KONSEP DASAR MEDIK
- Definisi
a.
Demam
Berdarah Dengue (DHF) ialah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan
gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua
hari pertama. (Ilmu Penyakit Dalam, 1996).
b.
Demam
Berdarah Dengue adalah suatu infeksi arbovirus akut yang ditularkan melalui
nyamuk spesies Aedes Aegypti dan mungkin juga Aedes Albopictus.
Demam Berdarah Dengue disebut juga Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) yang
dapat berkembang menjadi DSS (Panitia SAK, Komisi Keperawatan, PKSC, 2002).
- Klasifikasi
Menurut WHO tahun 1999 :
·
Derajat
I : Demam disertai dengan gejala konstitusional non-spesifik, satu-satunya
manifestasi perdarahan adalah tes tourniquet positif.
·
Derajat
II : Perdarahan spontan dan manifestasi pasien pada derajat I, biasanya pada
bentuk perdarahan kulit atau perdarahan lain.
·
Derajat
III : Gagal sirkulasi dimanifestasikan dengan nadi cepat dan lemah, hipotensi,
gelisah, sianosis sekitar mulut, hidung dan ujung jari.
·
Derajat
IV : Syok berat, dengan nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur.
- Anatomi Fisiologi
Peran penting yang dilakukan darah yaitu dalam
pengaturan suhu tubuh, karena dengan cara konduksi darah membawa panas tubuh
dari pusat produksi panas (hepar dan otot) untuk didistribusikan ke seluruh
tubuh dan permukaan tubuh yang ada akhirnya diatur pelepasannya dalam upaya
homeostasis suhu (termoregulasi). Jumlah darah manusia bervariasi tergantung
dari berat badan seseorang. Rata-rata jumlah darah adalah 70 cc/kgBB.
Dalam komponen cair atau plasma ini mempunyai fungsi
sebagai media transport, berwarna kekuningan. Sedangkan pada komponen padat
terdiri dari sel-sel darah eritrosit, leukosit dan trombosit. Pada batas
tertentu diatur oleh tekanan osmotik dalam pembuluh darah dan jaringan.
Bagian-bagian padat darah terendam dalam plasma.
Sel-sel darah :
a. Eritrosit
Eritrosit
dibuat di dalam sumsum tulang, di dalam sumsum tulang masih berinti, inti
dilepaskan sesaat sebelum dilepaskan/keluar. Pada proses pembentukannya
diperlukan Fe, Vit. B12, asam folat dan rantai globulin yang
merupakan senyawa protein. Selain itu untuk proses pematangan (maturasi)
diperlukan hormon eritropoetin yang dibuat oleh ginjal, sehingga bila
kekurangan salah satu unsur pembentukan seperti di atas (kurang gizi) atau ginjal
mengalami kerusakan, maka terjadi gangguan eritrosit (anemia). Umur peredaran
eritrosit sekitar 105-120 hari. Pada keadaan penghancuran eritrosit yang
berlebihan, misalnya pada hemodialisis darah, hepar kewalahan kewalahan
mengolah bilirubin yang tiba-tiba banyak jumlahnya. Maka akan timbul juga
gejala kuning walaupun hati tidak mengalami kerusakan. Eritrosit dihancurkan di
organ lien terutama pada proses penghancurannya dilepaskan zat besi dan pigmen
bilirubin. Zat besi yang digunakan untuk proses sintesa sel eritrosit baru,
sedangkan pigmen bilirubin di dalam hati akan mengalami proses konjugasi
kimiawi menjadi pigmen empedu dan keluar bersama cairan empedu ke dalam usus.
Jumlah normal eritrosit pada laki-laki 5,5 juta sel/mm3, pada
perempuan 4,8 juta sel/mm3. Di dalam sel eritrosit didapat
hemoglobin suatu senyawa kimiawi yang terdiri dari atas molekul hem yang
mempunyai ion Fe (besi) yang terkait dengan rantai globulin (suatu senyawa
protein). Hemoglobin berperan mengangkut O2 dan CO2,
jumlah Hb pada laki-laki 14-16 gr%, pada perempuan 12-14 gr%.
b. Leukosit
Fungsi
utama leukosit adalah sebagai pertahanan tubuh dengan cara menghancurkan
antigen (kuman, virus, toksin) yang masuk. Ada 5 jenis leukosit yaitu
neutrofil, eosinofil, basofil, limfosit, monosit. Jumlah normal leukosit
5.000-9.000 /mm3. Bila jumlahnya berkurang disebut leukopenia. Jika
tubuh tidak membuat leukosit sama sekali disebut agranulasitosis.
c. Trombosit
Trombosit
bukan berupa sel, tetapi berupa/berbentuk keping yang merupakan bagian-bagian
kecil dari sel besar yang membuatnya yaitu megakaryosit, di sumsum tualng dan
lien. Ukurannya sekitar 2-4 mikron, dan umur peredarannya sekitar 10 hari.
Trombosit mempunyai kemampuan untuk melakukan :
-
daya aglutinasi (membeku dan menggumpal)
-
daya adhesi (melekat)
-
daya agregasi (berkelompok)
Jumlah
trombosit 150.000-450.000/mm3, fungsinya sebagai hemostasis dan
pembekuan darah. Pembekuan darah proses kimiawi yang mempunyai pola tertentu
dan berjalan dalam waktu singkat. Bila ada kerusakan pada dinding pembuluh
darah maka trombosit akan berkumpul dan menutup lubang yang bocor dengan cara
saling melekat, berkelompok dan menggumpal dan kemudian dilanjutkan dengan
proses pembekuan darah .Kemampuan trombosit seperti ini karena trobosit mempunyai
2 zat yaitu Prostaglandin dan Tromboxan yang segera dikeluarkan bila ada
kerusakan dinding pembuluh darah atau kebocoran, zat ini menimbulkan efek
vassokontriksi pembuluh darah, sehingga aliran darah berkurang dan membantu
proses pembekuan darah.
Plasma
Plasma merupakan bagian
cair dari darah. Plasma membentuk sekitar 5% dari berat badan tubuh. Plasma
adalah sebagai media sirkulasi elemen-elemen darah yang berbentuk (sel-sel
darah merah, sel-sel darah putih, trombosit). Plasma juga berfungsi sebagai media
transportasi bahan-bahan organik dan anorganik dari satu organ atau jaringan ke
organ atau jaringan lain.
Komposisi dari plasma :
·
Air : 91-92%
·
Protein plasma :
-
Albumin (bagian besar pembentuk plasma protein,
dibentuk di hepar).
-
Globulin a, b, g (terbentuk di dalam
hepar, limfosit dan sel-sel retikuloendotelial). Immunoglobulin merupakan
bentuk globulin.
-
Fibrinogen
-
Protrombin.
·
Unsur-unsur pokok anorganik : Na, K, Cl,
Magnesium, zat besi, Iodin
·
Unsur-unsur pokok organik : urea, asam urat,
kreatinin, glukose, lemak, asam amino, enzim, hormon.
Fungsi Protein Plasma :
a) Mempertahankan
tekanan osmotik plasma yang diperlukan untuk pembentukan dan penyerapan cairan
jaringan.
b) Dengan
bergabung bersama asam dan alkali protein plasma bertindak sebagai penyangga
dalam mempertahankan pH normal tubuh.
c) Fibrinogen
dan protrombin adalah penting untuk pembekuan darah.
d) Immunoglobulin
merupakan hal yang esensial dalam pertahanan tubuh melawan infeksi.
- Etiologi
Vektor penyebab DHF adalah nyamuk Aedes
Aegypti (betina) dan Aedes Albopictus. Vektor ini bersarang di bejana-bejana
yang berisi air bersih. Faktor predisposisi :
-
Kebiasaan menggantung pakaian di kamar.
-
Daerah wabah/ada yang terkena DHF dekat rumah.
-
Kebiasaan menampung air bersih dan bejana.
- Patofisiologi
Setelah virus dengue masuk
ke dalam tubuh, klien mengalami keluhan dan gejala karena viremia yaitu demam,
sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, timbul ruam dan kelainan
yang mungkin terjadi pada sistem retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar
getah bening, hati dan limfa. Ruam atau petekie pada DHF disebabkan oleh
kongesti pembuluh darah di bawah kulit. Bila seseorang mendapat infeksi
berulang dengan tipe virus dengue yang berlainan akan menimbulkan suatu
reaksi antigen antibody yang
mengaktifkan sistem komplemen dan terjadinya agregasi trombosit. Pengaktifan
sistem komplemen menyebabkan terjadinya pelepasan zat anafilatoksin yang
merangsang keluarnya histamin dan serotonin yang dapat menyebabkan terjadinya
peningkatan asam lambung dan peningkatan permeabilitas kapiler. Peningkatan
permeabilitas kapiler ini menyebabkan terjadinya ekstravasasi cairan dari
intravaskuler ke ekstravaskuler sehingga terjadilah hemokonsentrasi dimana
viskositas di dalam pembuluh darah
meningkat sehingga darah yang dialirkan ke seluruh tubuh menjadi
sedikit, dan jantung kekurangan darah dan kerja jantung menjadi lebih berat.
Perfusi darah ke ginjal juga menjadi menurun, ginjal kekurangan cairan dan hal
ini dapat menyebabkan terjadinya gagal ginjal. Kebocoran plasma juga dapat
menyebabkan penumpukan cairan di rongga –rongga, seperti rongga paru dan rongga
perut, dan terjadi hipovolemik, tubuh kekurangan darah. Suplai darah ke
jaringan berkurang dan dapat menyebabkan anoksia jaringan. Dan tubuh mulai
melakukan kompensasi dengan metabolisme anaerob, yang hasil akhirnya adalah
asam laktat. Penumpukan asam laktat dalam tubuh menyebabkan asidosis metabolik
dan yang akhirnya menyebabkan kematian.
Dari reaksi antigen
antibodi juga menyebabkan timbulnya agregasi trombosit yang melepaskan ADP yang
menyebabkan trombosit mengalami metamorfosis. Trombosit yang mengalami metamorfosis
akan dimusnahkan oleh sistem RES karena dianggap benda asing sehingga
mengakibatkan trombositopenia hebat dan perdarahan hebat. Perdarahan hebat akan
menyebabkan terjadinya hipovolemik syok yang ditandai oleh kulit lembab, akral
dingin, sianosis, nadi cepat lemah, hipotensi, oliguria yang apabila tidak
ditangani langsung akan menyebabkan kematian.
- Tanda dan Gejala
-
Demam akut, yang tetap tinggi: selama 2-7 hari,
kemudian turun secara lisis (hipertermi).
-
Demam disertai gejala tidak spesifik, seperti
anoreksia, lemah, nyeri pada punggung, tulang persendian, mual, muntah, nyeri
abdomen.
-
Ptekie, purpura, ekimosis
-
Epistaksis, perdarahan gusi
-
Hepatomegali dan splenomegali.
-
Hematemesis, melena, hepatomegali, Ht meningkat.
-
Syok, kulit dingin, lembab, gelisah, nadi lemah
dan cepat, lemah, TD menurun (tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau
kurang, pasien gelisah dan cyanosis).
- Test Diagnostik
-
Uji tourniquet (+)
-
Tes lab : Ht meningkat (> 20%), Hb meningkat.
-
Trombosit (< 100.000/mm3), albumin
menurun.
-
IgM hari ke-5 meningkat sampai 3 minggu,
menghilang 2-3 bulan.
-
IgG pada infeksi primer mulai terdeteksi pada
hari ke-14. Pada infeksi sekunder terdeteksi pada hari ke-2.
- Therapy
a.
Tirah baring
b.
Makanan lunak, minum 2-3 liter/hari.
c.
Antibiotik à
infeksi sekunder.
d.
Pemberian infus, antipiretik, transfusi darah.
- Komplikasi
a.
Efusi pleura à
akibat terjadinya kebocoran plasma pada paru terjadi pengumpulan cairan dalam
rongga pleura.
b.
Asites à
masuknya cairan ke rongga peritoneum karena peningkatan permeabilitas pembuluh
darah kapiler.
c.
Kardiomegali
d.
Shock (DSS)
e.
Gagal ginjal.
- Pengkajian
a.
Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan
kesehatan
-
Kebersihan lingkungan tempat tinggal, suka
menampung air bersih.
-
Rumah yang berdempetan.
-
Panas 2-7 hari.
-
Ada yang terkena demam berdarah di sekitar tempat
tinggal.
b.
Pola nutrisi metabolik
-
Anoreksia, BB menurun, mual, muntah, perabaan
dingin.
-
Demam, bibir dan mukosa kering, batuk ringan,
berkeringat.
-
Ketegangan abdomen (asites)
-
Hepatomegali, splenomegali, hematemesis,
petekie, purpura, ekimosis
c.
Pola eliminasi
-
Melena, hematuri
-
Oliguri (produksi urine menurun kurang dari 30
ml/jam)
d.
Pola aktivitas dan latihan
-
Malaise, nyeri otot dan sendi, pegal-pegal
seluruh tubuh, nyeri punggung, nadi cepat dan lemah, sianosis daerah bibir dan
ekstremitas, akral dingin, epistaksis.
-
Lemas, mudah lelah, hipotensi, pusing bila
beraktivitas.
e.
Pola tidur dan istirahat
-
Sulit tidur karena nyeri ulu hati
-
Demam, berkeringat saat tidur
-
Gelisah.
f.
Pola persepsi kognitif dan sensorik
-
Sakit kepala, nyeri otot dan persendian.
- Diagnosa Keperawatan
a.
Peningkatan
suhu tubuh b.d proses infeksi dengue.
b.
Kekurangan
volume cairan tubuh b.d berpindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
c.
Resiko
tinggi perdarahan b.d penurunan trombosit.
d.
Gangguan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah, anoreksia.
e.
Intoleransi
aktivitas b.d kelemahan fisik.
- Perencanaan Keperawatan
DP 1. Peningkatan
suhu tubuh b.d proses infeksi dengue.
HYD: Suhu tubuh normal (36-37 oC),
pasien bebas dari demam yang ditandai dengan kulit tidak teraba panas, dalam
waktu 7 hari.
Intervensi:
a.
Observasi TTV tiap 4 jam.
Rasional: Tanda-tanda vital sebagai acuan dan indikator
dalam melakukan intervensi lebih lanjut.
b.
Beri kompres hangat.
Rasional: Meningkatkan vaso
dilatasi pembuluh darah agar panas di
konduksikan ke seluruh
tubuh
c.
Catat dan pantau intake dan output.
Rasional: Mengetahui keseimbangan cairan tubuh sebarkan
ke pembuluh darah di seluruh tubuh.
c.
Anjurkan untuk minum air putih 2-3 liter/hari.
Rasional: Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan
penguapan tubuh meningkat, sehingga harus diimbangi dengan asupan cairan yang
banyak.
d.
Beri penjelasan terhadap penyebab demam.
Rasional: Mengurangi kecemasan.
e.
Kolaborasi dengan dokter pemberian obat
antipiretik.
Rasional: Memberi therapy yang tepat untuk menurunkan
panas tubuh.
f.
Kolaborasi dengan dokter pemberian cairan
intravena (infus).
Rasional: Memberi therapy cairan yang tepat.
DP 2. Kekurangan cairan tubuh b.d perpindahan cairan
dari intravaskuler ke ekstravaskuler.
HYD: Tidak terjadi defisit cairan, cairan dalam
tubuh seimbang ditandai dengan pasien tidak panas (suhu: 36-37 oC),
hidrasi kulit baik, kulit tidak kering, output seimbang, balance seimbang,
Hematokrit dalam batas normal (37-52 %), balance cairan seimbang, pasien mau
minum 2-3 liter perhari, urin dalam batas normal dalam waktu 3 hari.
Intervensi:
a.
Observasi TTV tiap 4 jam.
Rasional: Tanda-tanda vital sebagai acuan untuk
mengetahui keadaan umum pasien.
b.
Observasi tanda dan gejala hipovolemia seperti
balance cairan tidak seimbang, dehidrasi dan lain-lain.
Rasional: Sebagai indikator untuk pemberian intervensi lebih lanjut
c.
Observasi tanda-tanda syok seperti lemas, nadi
cepat lemah, hipotensi, sianosis bibir dan ekstremitas, akral dingin.
Rasional: Agar dapat segera dilakukan tindakan atau
penanganan lebih awal syok yang dialami pasien.
d.
Memonitor intake dan output.
Rasional: Keseimbangan cairan.
e.
Anjurkan pasien banyak minum 2-3 liter/hari.
Rasional: Asupan cairan sangat diperlukan untuk
menambah volume cairan tubuh.
f.
Kolaborasi dengan dokter pemberian cairan infus.
Rasional: Asupan cairan yang adekuat.
DP 3. Resiko Tinggi
Perdarahan b.d penurunan trombosit.
HYD: Tidak terjadi tanda-tanda perdarahan lebih
lanjut, ditandai dengan jumlah trombosit meningkat, sampai dengan normal
(150.000-450.000/ul) dan tidak ada tanda-tanda ptekie, purpura, ekimosis,
hematemesis dalam jangka waktu 5 hari.
Intervensi:
a.
Observasi TTV tiap 4 jam.
Rasional: Sebagai Indikator untuk mengetahui keadaan
pasien.
b.
Monitor tanda-tanda penurunan trombosit, tanda
klinisnya seperti Hematokrit meningkat, HB meningkat, Trombosit menurun.
Rasional: Sebagai indikator dalam melakukan intervensi
lebih lanjut.
c.
Anjurkan pasien untuk banyak istirahat.
Rasional: Aktivitas yang tidak terkontrol menyebabkan
terjadinya perdarahan.
d.
Anjurkan pada pasien untuk mencegah terjadinya
perlukaan atau perdarahan dengan menggunakan sikat gigi yang lunak, dan
lain-lain.
Rasional: Mencegah perdarahan meluas.
e.
Beri penjelasan tentang pengaruh trombositopenia
pada pasien.
Rasional: Keluarga mengetahui hal-hal yang mungkin
terjadi pada pasien.
f.
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian anti
koagulan.
Rasional: Menghentikan perdarahan yang
panjang.
g.
Kolaborasi untuk pemberian transfusi darah.
Rasional: Untuk mengganti perdarahan yang ada.
DP 4. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d mual, muntah, anoreksia.
HYD: Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi ditandai
dengan pasien mampu makan 1 porsi, mual dan muntah berkurang sampai dengan
hilang, nafsu makan pasien meningkat dalam 3 hari.
Intervensi:
a.
Observasi keluhan klien tentang mual, muntah
yang dialaminya.
Rasional: Menetapkan cara mengatasinya.
b.
Beri posisi makan porsi kecil, sering dan
hangat.
Rasional: Meningkatkan nafsu makan, mengurangi mual.
c.
Timbang BB tiap minggu.
Rasional: Mengetahui peningkatan BB, asupan.
d.
Catat porsi makan dan minum yang dihabiskan.
Rasional: Membantu, memantau
keseimbangan intake pasien
e.
Ajarkan tehnik nafas dalam bila mual.
Rasional: Mengurangi mual dan meningkatkan
asupan makanan.
f.
Jelaskan manfaat makanan terutama saat sakit.
Rasional: Motivasi pasien untuk mau makan dan menambah
pengetahuan.
g.
Kolaborasi dengan dokter, pemberian obat mual,
antiemetik.
Rasional: Therapy yang tepat untuk mengurangi nyeri.
h.
Kolaborasi dengan ahli gizi.
Rasional: untuk pemberian diit yang tepat.
DP 5. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik.
HYD: Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari
ditandai dengan dapat melakukan kebutuhan dasar mandiri, mandi sendiri,
menggunakan pakaian dan kerapihan pakaian tanpa bantuan orang lain, bak, bab
mandiri tanpa bantuan orang, dapat beraktivitas mandiri dalam waktu 3 hari.
Intervensi:
a.
Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam.
Rasional: Kelelahan dapat meningkatkan
frekuensi nadi, tekanan darah, pernafasan.
b.
Observasi keluhan pasien tentang aktivitas.
Rasional: Untuk mengidentifikasi masalah klien.
c.
Observasi hal-hal yang tidak mampu atau yang
mampu dilakukan klien.
Rasional: Mengetahui tingkat ketergantungan pasien
dalam memenuhi kebutuhan
d.
Bantu pasien memenuhi kebutuhan aktivitasnya
sehari-hari.
Rasional: Bantuan sangat diperlukan dalam kondisi
lemah.
e.
Dekatkan barang-barang diperlukan pasien.
Rasional: Membantu memenuhi kebutuhan sendiri.
f.
Menyiapkan bel di dekat pasien.
Rasional: Agar pasien dapat segera meminta bantuan
perawat saat membutuhkan.
g.
Anjurkan pada pasien jangan memaksakan
beraktivitas bila pusing atau kelelahan.
Rasional : Mencegah terjadinya kecelakaan
dalam beraktivitas.
DP 6. Resiko tinggi syok hipovolemik b.d perdarahan
hebat.
HYD: Syok hipovolemik tidak terjadi ditandai
dengan :
-
Tanda-tanda vital dalam batas normal (N: 60-80
x/menit, P: 12-20 x/menit, TD: 100/60-120/60 x/menit).
-
Keadaan umum baik, tidak sianosis.
Intervensi:
a.
Monitor keadaan umum pasien.
Rasional: Memantau kondisi pasien terutama pada masa
perdarahan.
b.
Observasi TTV tiap 2-3 jam.
Rasional: Sebagai indikator untuk melakukan intervensi
lebih lanjut.
c.
Monitor tanda-tanda perdarahan seperti HB
menurun, Ht menurun, lemas, epistaksis, hematemesis.
Rasional: Perdarahan yang cepat diketahui dapat segera
diatasi.
d.
Jelaskan pada klien dan keluarga tentang
tanda-tanda perdarahan.
Rasional: Dengan adanya penjelasan dan melibatkan
keluarga, tanda perdarahan dapat diketahui dan ditanggulangi.
e.
Kolaborasi dokter pemberian infus.
Rasional: Untuk mengganti kehilangan cairan.
f.
Kolaborasi dengan dokter untuk transfusi darah.
Rasional: Untuk mengganti volume darah serta komponen
darah yang hilang.
- Perencanaan Pulang
Penyuluhan
1)
Gerakan 3M
-
Menguras tempat-tempat penampungan air secara
teratur tiap minggu, taburkan bubuk abate ke dalamnya.
-
Menutup rapat-rapat tempat penampungan air.
-
Mengubur/menyingkirkan barang-barang
bekas/plastik.
2)
Penyemprotan/fogging (pengasapan)
3)
Abatesasi efektif.
4)
Penyuluhan tentang tanda dan gejala awal DHF,
demam, mual, muntah, petekie di seluruh badan.
-
Penjelasan tentang pentingnya tindakan awal :
Ø Banyak
minum 2-3 liter/hari.
Ø Kompres
hangat
Ø Segera
ke dokter/puskesmas.
Kewaspadaan,
lapor segera ke RT/RW adanya wabah.
DAFTAR
PUSTAKA
Doengoes,
Marilyn, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih bahasa : Ester monica. Jakarta:
EGC.
Ignatavicus,
Donna, 1995. Medical Surgical Nursing across the health care continuom 3rd
edition, WB saunders company.
Noer,
Sjaifoellah, 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1 edisi 3, Jakarta;
Balai Penerbit FKUI.
Prince, Sylvia,
1995. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi 4, Jakarta,
EGC.
Sherwood, L.
2001. Fisiologi Manusia: Dari sel ke sistem edisi 2 Jakarta: EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar