan Triage Instalasi Gawat Darurat (IRD) untuk
diperiksa.
b. Triage Instalasi Gawat Darurat.
v Rawat darurat (Emergency) adalah suatu keadaan dimana penderita
memerlukan pemeriksaan dan tindakan medis segera dan apabila tidak segera
dilakukan dapat berakibat fatal bagi penderita.
v Triage adalah ruangan yang mempunyai fungsi untuk melakukan seleksi
terhadap penderita Flu Burung, dimana semua petugas telah melakukan Standar
Universal Precaution.
v Seleksi pertama dilakukan oleh perawat
yang telah dilatih dengan berpedoman pada gejala-gejala Flu Burung dan
faktor resikonya, sekaligus melakukan permeriksaan awal sebelum dokter yang bertugas melakukan
pemeriksaan lanjutan.
v Seleksi kedua adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter Triage yang
melakukan pemeriksaan anamnesa dan pemeriksaan fisik sesuai standar pelayanan
medik mengenai Flu Burung yang ada.
v Jika diperlukan pemeriksaan penunjang diagnostik, maka dokter segera
melakukan (oleh petugas khusus) pemeriksaan laboratorium sederhana dan foto
thoraks pada penderita tersebut.
v Dari hasil pemeriksaan diagnostik fisik dan penunjang tersebut dokter
dapat memulangkan atau segera merawat penderita tersebut sesuai indikasi.
v Untuk penderita yang akan dirawat, maka dokter Triage segera melaporkan
hal rencana perawatan penderita tersebut pada dokter konsulen jaga pada hari
ini.
c.
Rawat
Inap
v Rawat Inap adalah pelayanan kesehatan di RS, dimana penderita
sedikitnya 1 (satu) hari berdasarkan rujukan dari Triage Instalasi Rawat
Darurat.
v Indikasi rawat inap penderita Flu Burung dengan penderita sbb: Demam >380C,
Nyeri tenggorokan, Batuk, pilek, bersin, mielgia, pada keadaan
yang berat timbul respiratori distress
akibat pneumonia virus, adanya
kontak dengan unggas tersebut menderita
sakit/ mati dalam 7 hari.
v Petugas perawatan telah melakuan standar Universal Precaution.
v Semua penderita yang telah memenuhi kriteria adanya gejala Flu Burung
dan telah dilakukan seleksi pada Triage
Instalasi Rawat Darurat.
v Perawatan dilakukan paling sedikit 1 Minggu.
d.
Kriteria
Merawat di ICU
v Frekuensi nafas lebih dari 30 kali per menit.
v PaO2/ FiO2,250.
v Foto Toraks: Penambahan infiltrat 50% atau mengenai banyak lobus paru.
v Tekanan sistolik, 90 mmHg, tekanan diastolik, 60 mmHg.
v Membutuhkan ventilator mekanik.
v Syok septik.
v Membutuhkan vasopressor 4 jam.
v Fungsi ginjal memburuk (serum creatinin> 4 mg/ dl).
v Tatalaksana penerimaan penderita di ruang perawatan intensif (ICU)
Ø Pemberitahuan penderita masuk diperoleh perawat jaga ICU dari dokter
jaga Triage/IGD, dokter jaga isolasi rawat inap, dokter jaga konsulen sesuai
indikasi/ anjuran.
Ø Perawat ICU memberitahu dokter konsulen ICU.
Ø Perawat ICU mempersiapkan tempat tidur dan peralatan serta respirator
jika diperlukan.
Ø Perawat ICU melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital.
Ø Penanganan penderita dilakukan bersama-sama oleh dokter konsulen ICU
dan dokter spesialis penyakit dalam/ paru atau
spesialis lainnya jika diperlukan.
e.
Pemulangan
Penderita Rawat Inap dan follow-up.
v Pemulangan Penderita Rawat inap
Ø Penderita tidak demam selama 48 Jam.
Ø Tidak batuk.
Ø Perbaikan Foto Toraks.
Ø Laboratorium yang sebelumnya abnormal menjadi normal kembali
v Follow –Up
Ø Penderita Rawat Inap yang telah pulang ke Rumah diwajibkan untuk
melakukan follow-up di Poliklinik Penyakit Paru/ Penyakit
Dalam/ instalasi Rawat Darurat.
Ø Pemeriksaan ulang/kontrol dilakukan satu minggu setelah
pulang,pemeriksaan kontrol dilakukan foto Toraks dan uji lain yang abnormal.
f.
Penanganan
Jenazah Penderita Flu Burung
v Semua petugas Ruang Jenasah harus mempersiapkan Standar Universal
Precaution.
v Jika diperlukan untuk memandikan jenasah atau perlakuan khusus terhadap
jenasah maka hanya dapat dilakukan oleh petugas khusus dengan tetap
memperhatikan Standar Universal Precaution.
v Jenasah penserita Flu Burung dututup
dengan bahan yang terbuat dari plastik (tidak dapat ditembus oleh air).
Dapat juga jenazah ditutup dengan bahan kayu atau lainnya yang tidak mudah
tercemar.
v Jenasah tidak boleh lebih dari 4 jam disemayamkan didalam pemulasaran
jenasah.
M.
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
FLU BURUNG
1.
Tahap I Suspect (Di duga) Flu
Burung ( IGD/ Poli) Pasien ditempatkan di ruang isolasi dan diberlakukan “Strict
Barrier Nursing Care” (Perawatan Isolasi).
2.
Pada saat memberikan perawatan
pasien perawat melakukan kewaspadaan universal dengan kewaspadaan terhadap
penularan Airborne dengan alat pelindung Perorangan ( APP).
ASUHAN KEPERAWATAN
1.
Anamnesa.
2.
Observasi
a.
Keadaan Umum:
Sesak nafas
Batuk produktif
Nyeri otot
Ekstermitas dingin
Pengisian tekanan kapiler lebih dari 2 detik
Pucat
b.
Tanda tanda Vital
Suhu > 380C
Frekwensi Pernapasan cepat dan dangkal
Nadi
Tekanan darah menurun.
3.
Monitor:
a.
Status Pernafasan
Frekwensi pernafasan.
Wheezing.
Ronchi/ rales.
Bunyi pekak
b.
Tanda- tanda shock:
ô Nadi lemah, cepat dan kecil sampai tak teraba
ô Tekanan Nadi turun menjadi 20 mmHg atau kurang
ô Kulit teraba dingin dan lembab daerah akral seperti ujung hidung, jari
dan kaki.
4.
Dukumentasi hasil Observasi.
5.
Laporkan hasil observasi kepada
tim Medis.
6.
Perencanaan Pulang
a.
Berikan pendidikan kesehatan untuk
perawatan dirumah bila mengalami panas, demam, sesak napas maka anjurkan
kembali ke sarana kesehatan terdekat dan anjurkan: Minum banyak dan kompres
dingin.
b.
Perawatan harus memperhatikan
pemenuhan kebutuhan cairan baik oral maupun parenteral.
Tahap II : Probable Case atau Confirmed Case Di Ruang Rawat
a.
Pasien ditempatkan diruang isolasi
dan diberikan “Strict Barrier Nursing Care” (Perawatan isolasi).
b.
Pada saat memberikan perawatan
pasien perawat melakukan kewaspadaan terhadap
penularan airborne dengan menggunakan alat pelindung Perorangan (APP).
ô Cuci tangan sebelum dan setelah melakukan tindakan.
ô Masker N 95 atau masker bedah.
ô Kaca mata (goggle).
ô Barak short/ gaun pelindung.
ô Apron/ celemek plastik.
ô Topi/ penutup rambut.
ô Pelindung kaki
Dirawat tanpa syok
ô Monitor kebutuhan cairan.
ô Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam dengan penekanan pada pernafasan.
ô Kompres.
ô Pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
ô Support psikososial pada pasien dan keluarga.
ô Kolaborasi pengobatan: Pemberian Oksigen, Program pengobatan dan Diet
TKTP lunak.
ô Kolaborasi Pemeriksaan: AGD, Thorax Foto, Spirometri, darah lengkap,
elektrolit darah.
ô Monitor pemberian Oksigen.
ô Pemberian obat sesuai dengan program.
ô Dokumentasi.
Dirawat dengan Shock
ô Bersihkan jalan nafas.
ô Monitor cairan.
ô Observasi tanda-tanda vital tiap satu jam.
ô Kolaborasi pemeriksaan: AGD, thorax foto, pulse oksimetri, spirometri,
darah lengkap, dan elektrolit darah.
ô Kolaborasi pengobatan: pemberian oksigen, program pengobatan, diet TKTP
lunak.
ô Monitor pemberian oksigen.
ô Pemberian obat sesuai dengan program Medik.
ô Kompres.
ô Pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
ô Support psikososial pada pasien dan keluarga.
ô Dokumentasi
N. RENCANA PASIEN PULANG
1.
Pendidikan Kesehatan:
ÿ Penyakit Flu burung
ÿ Pencegahan Penyakit Flu burung
ÿ Perawatan di rumah
ÿ Peningkatan daya tahan tubuh :
nutrisi
2.
Kunjungan/ konsul ulang ke sarana kesehatan
sesuai pesan tim medis.
Tips
memilih daging yang aman :
C
Pilih daging yang tidak terdapat bercak
merah dibawah kulit.
C
Pilihlah daging segar, baunya biasanya
khas atau tidak berbau anyir.
C
Pilih daging yang tidak lembek.
C
Pastikan dalam pengolahannya benar-benar
matang.
KESIMPULAN
Flu burung merupakan
penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus avian influenza tipe A subtipe H5N1
yang dapat menular dari unggas kemanusia. Penyakit ini muncul sejak tahun 1959
di Skotlandia namun menjadi bahan pembicaraan hangat setelah merebak dikawasan
Asia khususnya Indonesia. Sampai saat ini para ahli kesehatan dunia terutama
WHO sedang berjuang untuk menemukan vaksin dari penyakit yang mematikan ini. Vaksin
yang diharapkan dapat memberantas penyakit flu burung ini belum juga ditemukan
padahal virus ini begitu mudah berubah dangan cara bermutasi.
Sebagai petugas kesehatan
kita mempunyai peranan yang besar untuk mencegah terjadinya epidemi dan pandemi
dengan cara meningkatkan pencegahan secara internal yaitu dangan cara
meningkatkan daya tahan tubuh kita dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung
antioksidan seperti apel, brokoli, jeruk, labu siam, jambu dll. Dapat juga
dangan cara mengkonsumsi obat- obat yang telah direkomendasikan oleh WHO. Secara
eksternal kita juga perlu memperhatikan universal precaution setiap kali akan
merawat pasien atau setelah merawat pasien. Kita juga mempunyai peranan besar
dalam memberikan penyuluhan kepada masyarakat sekitar kita sehingga epidemi flu
burung dapat ditekan dan pandemi tidak terjadi agar Indonesia Sehat 2010 dapat
kita wujudkan bersama- sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar