BPH (Benigna Prostatic Hyperplasia)
A. Konsep Dasar Medik
1. Definisi
-
BPH (Benigna Prostatic Hyperplasia) adalah pembesaran
kelenjar prostat yang menuju ke dalam kandung kemih dan mengakibatkan obstruksi
pada saluran urine atau pembesaran kelenjar dan jaringan prostat berhubungan
dengan perubahan endokrin.
(Brunner
and Suddarth, 2002, hal. 1625).
-
BPH adalah pertumbuhan dari nodula-nodula
fibrioadenomatosa majemuk dalam prostat. (Sylvia A. Price, 1995, hal. 1154).
2. Anatomi Fisiologi
Struktur reproduksi pria terdiri dari penis, testis
dalam kantong skrotum, sistem ductus yang terdiri dari epididimis, vas
deferens, duktus ejakulatoris, dan uretra. Selain itu reproduksi pria juga
memiliki glandula asesoria yang terdiri dari vesikula seminalis, kelenjar
prostat dan kelenjar bulbouretralis.
Testis bagian dalam terbagi atas lobulus yang
terdiri dari tubulus seminiferus, sel-sel sertoli, dan sel-sel leydig. Tempat
produksi sperma terjadi pada tubulus seminiferus. Sel-sel leydig mensekresi
testosteron. Tubulus koligentes mengirimkan sperma ke dalam epididimis, suatu
struktur seperti topi yang terletak pada testis dan mengandung duktus yang
melebar yang mengarah ke dalam vas deferens. Struktur tubulus yang keras ini menjalar
ke arah atas melewati kanalis inguinalis untuk memasuki rongga abdomen di
belakang peritoneum dan kemudian memanjang ke bawah ke arah basal kandung
kemih. Suatu tonjolan berkantong dari struktur ini disebut vesika seminalis
yang bertugas sebagai wadah untuk sekresi testikuler. Traktus ini berlanjut
sebagai duktus ejakulatorius yang kemudian menjalar melalui kelenjar prostat
untuk masuk ke dalam uretra yang merupakan saluran keluar sperma maupun urine.
Fungsi glandular: Testis mempunyai fungsi ganda :
pembentukan spermatozoa dari sel-sel germinal tubulus seminiferus dan sekresi
hormon seks pria yaitu testosteron, yang menyebabkan dan memelihara
karakteristik seks pria.
Kelenjar prostat merupakan kelenjar yang terletak
di bawah vesika urinaria melekat pada dinding bawah vesika urinaria di sekitar
uretra bagian atas. Bentuk prostat menyerupai buah kenari dengan ukuran 4x3x2
cm. Berat prostat + 20 gram dan terdiri dari 4 lobus yaitu 1 lobus
posterior, 1 lobus lateral, 1 lobus anterior, 1 lobus medial. Prostat
mengeluarkan sekret cairan yang bercampur sekret dari testis. Perbesaran
prostat akan membendung uretra dan menyebabkan retensi urine. Kelenjar
bulbouretral terletak di sebelah bawah dari kelenjar prostat, panjangnya 2-5
cm.
Fungsi kelenjar prostat :
a.
Menambah cairan alkalis pada cairan seminalis, berguna
untuk melindungi spermatozoa terhadap tekanan yang terdapat pada uretra.
b.
Menghasilkan cairan prostat yang merupakan salah satu
komponen dan cairan ejakulat.
c.
Cairan prostat bersifat anti bakteri.
3. Etiologi
-
Penyebab pasti tidak diketahui.
-
Faktor yang mempengaruhi adalah :
·
Usia (penuaan), di atas 50 tahun.
·
Sistem hormonal, diit/nutrisi.
·
Efek dari peradangan kronis pada kelenjar
prostat.
·
Stimulasi rangsangan estrogen.
·
Akumulasi berlebihan dari DHT.
4. Patofisiologi
Penyebab BPH tidak diketahui secara pasti. Biasanya
BPH timbulnya dipengaruhi oleh penuaan usia yang menyebabkan perubahan
endokrin, sehingga terjadi peningkatan sel normal/hiperplasia. Pembesaran
jaringan prostat periuretral menyebabkan obstruksi leher kandung kemih dan
uretra purs prostatica. Lobus yang mengalami hipertrofi dapat menyumbat kolum
vesikal atau uretra prostatik. Dengan demikian menyebabkan pengosongan urine
inkomplit atau retensi urine. Berkurangnya aliran kemih ini dapat menyebabkan
infeksi saluran kemih dan terbentuknya batu pada saluran kemih. Selain itu
karena retensi urine dapat mengakibatkan meningkatnya tekanan kandung kemih
sehingga pembuluh darah pada kandung kemih rusak dan terjadilah hematuri. Akibat
tekanan kandung kemih meningkat bisa terjadi refluks urine. Jika keadaan ini
berlanjut dapat terjadi dilatasi pada ureter (hidroureter) dan ginjal
(hydroneprosis) secara bertahap. Hal ini yang menyebabkan gangguan fungsi
ginjal.
5. Tanda dan Gejala
-
Sering berkemih
-
Nokturia
-
Hesistensi/anyang-anyangan.
-
Rasa ingin berkemih
-
Abdomen tegang
-
Volume urine menurun
-
Harus mengejan saat berkemih
-
Aliran urine tidak lancar
-
Disuria
-
Dribling (urine terus menetes setelah berkemih)
-
Retensi urine
-
Pengosongan kandung kemih tidak maksimal
-
Anoreksia, mual, muntah
-
Rasa tidak lampias saat buang air kecil
-
Azotemia (peningkatan ureum dalam darah)
-
Renal failure.
6. Test Diagnostik
-
PF : palpasi rectum à
teraba pembesaran prostat
-
Urinalisis : PBC meningkat à
hematuri : WBC meningkat à infeksi, berat jenis
meningkat.
-
PSA : (prostat spesifik antigen) à untuk mengetahui adanya kanker prostat.
-
BUN (blood urine nitrogen) : untuk deteksi fungsi
ginjal.
-
BNO IVP : untuk mengetahui derajat obstruksi prostat.
-
Cystoureroscopy : untuk mengevaluasi obstruksi leher
kandung kemih
-
Darah rutin
-
EMG (electromyography)
-
Pengukuran serum asam fosfat : meningkat pada kanker
-
Radiografi
-
Urine kultur.
7. Komplikasi
a.
Pre Operasi
-
Hydroureter
-
Hydroneprosis
-
Infeksi saluran kemih
-
Uremia
-
Pyelonefritis, karena adanya statis urine dalam saluran
perkemihan
-
Gagal ginjal.
b.
Post Operasi
-
Perdarahan akibat insisi pembedahan
-
Infeksi adanya luka baru
-
Inkontinensia urine, terutama yang diakibatkan
pembedahan menyebabkan spasme pada spincter uretra.
-
Gangguan ereksi dan disfungsi seksual terjadi kerusakan
saraf pada waktu pembedahan.
-
Epididimis, shock.
8. Therapy dan Pengelolaan Medik
a.
Konservatif
·
Therapi obat hormonal untuk mengurangi
hiperplasia jaringan dengan menurunkan endogren.
-
Finasteride (proscar) block, enzim 5α – reduktase.
-
Penyekat reseptor alfa adrenergik, misalnya minipres,
cardura, hytrin dan flamox à untuk melemaskan otot
halus kolum kandung kemih dan prostat.
·
Kateterisasi (menetap/sementara) à gunakan kateter lembut sesuai dengan instruksi
medik.
·
Antibiotika à
bila ada infeksi.
·
Intake cairan ditingkatkan.
b.
Pembedahan
Indikasi
dilakukan pembedahan adalah :
·
Gangguan rasa nyaman yang hebat.
·
Obstruksi urine yang lama.
·
Retensi urine akut dan kronik karena obstruksi
dengan penyumbatan yang irreversible yang dapat menyebabkan hydroneprosis.
·
Infeksi saluran kemih
·
Hematuri hebat/lama.
Prosedur
pembedahan tergantung pada :
·
Kondisi pasien
·
Usia pasien
·
Adanya penyakit yang berkaitan
·
Ukuran kelenjar
·
Keparahan obstruksi.
Prosedur pembedahan
1)
TURP (Trans Uretral Resection Prostate)
Untuk mengangkat jaringan prostat melalui uretra. Instrumen
bedah dimasukkan secara langsung melalui uretra ke dalam prostat, yang kemudian
dapat dilihat secara langsung. Keuntungannya : menghindari insisi abdomen,
lebih aman pada pasien dengan resiko bedah, hospitalisasi dan periode
penyembuhan lebih cepat, angka morbiditas lebih rendah dan menimbulkan sedikit
nyeri. Kerugiannya : membutuhkan dokter bedah yang ahli, trauma rectal, dan
dapat terjadi striktur dan perdarahan lama dapat terjadi.
2)
Suprapubic prostatectomy
Mengangkat kelenjar melalui insisi abdomen. Insisi dibuat
pada garis tengah bawah abdomen sampai kandung kemih dan mengarah ke prostat.
Keuntungannya : secara teknis sederhana memberikan area eksplorasi yang lebih
luas, memungkinkan pengobatan lesi kandung kemih. Kerugiannya : membutuhkan
pembedahan melalui kandung kemih, urine dapat bocor di sekitar tuba suprapubis
dan pemulihan mungkin lama.
3)
Retropubic prostatectomy
Menentukan lokasi masa yang besar pada daerah pelvis. Pembedahan
dilakukan dengan membuat insisi abdomen rendah mendekati kelenjar prostat yaitu
antara arkus pubis dan kandung kemih tanpa memasuki kandung kemih, memungkinkan
dokter bedah untuk melihat dan mengontrol perdarahan, periode pemulihan lebih
singkat. Kerugiannya: tidak dapat mengobati penyakit kandung kemih yang
berkaitan.
4)
Perineal prostatectomy
Mengangkat kelenjar melalui suatu insisi dalam perineum.
Insisi dilakukan di antara scrotum dan anus. Keuntungannya : memberikan
pendekatan anatomis langsung, angka mortalitas rendah, insiden shock lebih
rendah, ideal bagi pasien dengan prostat yang besar. Kerugiannya: insiden
impotensi dan inkontinensia urine pasca operatif tinggi, kemungkinan kerusakan
pada rectum dan spincter eksternal, potensial terhadap infeksi lebih besar.
c.
TUIP (Trans Uretral Incision of the Prostate)
d.
TUPP (Trans Uretral Prostate Dilation)
e.
Trans Uretral Ultrasound-guided laser.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pre-Operasi
a.
Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
-
Riwayat ginjal, hipertensi, kanker
-
Riwayat penyakit keluarga
-
Pernah mendapat pengobatan dan perawatan BPH
-
Penggunaan antibiotik
-
Pengetahuan pasien tentang kondisinya.
b.
Pola nutrisi metabolik
-
Anoreksia
-
Penurunan BB
-
Mual, muntah, konjungtiva pucat/anemik.
c.
Pola eliminasi
-
Kemampuan klien mengosongkan kandung kemih
-
Sering berkemih dan aliran urine tidak lancar
-
Nokturia, disuria, retensi urine, hematuria.
-
Inkontinensia urine
-
Infeksi saluran kemih berulang
-
Anyang-anyangan/hesistancy
-
Urine menetes.
d.
Pola aktivitas dan latihan
-
Aktivitas sesuai usia
-
Keluhan lemas, cepat lelah dalam beraktivitas
-
Apakah pasien dapat turun dari tempat tidur dan kembali
ke tempat tidur tanpa bantuan
e.
Pola tidur dan istirahat
-
Tidur terganggu karena sering terbangun untuk berkemih
-
Tidur terganggu karena nyeri, nokturia.
f.
Pola persepsi kognitif
-
Rasa tidak nyaman pada abdomen
-
Nyeri pinggang dan nyeri punggung
-
Nyeri tekan kandung kemih, dysuria, perasaan tidak puas
berkemih.
g.
Pola koping dan toleransi stres
-
Depresi
-
Kecemasan.
h.
Pola reproduksi dan seksual
-
Adanya pembesaran dan nyeri tekan prostat.
-
Penurunan kekuatan konstriksi ejakulasi.
-
Takut inkontinensia selama hubungan intim.
Post-Operasi
a.
Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
-
Kaji pemberian terapi antibiotik.
-
Adanya gangguan kardiovaskuler, paru-paru.
b.
Pola nutrisi metabolik
-
Adanya penurunan berat badan.
-
Mual, muntah, anoreksia.
c.
Pola eliminasi
-
Retensi urine, nokturia, hematuri.
-
Dysuria, inkontinensia urine.
d.
Pola aktivitas dan latihan
-
Penurunan aktivitas dengan adanya nyeri.
-
Kelelahan/keletihan.
e.
Pola tidur dan istirahat
-
Gangguan tidur karena nyeri, nokturia, inkontinensia
urine.
f.
Pola seksualitas
-
Impoten
-
Peran seksual post operasi terhadap pasangannya.
g.
Koping stress
-
Depresi
-
Kecemasan.
2.
Diagnosa Keperawatan
Pre-Operasi
a.
Perubahan pola eliminasi urine : retensi urine b.d
pembesaran prostat.
b.
Nyeri b.d distensi kandung kemih.
c.
Intoleransi aktivitas b.d cepat lelah dan lemas.
d.
Kecemasan b.d tindakan prosedur pembedahan.
Post-Operasi
a.
Nyeri b.d insisi bedah, pemasangan kateter, spasme
kandung kemih.
b.
Perdarahan b.d prostatectomy.
c.
Perubahan eliminasi urine : inkontinensia urine b.d
trauma leher kandung kemih, kehilangan kontrol sphincter.
d.
Resiko tinggi infeksi b.d insisi bedah.
3. Perencanaan Keperawatan
Pre-Operasi
a.
Perubahan pola eliminasi urine : retensi urine b.d
pembesaran prostat.
HYD : - Pengosongan
kandung kemih lancar.
-
Pola eliminasi urine normal tanpa terjadi retensi.
-
Pasien mampu berkemih secara spontan.
Intervensi.
-
Kaji kebiasaan berkemih.
R/ Untuk menentukan
intervensi lebih lanjut.
-
Kaji keluaran urine (warna, jumlah, kekuatan).
R/ Mengidentifikasi
adanya obstruksi dan perdarahan, k/p palpasi kandung kemih setiap menit.
-
Intake dan output cairan tiap 4-8 jam.
R/ Mengidentifikasi
keseimbangan cairan.
-
Anjurkan pasien untuk berkemih saat ada rasa ingin
berkemih.
R/ Mempertahankan pola
eliminasi dengan normal.
-
Observasi TTV tiap 4 jam.
R/ Mengetahui
keadekuatan fungsi ginjal.
-
Pasang kateter sesuai dengan instruksi medik.
R/ Dengan pemasangan
kateter, urine keluar dengan lancar.
-
Berikan obat anti spasmodik sesuai indikasi.
R/ Menghilangkan spasme
kandung kemih sehubungan dengan iritasi oleh kateter.
b.
Nyeri b.d distensi kandung kemih.
HYD : Nyeri berkurang
sampai dengan hilang ditandai dengan ekspresi wajah tampak rileks.
Intervensi :
-
Monitor intake-output.
R/ Mengidentifikasi
keadekuatan cairan.
-
Berikan posisi yang nyaman.
R/ Mengurangi nyeri.
-
Bantu eliminasi urine dengan pemasangan kateter.
R/ Mengurangi nyeri.
-
Pertahankan kepatenan kateter.
R/ Memastikan
kelancaran aliran urine.
-
Kaji karakteristik nyeri (sifat, intensitas, lokasi dan
lama).
R/ Mengetahui
karakteristik nyeri sehingga dapat menentukan intervensi selanjutnya.
-
Ajarkan teknik relaksasi : tarik napas dalam.
R/ Mengurangi nyeri.
-
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat
analgetik.
R/ Mengurangi nyeri.
c.
Intoleransi aktivitas b.d cepat lelah dan lemas.
HYD : Pasien dapat
berpartisipasi meningkatkan aktivitas ditandai dengan pasien mampu beraktivitas
secara bertahap selama 3 hari.
Intervensi :
-
Kaji kemampuan aktivitas klien.
R/ Memberikan
intervensi yang tepat.
-
Bantu kebutuhan klien.
R/ Memenuhi kebutuhan
klien.
-
Dorong klien untuk melakukan aktivitas sendiri.
R/ Meningkatkan
toleransi klien.
-
Beri umpan balik terhadap aktivitas yang telah dicapai.
R/ Memberi support agar
pasien meningkatkan kemampuan secara bertahap.
d.
Cemas b.d tindakan prosedur pembedahan.
HYD : Kecemasan
berkurang sampai dengan hilang.
Intervensi :
-
Kaji tingkat kecemasan klien.
R/ Untuk mengetahui
seberapa jauh kecemasan yang dirasakan.
-
Beri kesempatan klien mengungkapkan kecemasan yang
dirasakan.
R/ Untuk mengetahui
hal-hal apa yang menyebabkan cemas.
-
Ajarkan teknik relaksasi dengan tarik napas dalam.
R/ Membantu klien
mengontrol emosinya.
-
Jelaskan tentang rencana asuhan dan proses pengobatan.
R/ Pengetahuan klien
bertambah sehingga berpartisipasi aktif dalam setiap asuhan dan proses
pengobatan.
Post-Operasi
a.
Nyeri b.d insisi bedah, pemasangan kateter, spasme
kandung kemih.
HYD : - Nyeri berkurang
sampai dengan hilang.
-
Klien tampak rileks.
-
Klien dapat tidur/istirahat dengan nyenyak.
Intervensi.
-
Pertahankan kepatenan kateter.
R/ Clot dapat
menyebabkan obstruksi aliran urine sehingga terjadi distensi kandung kemih.
-
Ajarkan teknik relaksasi bila ada nyeri.
R/ Dapat mengurangi
nyeri.
-
Ajarkan teknik relaksasi bila ada nyeri.
R/ Dapat mengurangi
nyeri.
b.
Perdarahan b.d prostatectomy.
HYD : - Klien tidak
mengalami perdarahan ditandai dengan tidak adanya perdarahan dan pertahanan
urine.
-
Output minimal 30 cc/jam.
Intervensi.
-
Kaji tanda-tanda vital.
R/ Mengetahui jika
terjadi shock.
-
Observasi luka, balutan.
R/ Mengidentifikasi
adanya perdarahan.
-
Pastikan posisi kateter tepat pada tempatnya dan
mengalir.
R/ Sumbatan dapat
menghambat aliran urine sehingga mempengaruhi hasil operasi.
c.
Perubahan eliminasi urine : inkontinensia urine b.d
trauma leher kandung kemih, kehilangan kontrol sphincter.
HYD : - Eliminasi urine
kembali normal.
-
Tidak ada retensi urine.
-
Dribling berkurang sampai dengan hilang.
Intervensi.
-
Berikan banyak minum bila tidak ada kontraindikasi.
R/ Mempertahankan
hidrasi dan perfusi ginjal untuk aliran urine.
-
Kaji pengeluaran urine per kateter.
R/ Indikator
keadekuatan cairan yang keluar.
-
Klem kateter tiap 3 jam sekali selama 10 menit.
R/ Kesiapan kandung
kemih dan refleks berkemih spontan bila kateter dilepas.
d.
Resiko tinggi infeksi b.d insisi bedah pemasangan
kateter.
HYD : - Tidak terjadi
infeksi.
-
TTV dalam batas normal.
Intervensi.
-
Observasi TTV tiap 4-6 jam.
R/ Perubahan TTV dapat
mengidentifikasi adanya infeksi.
-
Anjurkan pasien banyak minum bila tidak ada
kontraindikasi.
R/ Mempertahankan
aliran dan delusi urine.
-
Gunakan teknik aseptik untuk perawatan kateter.
R/ Meminimalkan
kontaminasi silang.
-
Kaji apakah ada demam, kurang cairan.
R/ Memastikan jika
terjadi faktor resiko/tanda dan gejala infeksi.
-
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat
antibiotika.
R/ Antibiotika dapat
menghambat dan mengontrol pertumbuhan mikroorganisme.
4. Perencanaan Pulang
a.
Perhatikan pemasukan cairan 2-3 liter/24 jam bila tidak
ada kontraindikasi.
b.
Diet tinggi serat (buah dan sayuran).
c.
Tidak boleh menahan bak.
d.
Tidak boleh mengejan saat bak dan bab.
e.
Tidak boleh melakukan aktivitas berlebihan / berat.
f.
Anjurkan pasien untuk membiasakan melakukan medical check
up.
g.
Anjurkan pasien untuk minum obat secara teratur.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, E. Marilyn. 1993. Rencana Asuhan
Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.
Edisi 3. Jakarta : EGC.
Lewis, Sharon Mantic. 1987. Medical Surgical
Nursing. 2nd Edition. USA : Mc.Graw, Inc.
Smeltzer, Suzanne C., 2002. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah. Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Syaifuddin, H. 1997. Anatomi Fisiologi Untuk
Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : EGC.
Sylvia A. Price. 1995. Patofisiologi. Edisi
A. Jakarta : EGC.
We tried to get pregnant for a few years in a local clinic. There were no results. We've tried everything possible but nothing. We were recommended to use donor eggs. I know we have to try herbal made medicine. I was terrified. I didn't know how to go about it and where to begin my search. When my friend recommended me to Dr Itua herbal medicine in Western African. I thought she was joking. I knew nothing about that country and I was afraid with shame I must say I thought it was a little bit...wild? Anyway she convinced me to at least check it out. I've done the research and thought that maybe this really is a good idea. Dr Itua has reasonable prices. Also it has high rates of successful treatments. Plus it uses Natural Herbs. Well I should say I was convinced. My Husband gave it a try and now we can say it was the best decision in our lives. We were trying for so long to have a child and suddenly it all looked so simple. The doctors and staff were so confident and hopeful they projected those feelings on me too. I am so happy to be a mother and eternally thankful to Dr Itua and Lori My Dear Friend. Don’t be afraid and just do it! Try Dr itua herbal medicine today and sees different in every situation.Dr Itua Contact Info...Whatsapp+2348149277967/drituaherbalcenter@gmail.com Dr Itua have cure for the following diseases.All types of cancer,Liver/Kidney inflammatory,Fibroid,Infertility.Diabetes,Herpes Virus,Diabetis,Bladder cancer,Brain cancer,Esophageal cancer,Gallbladder cancer,Gestational trophoblastic disease,Head and neck cancer,Hodgkin lymphoma. Intestinal cancer,Kidney cancer,Leukemia,Liver cancer,Lung cancer,Melanoma,Mesothelioma,Multiple myeloma,Neuroendocrine tumors. Non-Hodgkin lymphoma,Oral cancer,Ovarian cancer,Sinus cancer,Skin cancer,Soft tissue sarcoma,Spinal cancer,Stomach cancer. Testicular cancer,Throat cancer,Thyroid Cancer,Uterine cancer,Vaginal cancer,Vulvar cancerBipolar Disorder, Bladder Cancer,Colorectal Cancer,HPV,Breast Cancer,Anal cancer.Appendix cancer.,Kidney Cancer,Prostate Cancer,Glaucoma., Cataracts,Macular degeneration,Adrenal cancer.Bile duct cancer,Bone cancer.Cardiovascular disease,Lung disease.Enlarged prostate,OsteoporosisAlzheimer's disease,Brain cancer.Dementia.Weak Erection,Love Spell,Leukemia,Fribroid,Infertility,Parkinson's disease,Inflammatory bowel disease ,Fibromyalgia.
BalasHapus