Chronic Renal Failure (CRF)
A. Konsep Dasar Medik
1. Definisi
Chronic Renal Failure (CRF)
merupakan gangguan fungsi ginjal yang berlangsung secara progresif dan
irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit menyebabkan uremia (retensi urin dan sampah
nitrogen lain dalam tubuh). (Brunner and Suddarth, 1997, hal. 1448).
CRF adalah penurunan fungsi
ginjal yang progresif dalam ginjal tidak berfungsi dalam memelihara bagian
internal tubuh. (Luckman, 1993, hal. 1504).
CRF adalah kerusakan ginjal
yang irreversible pada nefron-nefron di kedua ginjal. (Lewis, 2000, hal. 1306).
2. Anatomi Fisiologi
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen,
terutama di daerah lumbal di sebelah kanan dan kiri tulang belakang, dibungkus
lapisan lemak yang tebal, di belakang peritoneum, dan karena itu di luar rongga
peritoneum. Setiap ginjal panjangnya 6 sampai 7½ cm dan tebal 1½ sampai 2½ cm.
Pada orang dewasa beratnya 140 gram. Bentuk ginjal seperti biji kacang dan sisi
dalamnya atau hilum menghadap ke tulang punggung.
Struktur ginjal dilingkupi kapsul tipis dari
jaringan fibrous yang rapat membungkusnya dan membentuk pembungkus yang halus,
warnanya ungu tua, dan terdiri atas bagian :
Fungsi kelenjar prostat :
a.
Korteks (di sebelah luar)
b.
Meddula à sejumlah pyramid
(sebelah dalam)
c.
Pelvis renalis.
Nefron merupakan unit
fungsional dari ginjal, dan tiap ginjal terdiri dari 1.000.000 unit nefron
dalam setiap ginjal. Tiap nefron meliputi badan malpighi atau glomerulus yang
berada dalam kapsul bowman, tubulus yang berbelok-belok. Pada bagian distal dan
tubulus-tubulus tempat penampung, tubulus dan kapsul Bowman yang berbelok-belok
berada pada korteks dan ginjal.
Fungsi ginjal adalah :
a.
Ultra Filtrasi
Yaitu
membuang volume cairan dari darah sirkulasi bahan-bahan yang terlarut dalam
cairan juga turut terbuang.
Ultrafiltrasi
berasal dari kapiler-kapiler glomerulus kira-kira 180 L/hari. Jumlah filtrasi
dalam satuan waktu yang ditentukan disebut angka kecepatan fungsi glomerular
(GFR : glomerular filtration rate). Ginjal mendapat 25% dari output kardiak dan
arus darah. Dalam ginjal rata-rata 600 ml/unit. Bila darah memasuki
kapiler-kapiler glomerulus dengan tekanan yang kurang dari 60-70 mmHg, akan
membentuk plasma yang tidak tersaring.
b.
Pengendalian cairan
Yaitu
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit-elektrolit yang tepat dalam
batas ekskresi yang normal dalam sekresi dan reabsorbsi.
Jika
bukan karena adanya sistem konservasi dari ginjal, orang akan kehabisan cairan
dan garam dalam waktu 3 sampai 4 menit. Tubulus yang berbelok-belok proximal mereabsorbsi
85% sampai 90% air pada ultra filter, 80% dari sodium yang telah difilter, dan
terbanyak potasium yang telah difilter, bikarbonas klorida, fosfat, glukosa dan
protein.
c.
Keseimbangan asam
Yaitu
mempertahankan pH pada derajat yang normal dengan ekskresi ion H dan
pembentukan bikarbonas untuk buffer/penyangga.
d.
Ekskresi produk sisa
Yaitu
pembuangan langsung produk metabolisme yang terdapat pada filtrat glomerular.
Sisa-sisa
metabolik diekskresi pada filtrasi glomerulus. Kreatinin sedikit mengalami modifikasi
yang lewat melalui nefron, kreatinin yang terkandung pada filtrasi glomerulus
yang diekskresikan tanpa perubahan dalam urin.
e.
Mengatur tekanan
Yaitu
mengatur tekanan darah dengan mengendalikan volume sirkulasi dan sekresi urin.
Cairan
dan elektrolit yang dikendalikan oleh ginjal adalah :
·
Glomerulus : filtrasi air dan elektrolit.
·
Tubulus proximal : reabsorbsi jumlah besar air
sodium, potasium, bikarbonat, klorida, fosfat.
·
Tubulus henle : difusi sodium, ke dalam tubulus.
f.
Memproduksi eritrosit
Yaitu
erythropoetin yang disekresi oleh ginjal merangsang sumsum tulang agar membuat
eritrosit. Erythropoetin adalah hormon yang dikeluarkan ginjal, erythropoetin
adalah hormon yang dikeluarkan ginjal, erythropoetin merangsang sumsum tulang
untuk menghasilkan sel darah merah (RBCs : Red Blood Cells).
g.
Mengatur metabolisme
Adalah
mengaktifkan vitamin D yang diatur oleh kalsium fosfat ginjal. Metabolisme
kalsium fosfat juga dikendalikan oleh ginjal, vitamin D prohormon diubah
menjadi bentuk aktif oleh ginjal. Vitamin D aktif bukan hanya mengatur absorbsi
kalsium oleh alat pencernaan tapi juga penyimpanan pada matriks tulang.
Demikian juga metabolisme kalsium dan phosphorus.
h.
Reabsorbsi air
Ø
Badan asenden : reabsorbsi sodium.
Ø
Distal dari tubulus yang berbelok-belok :
-
Reabsorbsi air
-
Sekresi potasium, hidrogen dan ion amonia menurut
kebutuhan reabsorbsi sodium.
3. Etiologi
-
Glomerulonefritis kronik.
-
Acute Renal Failure
-
Obstruksi
-
Pyelonefritis
-
Diabetes melitus
-
Hipertensi
-
Lupus erythematosus (penyakit kolagen)
-
Polyarthritis
-
Penyakit ginjal polycystic
-
Infeksi
-
Medikasi
-
Agent nefrotik (aminoglikosida).
4. Patofisiologi
Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam
penyakit yang merusak nefron ginjal sehingga menyebabkan fungsi ginjal turun
dari 25% ban nefron-nefron sisa yang sehat mengambil alih fungsi nefron yang
rusak. Nefron yang tersisa meningkatkan fungsi nefron yang masih normal, sisa
yang normal akan terjadi hipertrofi sehingga kerusakan renal bertambah/jumlah
nefron yang normal menurun dalam usaha untuk melaksanakan beban kerja ginjal,
terjadi peningkatan filtrasi beban solut dan reabsorbsi dan berakibat pada
diuresis osmotik, ketidakseimbangan cairan disertai poliuria dan haus yaitu
peningkatan aliran kemih dan penurunan konsentrasi, maka penderita bisa menjadi
dehidrasi dan cenderung terjadi retensi garam dan air yang normal diekskresikan
dalam urine, di dalam aliran darah terjadi uremia yang mempengaruhi semua
sistem tubuh, ketidakmampuan mengeluarkan urine (oliguria) menyebabkan
kepekatan urine meningkat sehingga semakin banyak timbunan produk sampah maka
gejala akan semakin besar namun gejala akan berkurang setelah dialisis
(Hemodialilsa). Penyusutan progresif pada nefron-nefron terjadi pembentukan
jaringan parut dan aliran darah ke ginjal berkurang. Pelepasan renin meningkat
dan mengaktifkan sistem renin angiotensin aldosteron dan tahanan perifer
meningkat dan berakibat hipertensi, dan gangguan pemekatan retensi garam
akibatnya kelebihan cairan dapat menjurus ke gagal jantung kongestif (CHF).
Dengan berkembangnya penyakit renal terjadi asidosis metabolik yang disebabkan
ketidakmampuan ginjal mengekskresikan asam (H+) yang berlebihan.
Penurunan sekresi asam terutama akibat ketidakmampuan tubulus ginjal mengekresi
amonia (NH+) dan absorbsi natrium bikarbonat (HCO3).
Penurunan ekskresi fosfat dan asam organik lain juga terjadi penderita uremia
sering terjadi manifestasi gastrointestinal, meliputi nausea, muntah,
anoreksia, foetor uremik dan pada uremia lanjut stomatitis esofagitis,
manifestasi pada kardiovaskuler pada gagal ginjal kronis mencakup hipertensi
akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas angiotensin aldosteron. Nyeri
dada dan sesak napas akibat perikarditis, efusi perikardial, penyakit jantung
koroner akibat arteriosklerosis dini, edema akibat penimbunan cairan, gejala
hematologi, anemia disebabkan berkurangnya fungsi eritroprotein, sehingga
rangsangan entropcoesis pada sumsum tulang menurun, hemolisis, defisiensi besi,
masa perdarahan panjang, fagositosis, fungsi limfosit menurun. Gejala pada
endokrin, gangguan seksual, libido/ereksi menurun, pada laki-laki impoten,
ammenorrea pada wanita, gangguan toleransi glukosa, gangguan metabolik lemak.
Gejala pada sistem saraf adalah retless leg syndrome, burning feet syndrome,
dan enselofati metabolik, dan manifestasi pada kulit adalah kulit berwarna
pucat, gatal, ekimosis, uremik frost, kulit tipis, kuku mudah rapuh, kusam dan
rontok, gejala psikologi, cemas, penolakan, depresi.
5. Tanda dan Gejala
Ø
Kardiovaskuler
-
Hipertensi
-
Pericarditis
-
Pembesaran vena leher
-
Edema periorbital
-
Pericardial effusion.
Ø
Gastrointestinal
-
Anoreksia, konstipasi, diare
-
Muntah
-
Uremic
-
Perdarahan gastrointestinal
-
Ulkus peptikum
-
Stomatitis
-
Gastritis.
Ø
Neurologi
-
Lelah/fatigue
-
Sakit kepala
-
Susah tidur
-
Pusing
-
Koma
-
Kebingungan/confusion.
Ø
Integumen
-
Warna kulit abu-abu mengkilat
-
Kulit kering, bersisik
-
Pruritus
-
Ekimosis
-
Kuku tipis dan rapuh
-
Rambut tipis dan kasar
-
Uremik.
Ø
Pulmoner
-
Paru-paru uremik
-
Edema pulmonal
-
Dyspneu
-
Pneumonia.
Ø
Hematologi
-
Anemia
-
Perdarahan
-
Infeksi.
Ø
Psychology
-
Penolakan
-
Kecemasan
-
Depresi
-
Psychosis
Ø
Muskuloskeletal
-
Kram otot
-
Kekuatan otot hilang
-
Fraktur tulang
-
Foot drop
Ø
Reproduktif
-
Amenorrhoe
-
Atrofi testikuler
-
Disfungsi seksual.
6. Test Diagnostik
-
USG ginjal
-
CT Scan ginjal
-
Kadar Hb menurun, Ht menurun.
-
BUN meningkat, Kreatinin meningkat, CCT (Creatinine
Clearance Levels)
-
Serum elektrolit (Na meningkat, K meningkat, Cl)
-
Urinalisis
-
Urine kultur.
7. Therapi kolaborasi
-
Koreksi volume cairan ekstrasel/defisit
-
Therapi nutrisi
-
Therapi erithroprotein
-
Suplemen Ca, phosphate binders.
-
Therapi anti hipertensi.
8. Komplikasi
·
Hiperkalemia
Karena
penurunan ekskresi, asidosis metabolik, katabolisme dan masukan diet berlebih.
·
Hipertensi
Karena
retensi cairan dan natrium malfungsi, sistem renin, angiotensin aldosteron.
·
Anemia
Karena
penurunan eritroprotein, penurunan usia sel darah merah, perdarahan
gastrointestinal, akibat iritasi toksin.
·
Perikarditis, efusi perikardial dna temponade
jantung.
Karena
retensi produk sampah uremik dan disjustglomerulus yang tidak adekuat.
·
CHF
Crackles,
dyspnea, orthopnea.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a.
Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
-
Kaji riwayat penyakit DM, hipertensi.
-
Riwayat penggunaan obat-obat, rokok, alkohol.
b.
Pola nutrisi metabolik
-
Edema
-
Stomatitis
-
Nyeri ulu hati
-
Mual/muntah
-
Demam
-
Pendarahan gastrointestinal
-
Malnutrisi
-
Rasa metalix tak sedap pada mulut (pernapasan, amonia)
-
Pruritus, uremic frost
-
Kuku tipis dan kasar.
c.
Pola eliminasi
-
Oliguria, bau anemia pada urine.
-
Anuria, perubahan warna urine.
-
Diare/konstipasi.
d.
Pola aktivitas dan latihan
-
Malaise
-
Edema
-
Pernapasan kusmaul
-
Pusing
-
Kejang
-
Parestesi
-
Kelemahan otot
-
Penurunan rentang gerak.
e.
Pola tidur dan istirahat
-
Gangguan extrem seperti somnolence atau insomnia dan
gelisah.
-
Tidur sering terganggu dengan kejang otot dan nyeri
pada kaki.
f.
Pola persepsi kognitif dan sensorik
-
Sakit kepala
-
Penglihatan kabur
-
Nyeri pada daerah pinggul
-
Penurunan kemampuan mengingat
-
Penurunan rentang perhatian
-
Disorientasi
-
Penurunan tingkat kesadaran.
g.
Pola persepsi dan konsep diri
-
Depresi atau suasana hati sering berubah
-
Perubahan konsep diri dan gambaran diri
-
Harga diri
-
Keputusasaan.
h.
Pola berhubungan dengan sesama
-
Tidak mampu bekerja
-
Penurunan hubungan sosial dan penurunan aktivitas.
-
Kehilangan peran.
i.
Pola reproduksi – seksualitas
-
Untuk wanita amenorhea : penurunan libido,
infertilitas.
-
Untuk pria : impotensi dan penurunan libido.
j.
Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
-
Ansietas
-
Marah
-
Stress
-
Perasaan tidak teraba
-
Ketidakefektifan mekanisme koping terhadap stressor
baik pada pasien atau keluarga.
k.
Pola kepercayaan
-
Adanya penurunan kepercayaan yang drastis terhadap
pengobatan yang dijalani.
2. Diagnosa Keperawatan
a.
Kelebihan volume cairan b.d penurunan output urine.
b.
Kerusakan integritas kulit b.d sirkulasi dan sensasi,
gangguan turgor kulit, penurunan aktivitas.
c.
Intoleransi beraktivitas b.d kelemahan fisik akibat
uremia dan anemia.
d.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
anoreksia, mual, muntah, pembatasan diet dan perubahan membran mukosa mulut.
e.
Gangguan harga diri b.d ketergantungan, perubahan
peran.
f.
Kecemasan b.d penyakit kronis dan masa depan yang tidak
pasti.
3. Intervensi Keperawatan
a.
Kelebihan volume cairan b.d penurunan output urine.
HYD : - Nilai Ka, dalam
rentang normal, bunyi napas bersih, tidak ada edema, TD sistolik 90-140 mmHg.
Intervensi.
1)
Observasi TTV.
R/ Sebagai perbandingan
untuk memberi gambaran yang lebih lengkap.
2)
Batasi cairan.
R/ Pembatasan cairan
akan menentukan BB ideal, keluaran urine dan terapi obat.
3)
Pantau kreatinin dan BUN serum.
R/ Perubahan ini
menunjukkan kebutuhan dialisa segera.
4)
Auskultasi bunyi paru-paru, evaluasi adanya edema
perifer/kongesti vaskuler dan keluhan dispnea.
R/ Memantau perubahan
dan mengevaluasi intervensi.
5)
Kaji tingkat aktivitas, respon terhadap aktivitas.
R/ Kelelahan dapat
menyertai GJK juga anemia.
b.
Kerusakan integritas kulit b.d sirkulasi dan sensasi,
gangguan turgor kulit, penurunan aktivitas.
HYD : Tidak ada
kerusakan/cedera kulit.
Tidak ada
gatal-gatal.
Intervensi :
1)
Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor,
vaskular, perhatikan kemerahan, eksoriasi.
R/ Menandakan area
sirkulasi buruk.
2)
Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit dan membran
mukosa.
R/ Mendeteksi adanya
dehidrasi atau hidrasi.
3)
Berikan perawatan kulit, batasi penggunaan sabun,
berikan salep atau krim (misal: lanolin, aquaphor).
R/ Soda kue, mandi
dengan tepung mengurangi gatal, lotion dan salep untuk mengurangi kering.
4)
Pertahankan linen kering, bebas keriput.
R/ Menurunkan iritasi
dermal dan risiko kerusakan kulit.
5)
Anjurkan menggunakan pakaian katun longgar.
R/ Mencegah iritasi
dermal langsung.
c.
Intoleransi beraktivitas b.d kelemahan fisik akibat
uremia dan anemia.
HYD : Berpartisipasi
dalam aktivitas yang dapat ditoleransi.
Intervensi :
1)
Kaji faktor yang menimbulkan keletihan.
R/ Menyediakan
informasi tentang indikasi tingkat keletihan.
2)
Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri
yang dapat ditoleransi : bantu jika keletihan terjadi.
R/ Meningkatkan
aktivitas ringan, sedang dan memperbaiki harga diri.
3)
Anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat.
R/ Mendorong latihan à aktivitas dalam batas-batas yang dapat ditoleransi
dan istirahat yang adekuat.
4)
Anjurkan untuk beristirahat setelah dialisis.
R/ Mencegah kelelahan.
d.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
anoreksia, mual, muntah.
HYD : Mempertahankan
masukan nutrisi yang adekuat.
Intervensi :
1)
Kaji adanya anoreksia, mual dan muntah.
R/ Informasi mengenai
faktor yang dapat diubah untuk meningkatkan masukan diet.
2)
Kaji riwayat diet.
3)
Tingkatkan masukan protein yang mengandung telur, susu,
daging.
R/ Untuk mencapai
keseimbangan nitrogen yang diperlukan untuk pertumbuhan dan penyembuhan.
4)
Timbang BB harian.
R/ Untuk memantau
status cairan dan nutrisi.
5)
Ciptakan lingkungan yang menyenangkan selama waktu
makan.
R/ Faktor yang tidak
menyenangkan yang berperan dalam menimbulkan anoreksia dihilangkan.
e.
Gangguan harga diri b.d ketergantungan, perubahan
peran, perubahan citra tubuh dan fungsi seksual.
HYD : Memperbaiki
konsep diri.
Intervensi :
1)
Kaji respon dan reaksi pasien dan keluarga terhadap
penyakit dan penanganan.
R/ Menyediakan data
tentang masalah pada pasien dan keluarga dalam menghadapi masalah dalam hidup.
2)
Kaji hubungan antara pasien dengan anggota keluarga
terdekat.
R/ Penguatan dan
dukungan terhadap pasien.
3)
Kaji pola koping pasien dan anggota keluarga.
R/ Untuk identifikasi
pola koping yang telah efektif.
4)
Ciptakan diskusi terbuka tentang perubahan yang terjadi
akibat penyakit dan penanganan.
R/ Untuk
mengidentifikasi masalah dan langkah yang diperlukan untuk menghadapinya.
f.
Kecemasan b.d penyakit kronis dan masa depan yang tidak
pasti.
HYD : Kecemasan
berkurang.
Intervensi :
1)
Mendengarkan keluhan klien dengan sabar.
R/ Menghadapi isu
pasien dan perlu dijelaskan dan membuka cara penyelesaiannya.
2)
Menjawab pertanyaan klien dan keluarga dengan ramah.
R/ Membuat pasien yakin
dan percaya.
3)
Mendorong klien dan keluarga mencurahkan isi hati.
R/ Membuat kepercayaan
dan menurunkan kesalahan persepsi.
4)
Menggunakan teknik komunikasi terapeutik.
R/ Menjalin hubungan
saling percaya pasien.
5)
Berikan kenyamanan fisik pasien.
R/ Ini sulit untuk
menerima dengan isu emosi bila pengalaman ekstrem/ketidaknyamanan fisik
menetap.
4. Discharge Planning
1)
Penyuluhan kepada pasien dan keluarganya tentang
hal-hal yang perlu dilaporkan kepada tenaga kesehatan.
Seperti
:
a.
Tanda gagal ginjal (mual, muntah, penurunan pengeluaran
urine, napas berbau amonia).
b.
Tanda hiperkalemia (kelemahan otot, diare, kram
abdominal).
2)
Penyuluhan medikasi (tujuan, efek samping, efek yang
diharapkan dosis dan jadwal pemberian) sangat penting karena pasien memerlukan
sejumlah medikasi.
3)
Penyuluhan tentang pembatasan diit :
Ø
Air : 500 – 600 cc + urine output /hari.
Ø
Protein : 0,6 – 0,8 gr/kgBB/hari.
4)
Pencegahan kekurangan cairan.
5)
Diet rendah fosfor serum (terutama daging dan susu)
6)
Pemberian vitamin D3 untuk supresi hormon
paratiroid.
DAFTAR PUSTAKA
Barbara C. Long, 1996. Perawatan Medikal Bedah.
Terjemahan oleh Ikatan Alumni Keperawatan Bandung.
Brunner and Suddarth. 2000, Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta : EGC.
Doengoes, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta :
EGC.
Evelyn Pearce, 1987. Anatomi Fisiologi untuk Paramedis.
Jakarta : EGC.
Lewis Sharon Mantik, 2000. Medical Surgical Nursing.
Fifth edition. Philadelphia. WB Saunders Company.
Luckman, 1993. Medical Surgical Nursing. Fourth
edition. Philadelphia. WB. Saunders Company.
Price, Sylvia Anderson, 1999. Patofisiologi : Konsep
klinis proses-proses penyakit. Edisi keempat. Jakarta : EGC.
Robbins dan Kumar, 1995. Buku Ajar Patologi II. Edisi
IV. Jakarta : Penerbit EGC.
www.sapri.blog.citycom/(23 January 2005).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar