Selasa, 27 Mei 2014

DEPRESI



Depresi

A.   GAMBARAN UMUM
Gangguan depresi berat adalah suatau gangguan yang sering, dengan pravelensi seumur hidup adalah  kira-kira 15 %, kemungkinan setinggi 25 % pada wanita. Insidensi gangguan depresi berat juga lebih tinggi dari biasanya pada pasien perawatan primer, yang mendekati 10 %, dan pada pasien medis rawat inap, yang mendekati 15 %.
Pada pengamatan yang hampir universal, terlepas dari kultur dan Negara terdapat pravelensi gangguan depresi berat yang dua kali lebih besar pada wanita dibandingkan dengan laki-laki. Walaupun alasan perbedaan tersebut tidak diketahui, penilitian jelas menunjukkan bahwa perbedaan didalam masyarakat barat tidak semata-mata karena praktek diagnostic yang secara social mengalami bias. Alasan adanya perbedaan telah didalilkan sebagai melibatkan perbedaan hormonal, efek kelahiran, perbedaan stressor psikososial bagi wanita dan laki-laki, dan model perilaku tentang keputusasaan yang dipelajari.
Rata-rata usia onset untuk gangguan depresi berat adalah kira-kira 40 tahun, 50% dari semua pasien mempunyai onset antara usia  20 dan 50 tahun.   Gangguan depresi berat mungkin memiliki onset selama masa anak-anak atau pada lanjur usia, walaupun hal tersebut jarang terjadi. Beberapa data epidemiologis baru-baru ini menyatakan bahwa insidensi gangguan depresif berat mungkin meningkat pada orang-orang uang berusia kurang dari 20 %. Jika pengamatan hal tersebut benar, hal tesebur mungkin berhubungan dengan meningkatnya penggunaan alkohol dan zat lain pada kelompok usia tersebut.
Pada umumnya gangguan depresif berat terjadi paling sering pada orang yang tidak memiliki hubungan interpersonal yang erat atau bercerai atau berpisah.

B.   ETIOLOGI
Dasar umum sebab gangguan depresif berat tidak diketahui. Banyak usaha untuk mengenali suatu penyebab biologis atau psikososial untuk gangguan mood telah dihalangi oleh heteroginitas populasi pasien yang ditentukan sistem diagnostic yang didasarkan secara klinis yang ada faktor penyebab dapat secara buatan di bagi menjadi factor biologis,factor genetik dan faktor psikososial. Perbedaan tersebut adalah buatan karena kemungkinan bahwa ketiga bidang tersebut berinteraksi diantara mereka sendiri.sebagai contohnya factor psikososial dan genetic dapat mempengaruhi factor biologis (sebagai contohnya, konsentrasi neurotransmitter tertentu). Faktor biologis dan psikososisal juga dapat mempengaruhi gen.dan faktor biologis dan genetika dapat mempengarihi respon seseorang terhadap stretor psikososial
  1. Factor biologis
    • Data yang di laporkan paling konsisten dengan hipotesis bahwa gangguan mood adalah berhubungan dengan disregulasi heterogen pada amin biogenic,norepineprin,dan serotonin merupakan dua serotinin merupakan dua neurontransmiter yang berperan dalam patofisiologi gangguan
    • Sumbu tiroid
    • Regulasi neuroendrogin
    • Hormone pertumbuhan
    • Sumbu tiroid
    • Kelainan tidur
    • Irama sirkadian
    • Regulasi neuroimun
  2. Factor genetika
Data genetic dg kuat menyatakan bahwa suatu factor penting di dalam gangguan mood adalah genetika.tetapi ,pola penurunan genetika adalah jelas melalui yang kompleks,bukan saja tidak mungkin untuk menyingkirkan efek psikososial,tetapi factor non genetic kemungkinan memainkan peranan kausatif dalam perkembangan gangguan mood pada sekurangnya beberapa orang
  1. Factor psikososial
    • Peristiwa kehidupan dan strees lingkungan
    • Factor kepribadian pramorbid
    • Factor psikoanalitik dan psikodinamika
    • Ketidakberdayaan yang dipelajari

C.   PERJALANAN PENYAKIT
ONSET. Kira-kira 59 persen dari pasien didalam episode pertama gangguan depresif berat mengalami gejala depresif yang bermakana sebelum episode pertama sebelum diidentifikasi. Satu implikasi dari pengamatan adalah bahwa identifikasi awal dan terapi gejala awal dapat mencegah perkembangan episode depresif yang lengkap. Walaupun mungkin gejala ditemukan pasien dengan gejala depresif berat biasanya tidak memiliki gangguan kepribadia pramorbid. Episode depresif pertama terjadi sebelum usia 40 tahun pada kira-kira 50 %  pasien. Onset yang lanjut adalah berhubungan dengan tidak adanya riwayat keluarga gangguan kepribadian antisocial dan penyalahgunaan alcohol.
DURASI. Episode depresif uang tidak diobati berlangsun 6 sampai 13 bulan. Sebagian besar episode yang diobati berlangsung kira-kira tiga bulan. Menghentikan antidepresan sebelum tiga bulan hampir selalu menyebabkan kembalinya gejala. Saat perjalanan penyakit berkembang pasien cenderung menderita episode yang lebih sering yang berlangsung lama. Selama periode yang lebih sering yang berlangsung lama. Selama periode 20 tahun angka periode rata-rata adalah lima sampai enam.

D.   KRITERIA UNTUK EPISODE DEPRESIF BERAT
A.   Lima gejala tersebut telah ditemukan selama periode dua minggu yang sama dan mewakili perubahan dairi fungsi sebelumnya, sekarang kurangnya satu dari gejala adalah salah satu dari (1) mood terrdepresi atau (2) hilangnya minat atau kesenangan
Catatan:jangan memesukkan gejala yang jelas karena suatu kondisi medis umum atau waham atau halusinasi yang tidak sessuai dengan mood
1.    Mood terdepresi hampir sepanjang hari, hampir setiap hari,seperti yang di tunjukkan oleh laporan subjektif(misalnya,merasa sedih atau kosong)atau pengamatan yang dilakukan orang lain misalnya tampak sedih). Catatan pada anak-anak dan remaja dapat berupa mood yang tersinggung.
2.    Hilangnya minat atau kesenangan secara jelas dalam semua, atau hampir semua, aktivitas sepanjang hari, hampir setiap hari (seperti yang ditunjukkan oleh keterangan subyektif atau pengamatan yang dilakukan orang lain)
3.    Penurunan berat makan yang bermakna jika tidak melakukan diet atau penambahan berat badan (misalnya penambahan berat badan lebih dari 5% dalam 1 bulan, penurunan atau peningkatan nafsu makan hampir setiap hari. Catatan pada anak-anak pertimbangkan kegagalan untuk mencapai pertambahan berat badan yang diharapakan.
4.    Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari
5.    Agitasi atau retardasi psikomotor hampir setiap hari (dapat dilihat orang lain tidak semata-mata perasaan subyektif adanya kegelisahan atau menjadi lamban).
6.    kelehan atau hilangnya energi hampir setiap hari.
7.    Perasaan tidak berharga atau rasa bersalah yang berlebihan (mungkin bersifat waham) hampir setiap hari( tidak semata-mata mencela diri dendiri atau menyalahkan karena sakit)
8.    Hilangnya kemampuan untuk berfikir atau memusatkan perhatian atau tidak mengambil keputusan, hampir setiap hari
9.    Pikiran akan kematian yang rekuren (bukan hanya takut mati), usaha bunuh diri atau rencana kusus untuk melakukan bunuh diri.
B.   Gejala tidak memenuhi untuk criteria untuk episode campuran
C.   Gejalan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau fungsi social, pekerjaan daru fungsi penting lain
D.   Gejala bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalkan obat yang disalah gunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum (misalnya hipotiroidisme)
E.   Gejala tidsk lebih baik  diterangkan oleh duka cita yaitu setelah kehilangan orangyuanga dicintai gejala menetap lebih dari 2 bulan atau ditandai oleh gangguan fungsional yang jelas, preokupasi morbid dengan rasa tidak berharga, ide bunuh diri, gejala psikotik atau retardasi psikomotor.

E.   GAMBARAN KLINIS
Suatu mood depresi dan hilangnya minat atau kesenangan merupakan gejala utama dari depresi. Pasien mungikin mengatakan bahwa mereka merasa murung, putus asa, dalam kesedihan atau tidak berguna. Bagi mood depresi seingkali memiliki kualitas yang terpisah yang membedakannya dari emosi normal kesediahan atau duka cita. Pasien sering menggambarkan gejala depresi sebagai suatau rasa nyeri emosional yang menderita sekali. Pasien terdepresi kadang-kadang mengeluh tidak dapat menangis, suatu gejala yang menghilang saat mereka membaik.
Kira-kira dua pertiga pasien terdepresi merenungkan bunuh diri dan 10 sampai 15 % melakukan bunuh diri. Tetapi pasien terdepresi kadang-kadang tampak tidak menyadari depresinya dan tidak mengeluh suatu gangguan mood, walaupun mereka menunjukkan penarikan diri dari keluarga, teman, dan aktifitas yang sebelumnya menarik diri mereka.
Hampir semua pasien terdepresi ( 97% ) mengeluh adanya penurunan energi yang menyebabkan kesulitan dalam menyelesaikan  tugas, sekolah dan pekerjaan, dan penurunan motivasi untu mengambil proyek baru. Kira-kira 80 % pasien mengeluh sulit tidur, kususnya terbangun pada dini hari ( yaitu, insomnia terminal ) dan sering terbangun pada malam hari, selama mana mereka mungkin merenungkan masalahnya.
Banyak pasien mengalami penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan. Tetapi beberapa pasien mengalami peningkatan nafsu makan, penambahan berat badan, dan tidur yang tetap bertambah. Pasien tersebut diklasifikasikan didalam DSM –IV sebagai memiliki ciri atipikal dan juga dikenal sebagai disforia histeroid dan juga dikenal sebagai memiliki disforia histeroid. Pada kenyataannya kecemasam merupakan gejala yang sering pada depresi yang mengenai sebanyak 90 % pasein depresi. Berbagai perubahan didalam asupan makanan dan istirahat dapat memperberat penyakit medis yang menyertai seperti diabetes, hipertensi, penyakit paru obstruktif kronis dan penyakit jantung. Gejala vegetatif lainnya adalah menstruasi yang tidak normal dan penurunan minat dan kinerja di dalam aktivitas seksual. Masalah seksual dapat menyebabkan rujukan yang tidak  tepat, seperti kepada konseling perkawianan dan terapi seks jika klinisi gagal mengenali gangguan yang mendasari.
Kecemasan termasuk serangan panic, penyalahgunaan alcohol dan keluhan somatic ( seperti konstipasi dan nyeri kepala) sering mempersulit pengobatan depresi. Kira-kira 50 % dari semua pasien menggambarkan suatu variasi diurnal dari gejalanya, dengan suatu peningkatan keparahan dipagi hari dan gejala meringan dimalam hari. Gejala kognitif adalah laporan subyektif yang berupa ketidakmampuan berkonsentrasi ( 84% pasien didalam satu penelitian ) dan gangguan didalam berfikir (67 persen pasien pada penelitian lain).
Depresi pada lanjut usia. Depresi adalah lebih sering pada lanjut usia disbanding pada populasi umum. Berbagai penelitian telah melaporkan angka pravelensi terentang dari 25 sampai 50 %, walaupun beberapa presentasi kasus tersebut adalah gangguan depresif berat adalah tidak diketahui. Sejumlah penelitian telah melaporkan data yang menyatakan bahwa depresi pada lanjut usia mungkin berhubungan dengan status sosioekonomi rendah, kematian pasangan, penyakit fisik yang menyertai dan isolasi social. Beberapa penelitian telah menyatakan bahwa depresi pada lanjut usia adalah jarang didiagnosis dan jarang diobati, sebagian terutama oleh dokter umum. Jarang dikenalinya depresi pada lanjut usia mungkin karena pengamatan bahwa depresi adalah lebih sering tampak dengan gejala somatic pada lanjut usia dari pada usia yang lebih muda. Juga, lebih dari suatu elemen ketuaan mungkin ditemukan pada dokter, yang mungkin secara tidak disadari menerima lebih banyak gejala depresif pada pasien lanjut usia dibandingkan pada pasien yang lebih muda.

F.    TERAPI
Pengobatan pasien dengan gangguan mood harus diarahkan pada sejumlah tujuan. Pertama, keamanan pasien harus dijamin. Kedua, pemeriksaan diagnostic yang lengkap pada pasien harus dilakukan. Ketiga, suatu rencana pengobatan harus dimulai yang menjawab bukan hanya gejala segera tetapi juga kesehatan pasien selanjutnya. Walaupun penekanan pada sekarang ini farmakoterapi dan psikoterapi yang ditujukan pada pasien individual, peristiwa kehidupan yang menyebabkan stress juga berhubungan dengan peningkatan angka kekambuhan pada pasien dengan gangguan mood. Jadi terapi harus menurunkan stressor pada kehidupan pasien.

G.   KEMUNGKINAN DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNCUL
  • Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
  • Ketidakseimbangan  nutrisi lebih dari kebutuhan  tubuh
  • Konstipasi
  • Nyeri akut
  • Anxietas
  • Gangguan pola tidur
  • Putus asa
  • Resiko bunuh diri
  • Harga diri rendah kronis/situasional

H.   Intervensi keperawatan pada pasien depresi berdasarkan NIC
1.   Dx. Cemas (anxiety)
Anxiety Reduction (mengurangi kecemasan)
1.    Bersikap tenang dalam melakukan pendekatan
2.    Memberi harapan yang jelas untuk  perilaku pasien
3.    Menjelaskan semua prosedur, yang meliputi sensasi sehingga dapat dijadikan pengalaman selama melakukan prosedur tersebut
4.    Mencari pemahaman pikiran/pandangan pasien jika pada keadaan stress
5.    Memberikan informasi yang nyata berupa diagnosis perawatan sertaj prognosisnya
6.    Tinggal dengan pasien untuk menjaga keselamatan atau keamanan dan mengurangi ketakutan
7.    Mendorong pasien untuk tinggal bersama anaknya
8.    Memberi suatu bentuk simbolis atau lambang keamanan
9.    Mengenali perubahan tingkat kecemasan
10. Menyarankan pada pasien untuk melakukan teknik relaksasi
11. Menguatkan perilaku
12. Mendengarkan peringatan
13. Membantu pasien dalam mengenali situasi anggapan cemas
14. Mengurus pengobatan untuk mengurangi kecemasan

2.   Dx. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan ketidak seibangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh
Eating disorders management
  1. Mengajarkan dan mendukung pola nutrisi yang bagus dengan pasien
  2. Mendorong pasien untuk mendiskusikan menu makanan dengan ahli diet
  3. Memonitor pemasukan kalori harian
  4. Membantu pasien untuk menumbuhkan kepercayaan diri bahwa berat badan yang sehat itu ideal
  5. Batasi waktu BAB atau BAK di kamar mandi selama dibawah pengawasan
  6. Memberikan dukungan (berhubungan dengan terapi relaksasi, latihan pengendalian diri, dan kesempatan untuk berbicara tentang pasien) pasien juga harus dapat memadukan pola makan yang baru, merubah gambaran diri dan merubah gaya hidupnya
  7. Membatasi aktifitas fisik jika dibutuhkan untuk meningkatan berat badan
  8. Mengembangkan keakraban dengan pasien
  9. Mengikuti kesempatan dalam membuat batasan pilihan tentang pola makan dan latihan atau aktifitas agar tidak terjadi peningkatan berat badan yang tidak diinginkan
  10. Monitor intake dan output cairan jika diperlukan
  11. Monitor masukan kalori makanan harian
  12. Monitor pasien untuk factor yang berhubungan dengan makan, peningktan berat badan dan penuruanan berat badan

3.   Dx. Putus asa
Hope installation
  1. Membantu pasien untuk mengembangkan kehidupan spiritualnya
  2. Membantu pasien dan keluarga pasien untuk mengenali daerah yang mereka tinggali
  3. Mengajarkan kepada keluarga tentang aspek harapan positif berkaitan dengan berkembangnya pokok pembicaraan yang penuh arti dengan menunjukkan rasa sayang dan membutuhkan pada pasien
  4. Memberikan kesempatan pada pasien atau keluarga untuk bergabung dengan masyarakat
  5. Menciptakan lingkungan sebagai sarana pasien melakukan kegiatan keagaman jika diperlukan

4.   Dx. Nyeri akut
Pain management
  1. Membantu pasien dan keluarga untuk mencari dan memberikan dukungan
  2. Menganggap pengaruh budaya sebagai respon nyeri
  3. Memberikan informasi yang akurat untuk meningkatkan pengetahua keluarga mengenai respon perasaan nyeri
  4. Memastikan bahwa pasien menerima pemberian pengobatan analgesic
  5. Mendorong pasien untuk memonitor nyeri sendiri dan membantu merawatnya
  6. Menyeleksi dan melaksanakan berbagai patokan yang berhubungan dengan farmakologi, non farmakologi, dan pemberian secara mandiri untuk memfasilitasi jenis nyeri
  7. Mengurangi atau menghilangkan factor pemicu atau yang dapat meningkatkan perasaan nyeri berhubungan dengan ketakutan, keletihan sikap acuh atau apatis dan kurangnya pengetahuan

5.   Dx. Harga diri rendah kronis/situasinal
Self esteem ehancement
  1. Memonitor pasien untuk dapat menilai dirinya sendiri
  2. Menentukan tempat control pasien
  3. Menentukan kepercayaan diri pasien dalam dirinya
  4. Mendorong pasien untuk mengenali dirinya
  5. Mendorong kontak mata dalam berkomunikasi dengan orang lain
  6. Menguatkan keasingan diri pada diri pasien yang sesungguhnya
  7. Memberikan pengalaman pada pasien untuk mengurus kepentingannya sendiri
  8. Membantu pasien untuk mengemal respon positif dari orang lain
  9. Menahan diri dari pikiran negative
  10. Menahan diri untuk menahan dari ejekan
  11. Menumbuhkan kepercayaan diri pasien dalam menghadapi situasi
  12. Membantu pasien dalam mengatur tujuan nyatanya atau realitas untuk mencapai penghargaan diri yang tinggi
  13. Mendorong pasien untuk ikut dalam tantangan baru
  14. Mendorong pasien untuk dapat menilai perilakunya sendiri
  15. Mendorong pasien untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pada diri pasien
6.   Dx. Gangguan pola tidur
Sleep enhancement
  1. Meningkatkan jumlah waktu tidur
  2. Membantu untuk mengihalangkan kejenuhan atau keadaan strees sebelum waktu tidur
  3. Memonitor jam tidur , pola makan dan minum sebagai fasilitas atau pemasukan yang dapat mengganggu tidur
  4. Memerintahkan kepada pasien untuk menghindari pola makan dan minum yang dapat mengganggu tidur
  5. Mendiskusikan kepada pasien dan keluarga dalam mengukur tingkat kenyamanan , meningkatkan pola tidur , dan merubah gaya hidup yang dapat mengganggu pola tidur yang optimal
  6. Memperkirakan keteraturan tidur pasien dalam rencana keperawatan

7.   Dx. Constipasi
Constipation
  1. Memonitor tanda dan gejala konstipasi
  2. Memonitor tanda gejala dan pengaruhnya
  3. Memonitor peristaltic usus yang meliputi frekwensi , konsistensi , volume , bentuk , dan warna
  4. Memonitor suara peristaltic usus
  5. Menyarankan pasien dan keluarga untuk makan makanan yang berserat tinggi
  6. Mendorong untuk meningkatkan pemasukan cairan dalam tubuh
  7. Menjelaskan sebab masalah rasa rasionalisasi untuk tindakan pada pasien
 
8.   Dx.Resiko Bunuh Diri
Suicide Prevention
  1. Lindungi pasien dari melukai diri sendiri
  2. Menentukan penyebab usaha bunuh diri
  3. Hilangkan benda-benda berbahaya dari sekitar pasien
  4. Berikan konseling psikiatrik
  5. Monitor pasien selama di bangsal
  6. Fasilitasi pasien dengan dukungan dari teman dan keluarga
  7. Fasilitasi dengan diskusi terhadap factor-faktor penyebab bunuh diri
 
PENUTUP
Kesimpulan
Gangguan depresi berat adalah suatau gangguan yang sering, dengan pravelensi seumur hidup adalah  kira-kira 15 %, kemungkinan setinggi 25 % pada wanita.
Dasar umum sebab gangguan depresif berat tidak diketahui. Faktor penyebab dapat secara buatan di bagi menjadi factor biologis,factor genetik dan faktor psikososial.perbedaan tersebut adalah buatan karena kemungkinan bahwa ketiga bidang tersebut berinteraksi diantara mereka sendiri.sebagai contohnya factor psikososial dan genetic dapat mempengaruhi factor biologis (sebagai contohnya, konsentrasi neurotransmitter tertentu).faktor biologis dan psikososisal juga dapat mempengaruhi gen.dan faktor biologis dan genetika dapat mempengarihi respon seseorang terhadap stretor psikososial
Tanda dan gejala pada klien depresi :
  • Hilangnya minat dan kesenangan
  • Merasa murung
  • Putus asa
  • Sedih, merasa tidak berguna
  • Merenungkan bunuh diri
  • Lemah/penurunan energi
  • Penurunan motifasi
  • Insomnia
  • Penurunan/peningkatan nafsu makan
  • Cemas
  • Keluhan somatic (konstipasi dan nyeri kepala)

DAFTAR PUSTAKA

Joamme C. NcCloskey, PhD, RN, FAAN. Gloria M. Bulechek, PhD, RN, Faan. NURSING INTERVEVTION CLASSIFICATION. 1996 Philadelpia

Nanda. Nursing diagnoses definition & classification 2005-2006 Philadhelpia

Kaplan,Harold,MD.Sadock,Benjamin,MD.Grebb,Jack A,MD.SINOPSIS PSIKIATRI JILID 1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar