Sabtu, 31 Mei 2014

FIBROADENOMA MAMMAE FAM



FIBROADENOMA MAMMAE

PENDAHULUAN
Mayoritas dari lesi yang terjadi pada mammae adalah benigna. Hampir 40% dari pasien yang mengunjungi poliklinik dengan keluhan pada mammae mempunyai lesi jinak. Perhatian yang lebih sering diberikan pada lesi maligna karena kanker payudara merupakan lesi maligna yang paling sering terjadi pada wanita di negara barat walaupun sebenarnya insidens lesi benigna payudara adalah lebih tinggi berbanding lesi maligna. Penggunaan mammografi, Ultrasound , Magnetic Resonance Imaging dan juga biopsi payudara dapat membantu dalam menegakkan diagnosis lesi benigna pada mayoritas dari pasien.1,2
Mayoritas dari lesi benigna tidak terkait dengan pertambahan risiko untuk menjadi kanker, maka prosedur bedah yang tidak diperlukan harus dihindari. Pada masa lalu, kebanyakkan dari lesi benigna ini dieksisi dan hasilnya terdapat peningkatan dari jumlah pembedahan yang tidak diperlukan. Faktor utama adalah karena pandangan dari wanita itu sendiri bahwa lesi ini adalah sebuah keganasan. Oleh karena itu, penting bagi ahli patologi, ahli radiologi dan ahli onkologi untuk mendeteksi lesi benigna dan membedakannya dengan kanker payudara in situ dan invasif serta mencari faktor risiko terjadinya kanker supaya penatalaksanaan yang sesuai dapat diberikan kepada pasien.1,2
Menurut kepustakaan dikatakan bahwa penyebab tersering massa pada mammae adalah kista, Fibroadenoma mammae dan karsinoma. Kista dan Fibroadenoma mammae terbentuk di dalam lobus manakala karsinoma pula terbentuk di duktus terminalis. Keluhan lain yang sering timbul adalah nipple discharge dan menurut kepustakaan dikatakan penyebab tersering dari gejala ini adalah papilloma dan duct estasia.3
DEFINISI
Tumor jinak payudara (fam) adalah benjolan pada payudara yang biasanya merupakan gumpalan lemak yang terbungkus dalam suatu wadah yang menyerupai kantong yang sifatnya jinak dan tidak menyebar ke bagian lain pada tubuh. FAM lebih banyak di derita oleh wanita yang berumur sekitar 16 tahun – 30 tahun. Yang perlu diperhatikan adalah jika ada benjolan jangan langsung berpikiran yang seram – seram apalagi langsung memvonis benjolan itu kanker, selalu untuk berpikir positif.
Sifat benjolan pada tumor jinak payudara (FAM) adalah :

Biasanya berbentuk bulat menyerupai kelereng, jika bentuk tidak beraturan maka dicurigai tumor ganas, konsistensi (kekerasan pada benjolan) kenyal seperti bakso karena berisi lemak, jadi jika benjolan di tekan maka lembeknya seperti kita menekan bakso, jika keras seperti batu di curigai tumor ganas.
ANATOMI
Gambaran Umum

            Mammae adalah kelenjar kulit yang dimodifikasi, terletak di bagian anterior dan termasuk bagian dari lateral thoraks. Kelenjar susu yang bentuknya bulat ini terletak di fasia pektoralis. Mammae melebar ke arah superior dari iga dua, inferior dari kartilago kosta enam dan medial dari sternum serta lateral linea mid-aksilaris. Kompleks nipple-areola terletak diantara kosta empat dan lima. Terdapat Langer lines pada kompleks nipple-areola yang melebar ke luar secara sirkumfranse (melingkar). Langer lines ini signifikan secara klinis kepada ahli bedah dalam menentukan area insisi pada biopsi mammae.Pada bagian lateral atasnya jaringan kelenjar ini keluar dari lingkarannya ke arah aksila, disebut penonjolan Spence atau ekor payudara.3,4

            Setiap mammae terdiri dari 15-20 lobus kelenjar yang setiap lobus terdiri dari beberapa lobulus. Setiap lobulus kelenjar masing-masing mempunyai saluran ke papila mamma yang disebut duktus laktiferus (diameter 2-4 mm). Diantara kelenjar susu dan fasia pektoralis, juga diantara kulit dan kelenjar tersebut mungkin terdapat jaringan lemak. Diantara lobulus tersebut ada jaringan ikat yang disebut ligamentum Cooper yang memberi bentuk untuk mammae.3,5





Vaskularisasi
Vaskularisasi mammae terutama berasal dari (1) cabang arteri mammaria interna; (2) cabang lateral dari arteri interkostalis posterior; dan (3) cabang dari arteri aksillaris termasuk arteri torakalis lateralis, dan cabang pectoral dari arteri torakoakromial.4,5

AliranLimfa

Aliran limfe dari mamm ae kurang lebih 75% ke aksila, sebagian lagi ke kelenjar parasternal, terutama dari bagian yang sentral dan medial dan ada pula penyaliran yang ke kelenjar interpektoralis. Di aksila terdapat rata-rata 50 (berkisar dari 10 sampai 90) buah kelenjar getah bening yang berada di sepanjang arteri dan vena brakialis. Enam kelompok kelenjar limf pada aksila yang diakui oleh ahli bedah adalah (1) kelompok vena aksila (lateral); (2) kelompok mammaria eksternal (anterior atau pectoral); (3) kelompok skapular (posterior atau subskapular); (4) kelompok sentral; (5) kelompok subklavikal (apical); dan (6) kelompok interpektoral (Rotter’s node).4,5
PATOFISIOLOGI.
Fibroadenoma merupakan tumor jinak payudara yang sering ditemukan pada masa reproduksi yang disebabkan oelh beberapa kemungkinan yaitu akibat sensitivitas jaringan setempat yang berlebihan terhadap estrogen sehingga kelainan ini sering digolongkan dalam mamary displasia.
Fibroadenoma biasanya ditemukan pada kuadran luar atas, merupakan lobus yang berbatas jelas, mudah digerakkan dari jaringan di sekitarnya. Pada gambaran histologis menunjukkan stroma dengan proliferasi fibroblast yang mengelilingi kelenjar dan rongga kistik yang dilapisi epitel dengan bentuk dan ukuran yang berbeda. Pembagian fibroadenoma berdasarkan histologik yaitu :
1.FibroadenomaPericanaliculare
   Yakni kelenjar berbentuk bulat dan lonjong dilapisi epitel selapis atau beberapa lapis.
2.Fibro
adenomaintracanaliculare
  
Yakni jaringan ikat mengalami proliferasi lebih banyak sehingga kelenjar berbentuk      panjang-panjang (tidak teratur) dengan lumen yang sempit atau menghilang.
Etiologi dan Epidemologi.

Penelitian saat ini belum dapat mengungkap secara pasti apa penyebabsesungguhnya dari fibroadenoma mammae, namun diketahui bahwa pengaruhhormonal sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dari fibroadenomamammae, hal ini diketahui karena ukuran fibroadenoma dapat berubah padasiklus menstruasi atau pada saat kehamilan. Perlu diingat bahwa tumor iniadalah tumor jinak, dan fibroadenoma ini sangat jarang atau bahkan sama sekalitidak dapat menjadi kanker atau tumor ganas.
Fibroadenoma mammae biasanya terjadi pada wanita usia muda, yaitupada usia sekitar remaja atau sekitar 20 tahun. Berdasarkan laporan dari NSWBreats Cancer Institute, fibroadenoma umumnya terjadi pada wanita dengan usia21-25 tahun, kurang dari 5% terjadi pada usia di atas 50, sedangkan prevalensinya lebih dari 9% populasi wanita terkena fibroadenoma. Sedangkanlaporan dari Western Breast Services Alliance, fibroadenoma terjadi pada wanitadengan umur antara 15 dan 25 tahun, dan lebih dari satu dari enam (15%)wanita mengalami fibroadenoma dalam hidupnya. Namun, kejadianfibroadenoma dapat terjadi pula wanita dengan usia yang lebih tua atau bahkansetelah menopause, tentunya dengan jumlah kejadian yang lebih kecil disbanding pada usia muda.
Penyebab Gangguan                                                                                      
Peningkatan aktifitas estrogen yang absolut atau relatif
PENYEBAB GANGGUAN
1. Peningkatan aktivitas Estrogen yang absolut atau relatif.
2. Genetik : payudara
3. Faktor-faktor predisposisi :
            a. Usia : < 30 tahun
            b. Jenis kelamin
            c. Geografi
            d. Pekerjaan
            e. Hereditas
            f. Diet
            g. Stress

TANDA & GEJALA

1. Secara makroskopik : tumor bersimpai, berwarna putih keabu-abuan, pada penampang tampak jaringan ikat berwarna putih, kenyal
2. Ada bagian yang menonjol ke permukaan
3. Ada penekanan pada jaringan sekitar
4. Ada batas yang tegas
5. Bila diameter mencapai 10 – 15 cm muncul Fibroadenoma raksasa ( Giant Fibroadenoma )
6. Memiliki kapsul dan soliter
7. Benjolan dapat digerakkan
.
8. Pertumbuhannya lambat
.
9. Mudah diangkat dengan lokal surgery
.
10. Bila segera ditangani tidak menyebabkan kematian
.
PATOLOGI

·         Makroskopi: tampak bulat, elastis dan nodular, permukaan berwarna putih keabuan.

·          Mikroskopi: epitel proliferasi tampak seperti kelenjar yang dikelilingi oleh stroma fibroblastic yang khas (intracanalicular f. dan pericanalicular f.).

PenegakanDiagnosa
            Pada awalnya penegakan diagnosa tehadap fibroadenoma mammae ini adalah dilakukan pemeriksaan fisik, kemudian akan dilakukan mammogram (x-ray pada mammae) atau ultrasound pada mammae apabila diperlukan. Yang paling pasti dan tepat dalam diagnosa terhadap fibroadenoma mammae ini adalah penggunaan sample biopsi. Pengambilan sampel biopsi ini dapat dilakukan dengan mengiris bagian mammae atau dengan memasukkan jarum yang kecil dan panjang untuk mengambil sampel sel fibroadenoma tersebut.

            Diagnosa terhadap FAM ini dapat dibuat dengan penggabungan penilaian klinis, ultrasonografi dan pengambilan sampel dengan penggunaan jarum. Penilaian klinis terhadap benjolan payudara ini harus mempertimbangkan:
EMBRIOLOGI
           
            Payudara sebagai kelenjar subkutis mulai tumbuh sejak minggu keenam masa embrio, yaitu berupa penebalan ektodermal sepanjang garis yang disebut garis susu yang terbentang dari aksila sampai ke region inguinal. Pada manusia, golongan primate gajah, dan ikan duyung, dua pertiga kaudal dari garis tersebut segera menghilang dan tinggal bagian dada saja yang berkembang menjadi cikal bakal payudara. Beberapa hari setelah lahir, pada bayi dapat terjadi pembesaran payudara unilateral atau bilateral diikuti dengan sekresi cairan keruh. Keadaan yang disebut mastitis neonatorum ini disebabkan oleh berkembangnya system duktus dan tumbuhnya asinus serta vaskularisasi pada stroma yang dirangsang secara tidak langsung oleh tingginya kadar estrogen ibu didalam di dalam sirkulasi darah bayi. Setelah lahir, kadar hormone ini menurun, dan ini merangsang hipofisis untuk memproduksi prolaktin. Prolaktin inilah yang menimbulkan perubahan pada payudara.

FISIOLOGI

            Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi hormone. Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas,masa fertilitas sampai ke klimakterium, dan menopause. Sejak pubertas pengaruh estrogen dan progesterone yang diproduksi ovarium dan juga hormone hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya. asinus.2
            Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid. Sekitar hari ke 8 haid, payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum haid berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang haid, payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik,terutama palpasi tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu, pemeriksaan foto mammografi tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu haid mulai, semuanya berkurang2
Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada kehamilan, payudara menjadi besar karena epitel duktus lobus dan duktus alveolus berproliferasi, dan tumbuh duktus baru. Sekresi hormone prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus ke putting susu
..



RENCANA  KEPERAWATAN

DIAGNOSA KEPERAWATAN  TUJUAN INTERVENSI RASIONAL IMPLEMENTASI  EVALUASI

1. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan syaraf, suplay vaskularisasi atau efek samping therapy/tindakan, ditandai dengan :

D
ata Subjektif :
            - Klien mengeluhkan rasa nyeri
            - Meringis karena nyeri (facial mask of pain)
            - Lemah dan istirahat kurang

D
ata Objektif :
            - Gangguan tonus otot
            - Gangguan prilaku
            - Respon autonomic

Nyeri berkurang/dapat teratasi dengan kriteria :
            - Melaporkan rasa nyeri yang sudah teratasi (rasa nyeri berkurang)
            - Dapat mongontrol ADLs seminimal mungkin.
            - Dapat mendemontrasikan keterampilan relaksasi dan aktivitas diversional sesuai  
              situasi  individu. Independent :

 1. Kaji riwayat nyeri seperti lokasi; frekwensi ; durasi dan intensitas (skala 1 – 10)     
   dan upaya untuk mengurangi nyeri.
2. Beri kenyamanan dengan mengatur posisi klien dan aktivitas diversional.
3. Dorong penggunaan stress management seperti tehnik relaksasi, visualisasi,
  
   komunikasi
   therapeutik melalui sentuhan.
4. Evaluasi/Kontrol berkurangnya rasa nyeri. Sesuaikan pemberian medikasi sesuai
   kebutuhannya

Kolaborasi :
5. Kembangkan rencana management penanganan sakit dengan klien dan dokter
6. Beri analgetik sesuai indikasi dan dosis yang tepat.

Pengendalian terhadap nyeri ;

1. Informasi merupakan data dasar untuk evaluasi atau efektifitas intervensi yang
   dilakukan.Pengalaman nyeri setiap individu bervariasi karena mengganggu fisik dan
    psikologi.
2. Menolong dan meningkatkan relaksasi dan refokus
3. Melibatkan dan memberikan partisipasi aktif untuk meningkatkan control
4.Tujuan umum/maksimal mengomtrol tingkat nyeri dan minimum ada keterlibatan     
   dalam ADLs.
5.Rencana terorganisasi dan meningkatkan kesempatan dalam mengontrol rasa sakit.
 
    Klien harus berpartisipasi aktif dalam perawatan di rumah.
6. Nyeri merupakan dampak/komplikasi suatu tindakan atau keadaan penyakit serta  
    perbedaan respon individu

Mengkaji riwayat nyeri
1. Menjelaskan pada pasien dampak nyeri dan pengaruh yang ditimbulkan akibat    
    Nyeri. Skala nyeri : 6 – 8
    Ajarkan klien tehnik relaksasi.
2. Melakukan alih posisi dan menghindarkan penekanan pada daerah post op
    Anjurkan klien tentang aktivitas diversional
3. Mengadakan tehnik komunikasi terapeutik dan melibatkan klien dalam pengelolaan
 
    pengaturan  pengurangan rasa nyeri.
    Memberi arahan pada klien tentang pengurangan rasa nyeri.
4. Support klien dalam pengurangan nyeri dengan cara : meditasi, latihan peningkatan
  
    relaksasi, petunjuk imagery, pengaturan latihan pernafasan.
    Observasi vital signs T=110/70, N=76 x/menit, S=370C
5. Mendiskusikan hal-hal yang dapat dilakukan klien dalam penanganan nyeri
    
    khususnya bila klien sudah kembali ke rumah
6. Pemberian obat analgetik tidak dilakukan karena tidak ada order dan indikasi yang
 
    menunjang.

Evaluasi
S = Klien masih mengeluh adanya nyeri pada lokal incisi
      Wajah klien menunjukkan rasa nyeri bila dareah lengan kiri dekat lokasi incisi digerakkan
      Klien masih lemah
O = Respon Autonom +, perubahan prilaku - , Tonus otot tidak lemah
       Klien melaporkan akan melakukan petunjuk yang disarankan perawat dalam penanganan   
       nyeri.
       Klien mampu mengontrol dan membatasi ADLs.
A = Pengkajian tentang nyeri sangat vital baik subyektif &obyektif karena dipengaruhi pula
  
        oleh pengalaman individu dan sosial budaya individu.
        Nyeri merupakan sumber yang mengakibatkan ketidakpuasan dan gangguan kebutuhan    
        dasar manusia karena rasa nyaman terganggu.
P = Lanjutkan implementasi sesuai rencana dan promote klien untuk berpartisipasi dalam                       
       penanganan nyeri.

2. Gangguan ga
mbaran diri (body image) berhubungan dengan tindakan pembedahan    
    ditandai dengan :
      Data Subjektif :
            - Verbalisasi perubahan pola hidup.
            - Reaksi ketakutan dan menolak perubahan pada bagian tubuh.
            - Tidak dapat menerima perubahan struktur dan fungsi tubuh.
            - Perasaan/pandangan negatif terhadap tubuh
            - Mengungkapkan keputus asaan.
             - Mengungkapkan ketakutan ditolak
             - Mengungkapkan kelemahan
       Data Objektif :
            - Menolak untuk melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
            - Mengurangi kontak sosial
            - Pre okupasi dengan bagian tubuh/fungsi tubuh yang hilang
            - Menolak penjelasan perubahan tubuh
            - Tidak mau turut bertanggung jawab dalam perawatan diri Gambaran diri  
berkembang secara positif dengan kriteria :
- Mengerti tentang perubahan pada tubuh.
- Menerima situasi yang terjadi pada dirinya.
- Mulai mengembangkan mekanisme koping pemecahan masalah.
- Menunjukkan penyesuaian terhadap perubahan.
- Dapat menerima realita.
- Hubungan interpersonal adekuat. Independent :
·         Diskusi dengan klien tentang diagnosa dan tindakan guna membantu klien agar    dapat aktif kembali sesuai ADLs.
·         Review/antisipasi efek samping kaitan dengan tindakan yang dilakukan termasuk efek yang mengganggu aktivitas seksual
·         Dorong untuk melakukan diskusi dan menerima pemecahan masalah dari efek yang terjadi.
·         Beri informasi/konseling sesering mungkin.
·         Beri dorongan/support psikologis.
·         Gunakan sentuhan perasaan selama melakukan interaksi (pertahankan kontak mata)
·         Refer klien pada kelompok program tertentu.
·          Refer pada sumber/ahli lain sesuai indikasi ;
1. Menerima dam mengerti tentang hal-hal yang dilakukan merupakan awal
  
    proses penyelesaian masalah.
2. Antisipasi dini dapat menolong klien untuk mengawali proses adaptasi dalam
    mempersiapkan hal-hal yang dapat terjadi.
3. Dimungkinkan dapat menolong menurunkan masalah dengan keterlibatan
    sehingga dapat menerima tindakan yang dilakukan.
4. Validasi tentang kenyataan perasaan klien dan berikan tehnik koping sesuai
     kebutuhan.
5. Klien dengan gangguan neoplasma kanker membutuhkan support tambahan
  
    selama periode tersebut.
6. Penghargaan dan perhatian merupakan hal penting yang diharapkan klien guna
    menurunkan perasaan klien akan keraguan / ketidaknyamanan
7. Grup support biasanya sangat bermanfaat bagi klien dengan meningkatkan
    kontak dengan klien lain dengan masalah sama.
8. Mungkin berguna untuk mempertahankan struktur psikososial
;
    a. Melakukan diskusi dengan klien tentang pengaruh dan kegunaan dari  
        tindakan yang dilakukan serta dampak + tindakan tersebut untuk kehidupan  
        klien.
    b. Kaji ulang tentang pengaruh dari tindakan yang dilakukan.
    c. Dorong klien untuk mengantisipasi & adaptasi
3.        Resiko tinggi gangguan integritas jaringan/kulit berhubungan dengan efek treatment. Integritas jaringan/kulit adekuat dengan kriteria :
     - Indentifikasi intervensi pada kondisi-kondisi khusus.
     - Partisipasi aktif dalam tehnik guna pencegahan komplikasi / meningkatkan             
        penyembuhan. Independent :
             1. Kaji kondisi kulit dari efek samping : robekan, penyembuhan lambat
             2. Dorong klien untuk tidak menggaruk area yang terkena gangguan.
             3. Sarankan klien untuk menghindari pemakaian cream kulit, salep dan   
            powder jika bukan order/ijin dari dokter atau perawatnya.
             4. Atur posisi sesuai kebutuhan.
            Kolaborasi :
            5. Administrasi pemberian antidote sesuai indikasi.
            6. Berikan therapi kompres hangat dan dingin sesuai petunjuk ;
                * Efek-efek reaksi kulit dapat berupa kemerahan, gatal, kering, kelembaban   
              berkurang, hiperpigmentasi, koloid, cikatriks.
                * Mencegah trauma / gesekan pada kulit.
                * Iritasi / reaksi pada kulit dapat meningkat.
                * Meningkatkan sirkulasi dan pencegahan tekanan pada jaringan / kulit.
                * Mengurangi kerusakan jaringan pada area / lokal.
                * Intervensi yang berbeda ini tergantung pada jenis-jenis agen yang   
              digunakan, misalnya :
1.      Luka operasi dalam kondisi adekuat, tidak ada tanda-tanda inflamasi.
2.      Menganjurkan dan menjelaskan pada klien dampak dari garukan pada   lokal pos op.
3.      Menyarankan pada klien untuk tidak memakai cream, lotion, powder pada area yang dioperasi dan tidak memijat daerah tersebut.
4.      Melakukan alih posisi sesuai kebutuhan klien dengan tanpa menekan pada daerah incisi.
Mengajarkan pada klien hal-hal yang penting dari alih posisi dan tehniknya.
5.       Tidak dilakukan karena klien tidak menunjukkan indikasi pada penggunaan obat tersebut.
6.      Menganjurkan klien untuk memberikan kompres pada daerah yang jauh dari area incisi dan menghindari area jadi basal.
S
 = Klien mengemukakan tentang pengaruh pada kulit setelah operasi
O = Tampak perubahan akibat incisi pada jaringan +kulit sekitar area post   
op. Integritas kulit masih baik. Tidak menunjukkan efek samping dan  reaksi yang khusus pada kulit. Palpasi : daerah yang jauh darri area incisi teraba hangat normal, tidak ada oedema.
A = Kondisi integritas jaringan / kulit akibat incisi penting dipertahankan   
        guna menurunkan komplikasi/mencegah side efek lanjutan.
P = Lanjutkan tindakan sesuai rencana.
4.  Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang penyakit, prognosis dan tindakan yang dibutuhkan berhubungan dengan informasi yang kurang, interpretasi yang keliru, ditandai dengan :
            Data Subjektif :
             - Bertanya tentang masalah yang dirasakannya.
             - Meminta informasi tentang keadaan penyakitnya.
             - Mengatakan konsepsi yang keliru tentang penyakitnya.
           Data Objektif :
            - Tidak mengenal prognosa dan tindakan yang dilakukan.
            - Tidak tahu dampak bila tidak dilakukan tindakan pembedahan. Klien mengenal          
               dan mengetahui informasi penyakit, prognosa, dan tindakan yang perlu dilakukan    
               dengan kriteria :
                        *  Mengatakan keakuratan dari informasi yang didapat tentang diagnosa,   
tindakan  dan kesiapan /penerimaan diri atas perawatan.
*  Dapat membenarkan prosedur yang dibutuhkan.
*
 Menjelaskan dan merespon tindakan yang dilakukan.
*  Mengindentifikasi / menggunakan sumber /ahli dengan tepat.
*  Berpartisipasi pada kegiatan perawatan dan pengobatan. Independent :
 * Review tentang hal-hal yang khusus mengenai diagnosa, alternatif tindakan  
    dan harapan mendatang dengan persepsi yang adekuat.
*  Jelaskan, beri gambaran dan kaji persepsi klien tentang neoplasma dan  
    penanganannya. Kaitkan dengan pengalaman dari klien yang sama.
*  Jelaskan dan tanya klien untuk komunikasi (umpan balik) dan mengkoreksi    
    konsepsi yang keliru tentang penyakit yang dideritanya.
*  Review medikasi secara khusus dan cara-cara penggunaan obat.
*  Jelaskan cara perawatan kulit khususnya area incisi post neoplasma.
* Dorong klien untuk menggunakan sumber / ahli guna mengontrol status   
   kesehatannya.
     * Lakukan pre discharge planning sesuai indikasi.
        1.Validasi tingkat pemahaman dan identifikasi kebutuhan pembelajaran     
           serta memberi pengetahuan dasar sehingga klien dapat mengambil        
           keputusan sendiri untuk kesehatannya.
       2. Menolong menyesuaikan diri dengan pengetahuan / informasi sehingga  
           dapat diserap dan menurunkan kecemasan serta dapat mengasimilasi        
           informasi.
       3. Miskonsepsi tentang neoplasma akan mengganggu terhadap fakta-fakta      
           dan proses penyembuhan.
       4. Meningkatkan kemampuan untuk memanage perawatan diri dan     
           menghindari potensial komplikasi, reaksi obat dsb.
       5. Mencegah penambahan komplikasi, iritasi kulit dan pencegahan reaksi         
           selanjutnya.
       6. Meningkatkan kompetensi perawatan diri dan optimalisasi tingkat   
           ketergantungan menurun.
       7. Penambahan dan perubahan/ transisi di rumah dengan informasi yang   
           akurat tentang hal-hal yang perlu dilakukan setelah operasi.


            Evaluasi dan umpan balik dari diagnosa perawatan yang diberikan berupa ROM , hal-hal yang harus dihindari, breast care.
S = Klien menunjukkan partisipasi dan banyak bertanya tentang hal-hal yang berkaitan
 
      dengan status kesehatannya.
O = Klien banyak bertanya tentang perawatan di rumah.
       Persepsi klien +
       Feed back +
       Respons klien + terhadap tindakan yang diberikan.
       Klien berpartisipasi dalam kegiatan pelayanan keperawatan.
A = Pengetahuan yang penting tentang dampak dari neoplasma sangat menolong dalan
 
       menurunkan cemas dan meningkatkan self confidence pada klien.
P = Lanjutkan implementasi sesuai rencana.

1 komentar: