BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Parkinsonisme adalah
sindrom yang ditandai dengan tremon ritmik, bradikinesia, kekakuan otot dan
hilangnya refleks-refleks postural.
Insiden yang dialami oleh
mereka di bawah usia 50 tahun adalah 1:1000 dan meningkat sampai1:4000 setelah
usia 50 tahun. Penyakit sama banyaknya pada pria maupun wanita tetapi jarang
ditemukan pada orang yang berkulit hitam.
Parkinsonisme merupakan
sebab utama dari kelumpuhan. Merupakan suatu penyakit progresif lambat yang
menyerang usia pertengahan atau lanjut, dengan awitan khas pada usia 50-an dan
60-an. Tidak ditemukan sebab genetik yang jelas dan tidak ada pengobatan yang
dapat menyembuhkannya.
1.2.
Ruang
Lingkup
Parkinsonisme merupakan
kelainan sistem ekstrapiramidal yang paling sering ditemukan dan mempunyai
beberapa sebab. Sebagian besar kasus ini sebabnya dianggap tidak diketahui atau
idiopatik. Dengan demikian dalam makalah ini akan dibahas mengenai :
1. Pengertian Parkinsonisme
2.
Patofisiologis
Parkinsonisme
3.
Gejala
Klinik Parkinsonisme
4.
Penatalaksanaan
Parkinsonisme
5.
Asuhan
Keperawatan Pada Parkinsonisme
1.3.
Tujuan
A.
Tujuan
Umum
Untuk mendapatkan gambaran
secara umum tentang Askep pada klien dengan parkinsonisme
B.
Tujuan
Khusus
Kelompok dapat melakukan :
1.
Pengkajian
klien dengan parkinsonisme
2.
Penunjukkan
diagnosa perawatan pada klien dengan parkinsonisme
3.
Perencanaan
tindakan pada klien dengan parkinsonisme
4.
Pelaksanaan
tindakan keperawatan dengan parkinsonisme
5.
Evaluasi
terhadap tindakan yang dilakukan pada klien dengan parkinsonisme
6.
Pendokumentasian
askep pada klien parkinsonisme
1.4. Metode
Pengumpulan Data
Makalah mengenai askep pada
klien dengan parkinsonisme disusun dengan bersumber pada buku-buku literatur
dan dari sumber-sumber lainnya
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1.
Definisi
Penyakit parkinson’s
adalah gangguan degeneratif ganglia basal kronis yang menyerang striatum,
globuspallidum, nukleus subtalamik, substansia nigra, nukleus merah.
2.2.
Pathofisiologis
Perubahan patologi yang
terjadi berupa deplamentasi substansia nigra di basal ganglia, sel-sel saraf di
tempat ini akan hilang fungsinya disamping menurunnya dopamine akan
mempengaruhi hilangnya mekanisme eksistasi dan inhibisi yang khusus terkena
adalah neuron-neuron pada substansia nigra dan korpus stratum. Penyelidikan
neurokimia dapat diperlihatkan adanya hubungan langsung antara derajat
kekurangan dopamine dengan beratnya gejala-gejala pasien.
2.3. Gambaran
Klinik
Tanda utama sindrom
parkinson adalah kekakuan, tremor (terutama waktu istirahat) dan akinesia atau
bradikinesia. Kekakuan mungkin terbatas pada satu kelompok otot dan terutama
mengenai satu sisi saja, tetapi dapat juga tersebar luas dan bilateral. Tremor
yang terjadi pada parkinsonisme terjadi pada waktu istirahat (rest tremor).
Tanda-tanda sekunder
antara lain gangguan berjalan, gangguan sikap tubuh serta gangguan sistem saraf
otonom. Gangguan berjalan menggambarkan peningkatan gangguan refleks-refleks
postural (sikap tubuh) dan refleks menegakkan badan.
Manifestasi otonom
penyakit parkinson antara lain adalah
berkeringat, kulit berminyak dan cenderung menderita dermatitis seborhoika,
susah menelan, konstipasi dan gangguan kandung kemih yang diperberat oleh
obat-obatan antikolinegik dan hipertrofi prostat.
Gambaran lainnya adalah
gangguan nervus okulomotorius misalnya waktu melakukan konvergensi penglihatan
adalah kabur, rasa lelah berlebihan dan otot terasa nyeri. Otot-otot lelah
karena kaku, hipotensi postural, gangguan pernafasan. Banyak yang merupakan
gejala sekunder akibat hipoventilasi dan tidak adanya kegiatan (inaktivitas).
2.4. Diagnosis
Tidak ada data-data
laboratorium yang khas, sehingga diagnosis sindroma parkinson hanya di dasarkan
pada hasil penemuan-penemuan klinis saja. Penemuan-penemuan neurologis yang
utama diantaranya adalah tremor istirahat, wajah seperti topeng, kekakuan roda
bergerigi, kelainan postural dan berjalan, mikrofagia, monoton, refleks
glabella (berkedip) hipertensif.
2.5. Penatalaksanaan
Farmakoterapi penyakit
Perkinson berusaha mengembalikan keseimbangan antara dopamin dan asetilkolin
dengan menggunakan obat-obatan dopaminergik. Dopamin tak dapat melintasi sawar
darah dan otak Levadopa (L-dopa) merupakan prazat metabolik dopamiti yang
dapat melintasi sawar darah otak
tersebut.
Obat-obatan lain yang
digunakan untuk mengobati penyakit parkinson antara lain antikolinergik,
antihistamin yang juga mempunyai kerja antikolinergik dan amantadin, suatu
senyawa sistetik antivirus yang digunakan untuk mencegah influenza. Beberapa
penderita parkinsonisme tertentu mungkin berhasil dilakukan pembedahan lesi (mempergunakan tekhnik stereotaksik) pada
globus palidus atau talamus ventro lateral.
Kecuali di atas terapi
fisik, terapi pekerjaan dan sikap posistif berupa dukungan dan pemberian
semangat merupakan faktor-faktor penting pengobatan.
2.6. Lain-lain
Parkinsonisme
post-ensefalitis ada kaitannya dengan ensefalitis letargika (penyakit
von-economo). Parkinsonisme yang ditimbulkan akibat penggunaan obat-obatan
(parkinsonisme drug-induced) dapat diakibatkan oleh obata-obatan sejenis
fenotiazin, haloperidol dan jenis butiofenon lainnya dan rauwoltia.
Parkinsonisme yang diakibatkan oleh obat
ini paling sering dijumpai pada pasien yang menderita gangguan psikiatris yang
mungkin menggunakan obat-obatan neurolleptik dosis tinggi untuk jangka waktu
yang lama. “Pseudoparkinsonisme “ sering bersifat reversibel bila gejala-gejala
ekstra pimidal berhasil diketahui sejak awal dan obat-obatan dapat langsung
dihentikan. Sindroma parkinson juga dapat ditimbulkan oleh kontak dengan logam
berat (timah, mangan, air raksa) dan akibat keracunan karbon dioksida.
Parkinsonisme juga ada kaitannya dengan hipoparatiroidisme.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1.
Definisi
Penyakit parkinson dimulai
dengan gejala yang kurang jelas dan berkembang sangat lambat. Orang tidak akan
dapat mengingat serangan gejala.
3.2.
Asuhan
Keperawatan
3.2.1.
Data
Subjektif
1.
Pengertian
pasien tentang penyakit
2.
Keluhan
kelelahan
3.
Koordinasi
kacau
4.
Tidak
mampu membuat pertimbangan dan emosi tidak stabil
5.
Tidak
peka terhadap panas
3.2.2.
Data
Objektif
1.
Menderita
tremor :
a.
Pill roling motion, gerakan jari seperti memilin
kapas
b.
Resting
tremor : tremor pada saat istirahat
2.
Kekakuan
otot
3.
Hypo/a
refleks
4.
Penampilan
wajah berubah oleh karena kekakuan otot-otot wajah menyebabkan wajah seperti
topeng, kulit berminyak
5.
Gaya
berjalan, khas dimana kaki diseret dan ayunan/lenggok kaku, kadang tidak dapat
berhenti sendiri sehingga sering terjadi kecelakaan
6.
Bicara
lambat dan monoton
7.
Drolling/ngeces
8.
penurunan/perlambatan
respin terhadap berbagai rangsangan
9.
Ketidakmampuan
melakukan aktivitas sehari-hari
3.3. Pemeriksaan
Diagnostik
Tidak ada pemeriksaan
untuk menegakkan diagnostik pada penyakit parkinson. Pemeriksaan klinis dan
anamnesa, serta respon pasien tentang pemakaian obat terhadap penyakit dapat
memperkuat dugaan diagnosa.
Bila terdapat jawaban
adanya domentia kronis, CT Scan memperlihatkan atropi cerebral, EEG hanya
memperlihatkan sedikit kelambatan pengosongan lambung dan hipomolitas.
3.4. Masalah
Keperawatan
1.
Gangguan
Pemenuhan ADL
2.
Potensial
trauma
Tujuan/kriteria :
- Klien
tidak mengalami trauma, tidak jatuh, tidak terjadi perlukaan jaringan
Intervensi keperawatan :
-
Gunakan tempat tidur yang tidak terlalu tinggi
dan selalu menggunakan pengaman disisi tempat tidur
-
Dorong klien untuk meminta bantuan bila
dibutuhkan
-
Anjurkan klien menggunakan alas kaki yang tidak
licin dan gunakan yang bertumit rendah
-
Awasi klien selama pergerakan
-
Anjurkan klien melakukan pergerakan pada
tempat-tempat yang aman dan gunakan pengaman bila dibutuhkan
3.
Perubahan
konsep diri
Tujuan :
Klien akan beradaptasi
dengan berbagai perubahan penampilan fungsi fisik dan mental, gaya hidup dan
peran.
Intervensi keperawatan :
-
Kaji
tanda dan gejala perubahan konsep diri
-
Jelaskan
makna perubahan-perubahan tersebut bagi klien dan dorong agar klien
mengungkapkan perasaannya
-
Perlihatkan
sikap menerima klien dengan cara sering mengunjunginya
-
Kaji
tanda-tanda prilaku adaptif
-
Beri
dorongan agar klien dapat terlibat secara terus menerus dalam aktivitas sosial
dan melaksanakan peran-peran yang biasa dan disukai
4.
Kebutuhan
nutrisi kurang
5.
Potensial
gangguan integritas kulit
3.5. Pengobatan
Pengobatan penyakit
parkinson adalah paliatip dan simtomatis tergantung kepada manipulasi
farmakologi oleh penyakit . Obat-obat itu berkhasiat dramatis pada perjalanan
penyakit. Dengan pemakaian obat yang tepat banyak gejala menjadi hilang.
Setelah pemakaian obat
berjalan lama terjadi akan muncul gejala efek samping, demikian pula khasiat
dari obat-obatan akan menurun. Merawat pasien di rumah sakit kadang-kadang
dapat menolong sebagai libur pemberian obat, pada saat dirawat obat-obatan
dimulai lagi dengan dosis kecil yang dapat memberi khasiat baik
Komplikasi seperti
pneumoni aspirasi dapat terjadi karena imobilitas, kaku dan gejala lain akan
timbul bila obat dihentikan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1.
Kesimpulan
Penyakit parkinson adalah
gangguan degeneratif ganglia basal kronis yang menyerang striatum, globus
pallidum, nukleus subtalamik, substantia nigra, nukleus merah.
Parkinsonisme merupakan
sebab utama dari kelumpuhan merupakan suatu penyakit progresif lambat yang
menyerang usia pertengahan atau lanjut usia dengan awitan khas pada usia 50-an
dan 60-an. Tidak ditemukan sebab genetik yang jelas dan tidak ada pengobatan
yang dapat menyembuhkannya.
Tanda utama sindroma
parkinson adalah kekakuan tremor (terutama waktu istirahat) dan a inesia atau
bradikinesia. Tanda-tanda sekunder antara lain gangguan berjalan, gangguan
sikap tubuh serta gangguan sisten syaraf otonom.
4.2.
Saran
Parkinson adalah sindrom yang ditandai dengan trumor ritmik, bradikinesia, kekauan otot dan hilangnya refleks-refleks postural. Parkinson merupakan sebab dari kelumpuhan.
Obat-obat yang digunakan
untuk mengobati penyakit parkinson antara lain anti kolinergik, anti histamin
yang juga mempunyai kerja antikolineugik dan amantadin. Suatu senyawa sintetik
antivirus yang digunakan untuk mencegah influenza. Beberapa penderita parkinson
tertentu mungkin berhasil dilakukan pembedahan lesi (mempergunakan teknik
strotaksik) pada globus palidus atau talamus rentrolateral kecuali di atas
terapi fisik, terapi pekerjaan dan sikap positif berupa dukungan dan pemberian
semangat merupakan faktor-faktor penting pengobatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar