Selasa, 27 Mei 2014

Demam Berdarah Dengue (DHF)




KONSEP DASAR MEDIK
  1. Definisi
a.       Demam Berdarah Dengue (DHF) ialah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama. (Ilmu Penyakit Dalam, 1996).
b.      Demam Berdarah Dengue adalah suatu infeksi arbovirus akut yang ditularkan melalui nyamuk spesies Aedes Aegypti dan mungkin juga Aedes Albopictus.
Demam Berdarah Dengue disebut juga Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) yang dapat berkembang menjadi DSS (Panitia SAK, Komisi Keperawatan, PKSC, 2002).

  1. Klasifikasi
Menurut WHO tahun 1999 :
·         Derajat I : Demam disertai dengan gejala konstitusional non-spesifik, satu-satunya manifestasi perdarahan adalah tes tourniquet positif.
·         Derajat II : Perdarahan spontan dan manifestasi pasien pada derajat I, biasanya pada bentuk perdarahan kulit atau perdarahan lain.
·         Derajat III : Gagal sirkulasi dimanifestasikan dengan nadi cepat dan lemah, hipotensi, gelisah, sianosis sekitar mulut, hidung dan ujung jari.
·         Derajat IV : Syok berat, dengan nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur.

  1. Anatomi Fisiologi 
Darah adalah cairan di dalam pembuluh darah yang mempunyai fungsi sangat penting dalam tubuh yaitu fungsi transportasi dalam tubuh yaitu membawa nutrisi, oksigen dari usus dan paru-paru untuk kemudian diedarkan ke seluruh tubuh. Darah mempunyai 2 komponen yaitu komponen padat dan komponen cair. Darah berwarna merah, warna merah tersebut keadaannya tidak tetap, tergantung kepada banyaknya O2 dan CO2 di dalamnya. Apabila kandungan O2 lebih banyak maka warnanya akan menjadi merah muda. Sedangkan. Darah juga pembawa dan penghantar hormon. Hormon dari kelenjar endokrin ke organ sasarannya. Darah mengangkut enzim, elektrolit dan berbagai zat kimiawi untuk didistribusikan ke seluruh tubuh.
Peran penting yang dilakukan darah yaitu dalam pengaturan suhu tubuh, karena dengan cara konduksi darah membawa panas tubuh dari pusat produksi panas (hepar dan otot) untuk didistribusikan ke seluruh tubuh dan permukaan tubuh yang ada akhirnya diatur pelepasannya dalam upaya homeostasis suhu (termoregulasi). Jumlah darah manusia bervariasi tergantung dari berat badan seseorang. Rata-rata jumlah darah adalah 70 cc/kgBB.
Dalam komponen cair atau plasma ini mempunyai fungsi sebagai media transport, berwarna kekuningan. Sedangkan pada komponen padat terdiri dari sel-sel darah eritrosit, leukosit dan trombosit. Pada batas tertentu diatur oleh tekanan osmotik dalam pembuluh darah dan jaringan. Bagian-bagian padat darah terendam dalam plasma.

Sel-sel darah :
a.       Eritrosit
Eritrosit dibuat di dalam sumsum tulang, di dalam sumsum tulang masih berinti, inti dilepaskan sesaat sebelum dilepaskan/keluar. Pada proses pembentukannya diperlukan Fe, Vit. B12, asam folat dan rantai globulin yang merupakan senyawa protein. Selain itu untuk proses pematangan (maturasi) diperlukan hormon eritropoetin yang dibuat oleh ginjal, sehingga bila kekurangan salah satu unsur pembentukan seperti di atas (kurang gizi) atau ginjal mengalami kerusakan, maka terjadi gangguan eritrosit (anemia). Umur peredaran eritrosit sekitar 105-120 hari. Pada keadaan penghancuran eritrosit yang berlebihan, misalnya pada hemodialisis darah, hepar kewalahan kewalahan mengolah bilirubin yang tiba-tiba banyak jumlahnya. Maka akan timbul juga gejala kuning walaupun hati tidak mengalami kerusakan. Eritrosit dihancurkan di organ lien terutama pada proses penghancurannya dilepaskan zat besi dan pigmen bilirubin. Zat besi yang digunakan untuk proses sintesa sel eritrosit baru, sedangkan pigmen bilirubin di dalam hati akan mengalami proses konjugasi kimiawi menjadi pigmen empedu dan keluar bersama cairan empedu ke dalam usus. Jumlah normal eritrosit pada laki-laki 5,5 juta sel/mm3, pada perempuan 4,8 juta sel/mm3. Di dalam sel eritrosit didapat hemoglobin suatu senyawa kimiawi yang terdiri dari atas molekul hem yang mempunyai ion Fe (besi) yang terkait dengan rantai globulin (suatu senyawa protein). Hemoglobin berperan mengangkut O2 dan CO2, jumlah Hb pada laki-laki 14-16 gr%, pada perempuan 12-14 gr%.
b.      Leukosit
Fungsi utama leukosit adalah sebagai pertahanan tubuh dengan cara menghancurkan antigen (kuman, virus, toksin) yang masuk. Ada 5 jenis leukosit yaitu neutrofil, eosinofil, basofil, limfosit, monosit. Jumlah normal leukosit 5.000-9.000 /mm3. Bila jumlahnya berkurang disebut leukopenia. Jika tubuh tidak membuat leukosit sama sekali disebut agranulasitosis.
c.       Trombosit
Trombosit bukan berupa sel, tetapi berupa/berbentuk keping yang merupakan bagian-bagian kecil dari sel besar yang membuatnya yaitu megakaryosit, di sumsum tualng dan lien. Ukurannya sekitar 2-4 mikron, dan umur peredarannya sekitar 10 hari. Trombosit mempunyai kemampuan untuk melakukan :
-          daya aglutinasi (membeku dan menggumpal)
-          daya adhesi (melekat)
-          daya agregasi (berkelompok)
Jumlah trombosit 150.000-450.000/mm3, fungsinya sebagai hemostasis dan pembekuan darah. Pembekuan darah proses kimiawi yang mempunyai pola tertentu dan berjalan dalam waktu singkat. Bila ada kerusakan pada dinding pembuluh darah maka trombosit akan berkumpul dan menutup lubang yang bocor dengan cara saling melekat, berkelompok dan menggumpal dan kemudian dilanjutkan dengan proses pembekuan darah .Kemampuan trombosit seperti ini karena trobosit mempunyai 2 zat yaitu Prostaglandin dan Tromboxan yang segera dikeluarkan bila ada kerusakan dinding pembuluh darah atau kebocoran, zat ini menimbulkan efek vassokontriksi pembuluh darah, sehingga aliran darah berkurang dan membantu proses pembekuan darah.

Plasma
Plasma merupakan bagian cair dari darah. Plasma membentuk sekitar 5% dari berat badan tubuh. Plasma adalah sebagai media sirkulasi elemen-elemen darah yang berbentuk (sel-sel darah merah, sel-sel darah putih, trombosit). Plasma juga berfungsi sebagai media transportasi bahan-bahan organik dan anorganik dari satu organ atau jaringan ke organ atau jaringan lain.
Komposisi dari plasma :
·         Air : 91-92%
·         Protein plasma :
-          Albumin (bagian besar pembentuk plasma protein, dibentuk di hepar).
-          Globulin a, b, g (terbentuk di dalam hepar, limfosit dan sel-sel retikuloendotelial). Immunoglobulin merupakan bentuk globulin.
-          Fibrinogen
-          Protrombin.
·         Unsur-unsur pokok anorganik : Na, K, Cl, Magnesium, zat besi, Iodin
·         Unsur-unsur pokok organik : urea, asam urat, kreatinin, glukose, lemak, asam amino, enzim, hormon.

Fungsi Protein Plasma :
a)      Mempertahankan tekanan osmotik plasma yang diperlukan untuk pembentukan dan penyerapan cairan jaringan.
b)      Dengan bergabung bersama asam dan alkali protein plasma bertindak sebagai penyangga dalam mempertahankan pH normal tubuh.
c)      Fibrinogen dan protrombin adalah penting untuk pembekuan darah.
d)     Immunoglobulin merupakan hal yang esensial dalam pertahanan tubuh melawan infeksi.



  1. Etiologi
Vektor penyebab DHF adalah nyamuk Aedes Aegypti (betina) dan Aedes Albopictus. Vektor ini bersarang di bejana-bejana yang berisi air bersih. Faktor predisposisi :
-          Kebiasaan menggantung pakaian di kamar.
-          Daerah wabah/ada yang terkena DHF dekat rumah.
-          Kebiasaan menampung air bersih dan bejana.

  1. Patofisiologi
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, klien mengalami keluhan dan gejala karena viremia yaitu demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, timbul ruam dan kelainan yang mungkin terjadi pada sistem retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar getah bening, hati dan limfa. Ruam atau petekie pada DHF disebabkan oleh kongesti pembuluh darah di bawah kulit. Bila seseorang mendapat infeksi berulang dengan tipe virus dengue yang berlainan akan menimbulkan suatu reaksi   antigen antibody yang mengaktifkan sistem komplemen dan terjadinya agregasi trombosit. Pengaktifan sistem komplemen menyebabkan terjadinya pelepasan zat anafilatoksin yang merangsang keluarnya histamin dan serotonin yang dapat menyebabkan terjadinya peningkatan asam lambung dan peningkatan permeabilitas kapiler. Peningkatan permeabilitas kapiler ini menyebabkan terjadinya ekstravasasi cairan dari intravaskuler ke ekstravaskuler sehingga terjadilah hemokonsentrasi dimana viskositas di dalam pembuluh darah  meningkat sehingga darah yang dialirkan ke seluruh tubuh menjadi sedikit, dan jantung kekurangan darah dan kerja jantung menjadi lebih berat. Perfusi darah ke ginjal juga menjadi menurun, ginjal kekurangan cairan dan hal ini dapat menyebabkan terjadinya gagal ginjal. Kebocoran plasma juga dapat menyebabkan penumpukan cairan di rongga –rongga, seperti rongga paru dan rongga perut, dan terjadi hipovolemik, tubuh kekurangan darah. Suplai darah ke jaringan berkurang dan dapat menyebabkan anoksia jaringan. Dan tubuh mulai melakukan kompensasi dengan metabolisme anaerob, yang hasil akhirnya adalah asam laktat. Penumpukan asam laktat dalam tubuh menyebabkan asidosis metabolik dan yang akhirnya menyebabkan kematian.
Dari reaksi antigen antibodi juga menyebabkan timbulnya agregasi trombosit yang melepaskan ADP yang menyebabkan trombosit mengalami metamorfosis. Trombosit yang mengalami metamorfosis akan dimusnahkan oleh sistem RES karena dianggap benda asing sehingga mengakibatkan trombositopenia hebat dan perdarahan hebat. Perdarahan hebat akan menyebabkan terjadinya hipovolemik syok yang ditandai oleh kulit lembab, akral dingin, sianosis, nadi cepat lemah, hipotensi, oliguria yang apabila tidak ditangani langsung akan menyebabkan kematian.

  1. Tanda dan Gejala
-          Demam akut, yang tetap tinggi: selama 2-7 hari, kemudian turun secara lisis (hipertermi).
-          Demam disertai gejala tidak spesifik, seperti anoreksia, lemah, nyeri pada punggung, tulang persendian, mual, muntah, nyeri abdomen.
-          Ptekie, purpura, ekimosis
-          Epistaksis, perdarahan gusi
-          Hepatomegali dan splenomegali.
-          Hematemesis, melena, hepatomegali, Ht meningkat.
-          Syok, kulit dingin, lembab, gelisah, nadi lemah dan cepat, lemah, TD menurun (tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang, pasien gelisah dan cyanosis).

  1. Test Diagnostik
-          Uji tourniquet (+)
-          Tes lab : Ht meningkat (> 20%), Hb meningkat.
-          Trombosit (< 100.000/mm3), albumin menurun.
-          IgM hari ke-5 meningkat sampai 3 minggu, menghilang 2-3 bulan.
-          IgG pada infeksi primer mulai terdeteksi pada hari ke-14. Pada infeksi sekunder terdeteksi pada hari ke-2.

  1. Therapy
a.       Tirah baring
b.      Makanan lunak, minum 2-3 liter/hari.
c.       Antibiotik à infeksi sekunder.
d.      Pemberian infus, antipiretik, transfusi darah.
  1. Komplikasi
a.         Efusi pleura à akibat terjadinya kebocoran plasma pada paru terjadi pengumpulan cairan dalam rongga pleura.
b.        Asites à masuknya cairan ke rongga peritoneum karena peningkatan permeabilitas pembuluh darah kapiler.
c.         Kardiomegali
d.        Shock (DSS)
e.         Gagal ginjal.

Konsep Asuhan Keperawatan
  1. Pengkajian
a.       Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
-          Kebersihan lingkungan tempat tinggal, suka menampung air bersih.
-          Rumah yang berdempetan.
-          Panas 2-7 hari.
-          Ada yang terkena demam berdarah di sekitar tempat tinggal.
b.      Pola nutrisi metabolik
-          Anoreksia, BB menurun, mual, muntah, perabaan dingin.
-          Demam, bibir dan mukosa kering, batuk ringan, berkeringat.
-          Ketegangan abdomen (asites)
-          Hepatomegali, splenomegali, hematemesis, petekie, purpura, ekimosis
c.       Pola eliminasi
-          Melena, hematuri
-          Oliguri (produksi urine menurun kurang dari 30 ml/jam)
d.      Pola aktivitas dan latihan
-          Malaise, nyeri otot dan sendi, pegal-pegal seluruh tubuh, nyeri punggung, nadi cepat dan lemah, sianosis daerah bibir dan ekstremitas, akral dingin, epistaksis.
-          Lemas, mudah lelah, hipotensi, pusing bila beraktivitas.
e.       Pola tidur dan istirahat
-          Sulit tidur karena nyeri ulu hati
-          Demam, berkeringat saat tidur
-          Gelisah.
f.       Pola persepsi kognitif dan sensorik
-          Sakit kepala, nyeri otot dan persendian.

  1. Diagnosa Keperawatan
a.       Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi dengue.
b.      Kekurangan volume cairan tubuh b.d berpindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
c.       Resiko tinggi perdarahan b.d penurunan trombosit.
d.      Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah, anoreksia.
e.       Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik.

  1. Perencanaan Keperawatan
DP 1.   Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi dengue.
HYD:  Suhu tubuh normal (36-37 oC), pasien bebas dari demam yang ditandai dengan kulit tidak teraba panas, dalam waktu 7 hari.
Intervensi:
a.       Observasi TTV tiap 4 jam.
Rasional:   Tanda-tanda vital sebagai acuan dan indikator dalam melakukan intervensi lebih lanjut.
b.      Beri kompres hangat.  
     Rasional:    Meningkatkan vaso dilatasi pembuluh darah agar panas di  
                        konduksikan ke seluruh tubuh
 c. Catat dan pantau intake dan output.
Rasional:   Mengetahui keseimbangan cairan tubuh sebarkan ke pembuluh darah di seluruh tubuh.
c.       Anjurkan untuk minum air putih 2-3 liter/hari.
Rasional:   Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat, sehingga harus diimbangi dengan asupan cairan yang banyak.
d.      Beri penjelasan terhadap penyebab demam.
Rasional:   Mengurangi kecemasan.
e.       Kolaborasi dengan dokter pemberian obat antipiretik.
Rasional:   Memberi therapy yang tepat untuk menurunkan panas tubuh.
f.       Kolaborasi dengan dokter pemberian cairan intravena (infus).
Rasional:   Memberi therapy cairan yang tepat.

DP 2.   Kekurangan cairan tubuh b.d perpindahan cairan dari intravaskuler ke ekstravaskuler.
HYD:  Tidak terjadi defisit cairan, cairan dalam tubuh seimbang ditandai dengan pasien tidak panas (suhu: 36-37 oC), hidrasi kulit baik, kulit tidak kering, output seimbang, balance seimbang, Hematokrit dalam batas normal (37-52 %), balance cairan seimbang, pasien mau minum 2-3 liter perhari, urin dalam batas normal dalam waktu 3 hari.
Intervensi:
a.       Observasi TTV tiap 4 jam.
Rasional:   Tanda-tanda vital sebagai acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
b.      Observasi tanda dan gejala hipovolemia seperti balance cairan tidak seimbang, dehidrasi dan lain-lain.
     Rasional: Sebagai indikator untuk pemberian intervensi lebih lanjut
c.       Observasi tanda-tanda syok seperti lemas, nadi cepat lemah, hipotensi, sianosis bibir dan ekstremitas, akral dingin.
Rasional:   Agar dapat segera dilakukan tindakan atau penanganan lebih awal syok yang dialami pasien.
d.      Memonitor intake dan output.
Rasional:   Keseimbangan cairan.
e.       Anjurkan pasien banyak minum 2-3 liter/hari.
Rasional:   Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah volume cairan tubuh.
f.       Kolaborasi dengan dokter pemberian cairan infus.
Rasional:   Asupan cairan yang adekuat.

DP 3.   Resiko Tinggi  Perdarahan b.d penurunan trombosit.
HYD:  Tidak terjadi tanda-tanda perdarahan lebih lanjut, ditandai dengan jumlah trombosit meningkat, sampai dengan normal (150.000-450.000/ul) dan tidak ada tanda-tanda ptekie, purpura, ekimosis, hematemesis dalam jangka waktu 5 hari.
Intervensi:
a.       Observasi TTV tiap 4 jam.
Rasional:   Sebagai Indikator untuk mengetahui keadaan pasien.
b.      Monitor tanda-tanda penurunan trombosit, tanda klinisnya seperti Hematokrit meningkat, HB meningkat, Trombosit menurun.
Rasional:   Sebagai indikator dalam melakukan intervensi lebih lanjut.
c.       Anjurkan pasien untuk banyak istirahat.
Rasional:   Aktivitas yang tidak terkontrol menyebabkan terjadinya perdarahan.
d.      Anjurkan pada pasien untuk mencegah terjadinya perlukaan atau perdarahan dengan menggunakan sikat gigi yang lunak, dan lain-lain.
Rasional:   Mencegah perdarahan meluas.
e.       Beri penjelasan tentang pengaruh trombositopenia pada pasien.
Rasional:   Keluarga mengetahui hal-hal yang mungkin terjadi pada pasien.
f.       Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian anti koagulan.
Rasional: Menghentikan perdarahan yang panjang.
g.      Kolaborasi untuk pemberian transfusi darah.
Rasional:   Untuk mengganti perdarahan yang ada.

DP 4.   Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah, anoreksia.
HYD:  Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi ditandai dengan pasien mampu makan 1 porsi, mual dan muntah berkurang sampai dengan hilang, nafsu makan pasien meningkat dalam 3 hari.
Intervensi:
a.       Observasi keluhan klien tentang mual, muntah yang dialaminya.
Rasional:   Menetapkan cara mengatasinya.
b.      Beri posisi makan porsi kecil, sering dan hangat.
Rasional:   Meningkatkan nafsu makan, mengurangi mual.
c.       Timbang BB tiap minggu.
Rasional:   Mengetahui peningkatan BB, asupan.
d.      Catat porsi makan dan minum yang dihabiskan.
      Rasional:   Membantu, memantau keseimbangan intake pasien
e.       Ajarkan tehnik nafas dalam bila mual.
Rasional: Mengurangi mual dan meningkatkan asupan makanan.
f.       Jelaskan manfaat makanan terutama saat sakit.
Rasional:   Motivasi pasien untuk mau makan dan menambah pengetahuan.
g.      Kolaborasi dengan dokter, pemberian obat mual, antiemetik.
Rasional:   Therapy yang tepat untuk mengurangi nyeri.
h.      Kolaborasi dengan ahli gizi.
Rasional: untuk pemberian diit yang tepat.

DP 5.   Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik.
HYD:  Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari ditandai dengan dapat melakukan kebutuhan dasar mandiri, mandi sendiri, menggunakan pakaian dan kerapihan pakaian tanpa bantuan orang lain, bak, bab mandiri tanpa bantuan orang, dapat beraktivitas mandiri dalam waktu 3 hari.
Intervensi:
a.       Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam.
Rasional: Kelelahan dapat meningkatkan frekuensi nadi, tekanan darah, pernafasan.
b.      Observasi keluhan pasien tentang aktivitas.
Rasional:   Untuk mengidentifikasi masalah klien.
c.       Observasi hal-hal yang tidak mampu atau yang mampu dilakukan klien.
Rasional:   Mengetahui tingkat ketergantungan pasien dalam memenuhi kebutuhan
d.      Bantu pasien memenuhi kebutuhan aktivitasnya sehari-hari.
Rasional:   Bantuan sangat diperlukan dalam kondisi lemah.
e.       Dekatkan barang-barang diperlukan pasien.
Rasional:   Membantu memenuhi kebutuhan sendiri.
f.       Menyiapkan bel di dekat pasien.
Rasional:   Agar pasien dapat segera meminta bantuan perawat saat membutuhkan.
g.      Anjurkan pada pasien jangan memaksakan beraktivitas bila pusing atau kelelahan.
 Rasional : Mencegah terjadinya kecelakaan dalam beraktivitas.

DP 6.   Resiko tinggi syok hipovolemik b.d perdarahan hebat.
HYD:  Syok hipovolemik tidak terjadi ditandai dengan :
-          Tanda-tanda vital dalam batas normal (N: 60-80 x/menit, P: 12-20 x/menit, TD: 100/60-120/60 x/menit).
-          Keadaan umum baik, tidak sianosis.
Intervensi:
a.       Monitor keadaan umum pasien.
Rasional:   Memantau kondisi pasien terutama pada masa perdarahan.
b.      Observasi TTV tiap 2-3 jam.
Rasional:   Sebagai indikator untuk melakukan intervensi lebih lanjut.
c.       Monitor tanda-tanda perdarahan seperti HB menurun, Ht menurun, lemas, epistaksis, hematemesis.
Rasional:   Perdarahan yang cepat diketahui dapat segera diatasi.
d.      Jelaskan pada klien dan keluarga tentang tanda-tanda perdarahan.
Rasional:   Dengan adanya penjelasan dan melibatkan keluarga, tanda perdarahan dapat diketahui dan ditanggulangi.
e.       Kolaborasi dokter pemberian infus.
Rasional:   Untuk mengganti kehilangan cairan.
f.       Kolaborasi dengan dokter untuk transfusi darah.
Rasional:   Untuk mengganti volume darah serta komponen darah yang hilang.

  1. Perencanaan Pulang

Penyuluhan

1)      Gerakan 3M
-          Menguras tempat-tempat penampungan air secara teratur tiap minggu, taburkan bubuk abate ke dalamnya.
-          Menutup rapat-rapat tempat penampungan air.
-          Mengubur/menyingkirkan barang-barang bekas/plastik.
2)      Penyemprotan/fogging (pengasapan)
3)      Abatesasi efektif.
4)      Penyuluhan tentang tanda dan gejala awal DHF, demam, mual, muntah, petekie di seluruh badan.
-          Penjelasan tentang pentingnya tindakan awal :
Ø  Banyak minum 2-3 liter/hari.
Ø  Kompres hangat
Ø  Segera ke dokter/puskesmas.
Kewaspadaan, lapor segera ke RT/RW adanya wabah.


DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilyn, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih bahasa : Ester monica. Jakarta: EGC.

Ignatavicus, Donna, 1995. Medical Surgical Nursing across the health care continuom 3rd edition, WB saunders company.

Noer, Sjaifoellah, 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1 edisi 3, Jakarta; Balai Penerbit FKUI.

Prince, Sylvia, 1995. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi 4, Jakarta, EGC.

Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia: Dari sel ke sistem edisi 2 Jakarta: EGC.

Smeltzer, Suzane, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner and Suddarth, Alih Bahasa: dr.Hg Kuncara, Edisi 8 Jakarta: EGC.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar