KONSEP DASAR
1 Definisi
·
Congestive Heart Failure atau Gagal Jantung
Kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk
memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi. (Brunner & Suddarth,
hal. 805).
·
CHF adalah sindroma kompleks yang secara klinik
diakibatkan dari ketidakmampuan dari jantung untuk memenuhi metabolisme tubuh.
(Thompson Mc. Farland Hirsh Tucker, 2002, hal. 66).
Anatomi Fisiologi
Jantung adalah organ berongga,
berotot yang terletak di tengah toraks dan menempati rongga antara paru dan
diafragma. Fungsi jantung adalah memompa darah ke jaringan, mensuplai oksigen,
dan zat nutrisi lain serta mengangkut karbondioksida. Jantung berada di rongga
mediastinum dan terbungkus dalam kantong fibrosa tipis yang disebut
perikardium.
Sisi kanan dan kiri jantung
masing-masing tersusun atas dua kamar yaitu atrium dan ventrikel. Perbedaan
ketebalan dinding atrium dan ventrikel berhubungan dengan beban kerjanya.
Dinding atrium lebih tipis daripada dinding ventrikel karena rendahnya tekanan
yang ditimbulkan oleh atrium untuk menahan darah dan kemudian menyalurkannya ke
ventrikel. Ventrikel kiri menyemburkan darah melawan tahanan sistemis yang
tinggi, sementara ventrikel kanan melawan tekanan darah pembuluh darah paru.
Katup jantung memungkinkan
darah mengalir hanya ke satu arah dalam jantung. Ada 2 jenis katup yaitu katup
atrioventrikularis dan katup semilunaris.
a. Katup
Atrioventrikularis, yaitu katup yang memisahkan atrium dan ventrikel.
-
Katup Trikuspidalis yaitu katup yang memisahkan
atrium dan ventrikel.
-
Katup Mitral atau Bikuspidalis yaitu katup yang
memisahkan atrium dan ventrikel kiri.
b. Katup
Semilunaris, yaitu katup yang terletak diantara tiap ventrikel dan arteri yang
bersangkutan.
-
Katup Pulmonalis, yaitu katup yang terletak diantara
tiap ventrikel kanan dan arteri pulmonalis.
-
Katup Aorta, yaitu katup yang terletak diantara
ventrikel kiri dan aorta.
Sistem Hantaran Jantung
Nodus Sinoatrial (SA) yang terletak antara sambungan vena
cava superior dan atrium kanan adalah awal mula sistem hantaran dan normalnya
berfungsi sebagai pacu jantung ke seluruh miocardium (otot jantung). SA memulai
sekitar 60-100 impulse permenit pada saat jantung normal istirahat, tetapi
dapat mengubah frekuensinya sesuai kebutuhan tubuh.
Sinyal listrik yang dimulai oleh nodus SA kemudian
dihantarkan dari sepanjang sel miokardium ke nodus atrioventrikularis (AV).
Nodus AV (terletak di dinding atrium kanan dekat katup trikuspidalis) memiliki
kecepatan intrinsik sekitar 40-60 impulse permenit. Impuls dari AV akan
diantarkan melalui suatu bundel serabut otot khusus (Bundel His). Bundel His
akan bercabang menjadi cabang bundel kanan dan kiri kemudian berakhir sebagai
serabut yang dinamakan serabut purkinje.
Hemodinamika Jantung
Prinsip penting yang menentukan arah aliran darah adalah
aliran cairan dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah.
Tekanan yang bertanggung jawab terhadap aliran darah dalam sirkulasi normal
dibangkitkan oleh kontraksi otot ventrikel. Ketika otot berkontraksi, darah
terdorong dari ventrikel ke aorta selama periode dimana tekanan ventrikel kiri
melebihi tekanan aorta. Bila kedua tekanan menjadi seimbang, katup aorta akan
menutup dan keluaran dari ventrikel kiri terhenti. Darah yang telah memasuki
aorta akan menaikkan tekanan dalam pembuluh darah tersebut. Akibatnya terjadi
perbedaan tekanan yang akan mendorong darah secara progresif ke arteri, kapiler
dan vena. Darah kemudian kembali ke atrium kanan karena tekanan dalam kamar ini
lebih rendah dari tekanan vena.
Selama diastolik katup atrioventrikularis dan darah yang
kembali dari mengalir ke atrium dan kemudian ke ventrikel. Selama diastolik
tekanan di dalam ventrikel dengan cepat meningkat mendorong katup AV untuk
menutup. Konsekuensinya tidak ada lagi pengisian ventrikel dan atrium dan darah
yang dihembuskan dari ventrikel tidak dapat mengalir balik ke atrium.
Curah jantung adalah jumlah darah yang dipompa oleh
ventrikel selama satu satuan waktu. Curah jantung sebanding dengan volume
sekuncup (SV) dikalikan frekuensi jantung (HR). Frekuensi jantung dipengaruhi
oleh impuls parasimpatis yang dapat memperlambat HR dan impuls simpatis dapat
meningkatkan HR. Volume sekuncup (SV) merupakan sejumlah darah yang disemburkan
setiap denyut.
3.
Etiologi
Terjadinya gagal jantung dapat disebabkan oleh :
a. Kelainan
otot jantung : aterosklerosis koroner, hipertensi atrial, penyakit otot
degeneratif.
b. Hipertensi
sistemik
c. Hipoxia
d. Penyakit
jantung lain (MCI)
e. Embolus
paru
f. Aritmia
g. Anemia,
penyakit tiroid.
4.
Patofisiologi
Pada gagal jantung kontraktilitas jantung berkurang dan
ventrikel tidak mampu memompa keluar darah sebanyak yang masuk selama diastol.
Hal ini menyebabkan volume diastolik akhir ventrikel secara progresif bertambah.
Volume sekuncup ditentukan oleh tiga faktor, yaitu :
a. Kontraktilitas
intrinsik otot jantung
Kontraksi
dapat meningkat akibat katekolamin, aktivitas saraf simpatis. Kontraktilitas
berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar kalsium.
b. Preload
Merupakan
sinonim dari Hukum Starling, yaitu jumlah darah yang mengisi jantung berbanding
langsung dengan tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut
jantung.
c. After
load
Besarnya
tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa darah melawan perbedaan
yang ditimbulkan oleh tekanan arteriola.
Volume diastolik akhir meningkat secara progresif
sehingga serat otot ventrikel mengalami peregangan melebihi panjang optimalnya.
Tegangan yang dihasilkan menjadi berkurang karena ventrikel teregang oleh
darah. Semakin ventrikel terisi berlebihan, semakin sedikit darah yang optimal
dipompa keluar sehingga akumulasi darah dan peregangan otot semakin bertambah.
Sisa darah yang tertinggal dan ditambah dengan venous
return di ventrikel kiri akan menyebabkan peningkatan volume darah sehingga
akan menyebabkan peningkatan pengisian ventrikel (preload) atau menurunkan SV
dengan meningkatkan after load yang harus dilawan oleh kerja pompa ventrikel.
Peningkatan preload dan after load menyebabkan peningkatan beban kerja dan
kebutuhan O2 jantung. Jika kebutuhan O2 tidak terpenuhi
maka serat otot semakin hipoksik sehingga kontraktilitas berkurang. Akibat
buruknya, kontraktilitas terjadi akumulasi volume di ventrikel.
Pada hipertensi sistemik menyebabkan ventrikel kiri
hipertropi paru, ventrikel kanan dan atrium kanan. Gagal ventrikel kiri (edema
paru akut) sering mendahului gagal ventrikel kanan sehingga curah ventrikel
berpasangan dan terjadi gagal salah satu ventrikel yang menyebabkan penurunan
perfusi jaringan.
5.
Tanda dan Gejala
a. Gagal
jantung kiri
-
Dyspnea
-
Batuk
-
Mudah lelah
-
Gelisah dan cemas.
b. Gagal
jantung kanan
-
Edema
-
Hepatomegali
-
Anoreksia
-
Nokturia
-
Lemah.
6.
Test Diagnostik
a. MRI
(Magnetic Resonance Imaging)
Identifikasi
pembesaran ventrikel.
b. Foto
thorax
Identifikasi
pembesaran jantung.
c. EKG
Melihat adanya
hipertrofi atrial/ventrikuler iskhemia.
d. ECG
Identifikasi
ketidaknormalan katup pembesaran jantung.
e. Enzim-enzim
Jantung
Khususnya
CK/MB meningkat (gangguan otot jantung).
f. Kateterisasi
Identifikasi
perbedaan gagal jantung kanan atau kiri.
g. Echocardiogram
Identifikasi
ukuran, bentuk dan pergerakan otot jantung dan katup jantung melalui gelombang
suara ultrasonik.
7.
Therapi Medik
a. Memperbaiki
daya pompa jantung.
-
Therapi Digitalis : Ianoxin
-
Obat Inotropik : Amrinone (Inocor), Dopamine
(Intropin)
b. Pengendalian
retensi garam dan cairan
-
Diet rendah garam
-
Diuretik : chlorothiazide (Diuril), Furosemide
(Lasix), Sprionolactone (aldactone).
c. Angiotensin
converting enzyme (ACE) inhibitor : captropil, enalopril, lisinopril.
8.
Komplikasi
-
Edema pulmonal
-
Miocardiac infark
-
Gagal ginjal
-
Gagal hati.
KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
a. Pola
persepsi dan pemeliharaan kesehatan
-
Riwayat hipertensi
-
Ketidakpatuhan terhadap diet
-
Kebiasaan merokok
-
Kebiasaan minum obat yang dibeli di warung.
b. Pola
nutrisi metabolik
-
Anoreksia
-
Penurunan BB
-
Mual, muntah.
c. Pola
eliminasi
-
Nokturia
-
Perubahan pola berkemih.
-
Konstipasi
d. Pola
aktivitas dan latihan
-
Fatigue
-
Penurunan toleransi beraktivitas.
-
Sesak napas.
e. Pola
tidur dan istirahat
-
Gangguan pola tidur karena dyspnea dan nokturia.
-
Paroxymal nokturia, dyspnea
f. Pola
kognitif dan persepsi sensori
-
Kurang pengetahuan tentang masalah dan
perawatan.
-
Pengenalan terhadap lingkungan sekitar,
orientasi tempat dan waktu.
g. Pola
persepsi dan konsep diri
-
Gangguan body image, berhubungan dengan edema.
-
Kecemasan.
h. Pola
peran dan hubungan dengan sesama
-
Kesulitan memenuhi tanggung jawab karena
fatigue.
i.
Pola reproduksi dan seksual
-
Penurunan libido dan impotensi berhubungan
dengan fatigue dan pengobatan.
j.
Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap
stres.
-
Kecemasan b.d dyspnea.
-
Kecemasan b.d penyakit kronis.
-
Berduka karena kehilangan peran dan fungsi.
-
Kesiapan menghadapi kematian.
2.
Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan
cardiac output b.d penurunan kontraktilitas gangguan irama jantung overload
cairan atau peningkatan after load.
b. Ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit b.d penurunan perfusi ginjal.
c. Intoleransi
beraktivitas b.d penurunan cardiac output, Hb yang meningkat.
d. Kurang
pengetahuan b.d proses penyakit dan perawatan.
e. Ansietas
b.d dyspnea, takut kematian.
f. Gangguan
pola tidur b.d nokturnal, dyspnea, ketidakmampuan menyesuaikan posisi yang
tidak nyaman.
3.
Perencanaan Keperawatan
a. Penurunan
cardiac output b.d penurunan kontraktilitas, gangguan irama jantung overload
volume cairan atau peningkatan afterload.
HYD :
Mempertahankan cardiac output yang optimal ditandai dengan :
-
HR < 100 x/menit.
-
TD sistolik optimal, ditandai dengan capillary
refill < 3 detik dan tidak ada periperal edema.
-
Tidak ada BJ III.
Intervensi
keperawatan :
1) Monitor
dan dokumentasikan HR, TD.
R/ salah satu tanda gagal jantung
adalah peningkatan HR, adanya BJ III atau murmur menandakan peningkatan volume
cairan. Penurunan TD menandakan penurunan CO.
2) Berikan
obat jantung sesuai instruksi dokter dan dokumentasikan reaksi pasien.
R/ agent farmakoterapeutik
mengubah preload, kontraktilitas atau after load.
3) Observasi
tanda dan gejala hipoxemia seperti confusion, dyspnea, disritmia, takikardi dan
cyanosis.
R/ pasien yang dyspnea
menggunakan otot aksesoris.
4) Berikan
istirahat yang adekuat dengan memonitor level suara membatasi pengunjung.
R/ istirahat mengurangi konsumsi
myocardial oksigen.
5) Monitor
status cairan.
R/ volume cairan dapat
meningkatkan kerja jantung.
6) Kurangi
rasa takut dan kecemasan.
R/ takut dan cemas mengaktifkan
nervus simpatik dan meningkatkan HR, kontraktilitas myocardial dan
vasokonstriksi.
b. Ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit b.d penurunan perfusi ginjal dan therapi diuretik.
HYD : Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit yang optimal.
Intervensi keperawatan :
1) Monitor
level sodium dan potasium.
R/ hiponatremia
dapat menyebabkan penurunan tekanan darah, hipokalemia dapat menyebabkan
fatigue, ileus, ventrikel fibrilasi.
2) Timbang
BB seminggu sekali.
R/ mengetahui
adanya ketidakseimbangan cairan dalam tubuh.
3) Observasi
intake dan output.
R/ untuk
menentukan intervensi yang sesuai untuk dilakukan.
4) Berikan
batasan cairan.
R/ untuk
menghindari terjadinya edema (kelebihan cairan).
c. Intoleransi
aktivitas b.d penurunan cairan output.
HYD : Pemenuhan kebutuhan aktivitas dasar terpenuhi tanpa peningkatan
beban kerja jantung
Intervensi keperawatan :
1) Pertahankan
kestabilan jantung dengan mengevaluasi CO, HR.
R/ aktivitas
menyebabkan peningkatan kontraktilitas myocardia.
2) Jadwalkan
program aktivitas ketika keadaan pasien sudah stabil.
R/ bedrest
memiliki efek peningkatan resiko atelektasis dan pneumonia dan kerusakan
integritas kulit.
3) Evaluasi
kemampuan pasien beraktivitas.
R/ aktivitas
berlebihan meningkatkan kerja jantung.
4) Berikan
anti koagulan sesuai instruksi.
R/ heparin
mencegah pembentukan fibrin.
5) Hindari
kondisi yang berhubungan dengan valsava maneuver.
R/ valsava
maneuver meningkatkan tekanan intrakranial dan menurunkan aliran darah balik ke
jantung.
d. Kurang
pengetahuan b.d proses penyakit dan perawatan.
HYD :
Pengetahuan pasien bertambah ditandai dengan :
-
Pasien dapat mengulang kembali penyuluhan
perawat.
-
Pasien dapat merubah pola hidupnya.
Intervensi
keperawatan :
1) Berikan
penyuluhan pada pasien.
R/ menambah pengetahuan pasien.
2) Jelaskan
tentang batasan makanan/minuman.
R/ pasien mengerti pentingnya
diet yang dilakukan.
3) Tekankan
pentingnya memonitor tanda dan gejala peningkatan gagal jantung.
R/ deteksi awal mengidentifikasi
perkembangan penyakit.
4) Diskusikan
dengan pasien dan keluarga tentang rencana asuhan.
R/ pasien dengan CHF ada resiko
terkena komplikasi kardiovaskuler.
e. Ansietas
b.d dyspnea, takut akan kematian.
HYD : - Pasien akan mengekspresikan ansietas pada
orang di sekitarnya.
-
Berkurangnya perasaan takut dan khawatir tentang
keadaannya.
Intervensi
keperawatan :
1) Berikan
lingkungan yang mendorong terciptanya diskusi terbuka tentang perasaannya.
R/ lingkungan yang mendukung
menciptakan suasana yang enak untuk berdiskusi.
2) Ikut
sertakan sistem pendukung pasien dan libatkan sumber.
R/ pasien lebih terbuka dan mau
mengungkapkan perasaannya.
3) Berikan
waktu pasien untuk mengekspresikan dirinya.
R/ memberikan waktu, pasien agar
lebih tenang.
4) Observasi
ekspresi wajah dan tingkah laku mengenai ketakutannya terhadap kematian.
R/ untuk mengetahui apakah pasien
telah menerima keadaannya.
f. Gangguan
pola tidur b.d nokturnal, dyspnea, ketidakmampuan untuk menyesuaikan posisi
tidur yang tidak nyaman.
HYD :
Kebutuhan tidur klien terpenuhi ditandai dengan :
-
Tidak tampak menguap
-
Tidak ada lingkaran hitam di mata.
Intervensi
keperawatan :
1) Jelaskan
penyebab nokturnal, dyspnea.
R/ untuk mengurangi kegelisahan
yang disebabkan karena bangun lebih awal pada saat nafas sesak.
2) Jelaskan
pada pasien posisi tidur dengan menggunakan 2 bantal/lebih.
R/ memberikan rasa nyaman dan
untuk mengatasi sesak.
3) Anjurkan
pasien untuk minum diuretik sesuai dosis yang dianjurkan.
R/ mengurangi pengeluaran urine
pada malam hari.
4.
Discharge Planning
Penyuluhan pasien gagal jantung
kongestif adalah :
a. Istirahat
cukup
1) Istirahat
teratur setiap hari.
2) Memperpendek
waktu kerja bila memungkinkan.
3) Menghindari
kecemasan emosional.
b. Menerima
kenyataan bahwa pemakaian digitalis dan pembatasan natrium/ garam mungkin harus
dialami seumur hidup.
1) Minum
digitalis sesuai dosis.
2) Minum
diuretik sesuai resep.
-
Menimbang BB setiap hari.
-
Mengetahui tanda dan gejala kehilangan kalium.
3) Minum
vasodilator sesuai resep.
-
Belajar mengukur TD sendiri dengan interval yang
dianjurkan.
-
Mengetahui tanda dan gejala hipotensi
ortostatik.
c. Pembatasan
natrium
d. Melakukan
aktivitas yang masih toleran sesuai beban jantung.
e. Menghindari
panas dan dingin yang berlebihan yang akan meningkatkan kerja jantung.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner &
Suddarth. Alih bahasa, Agung Waluyo. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta
: EGC, 2001.
Chung, Edward K. Cardiovascular
Diseases. USA. 1987.
Doengoes,
Marilynn E. Alih bahasa, I Made Kariasa. Rencana Asuhan Keperawatan.
Jakarta : EGC, 1999.
Lewis. Medical
Surgical Nursing : Assessment & Management of Clinical Problem.
Missouri : Mosby Inc, 2000.
R. Sjamsuhidayat.
Win de Jong. Ilmu Bedah. Jakarta : FKUI, 1997.
Thompson. Mc.
Farland Hirsh Tucker. Clinical Nursing. USA, 2002.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar